5 Paguyuban Pamerkan 180 Pusaka Bersejarah di Grebeg Suro 2025

Charolin Pebrianti - detikJatim
Selasa, 24 Jun 2025 12:30 WIB
Bupati Ponorogo Sugiri saat melihat pameran keris/Foto: Istimewa
Ponorogo -

Grebeg Suro 2025 menjadi momentum bersejarah bagi pencinta pusaka di Ponorogo. Untuk pertama kalinya, lima paguyuban pusaka di Kabupaten Ponorogo bersatu dalam satu panggung besar Pagelaran Pusaka Grebeg Suro 2025.

Kolaborasi ini menghasilkan pameran benda pusaka dengan total hampir 180 koleksi dari berbagai jenis. Ratusan koleksi ini dipamerkan di Pendopo Agung Ponorogo.

"Dari lima paguyuban itu masing-masing membawa sekitar 30 benda, jadi total 150 benda. Ditambah tombak-tombak yang dipajang sekitar 20 sampai 30 buah," ujar Koordinator Acara, Titis Mursito saat ditemui di lokasi pameran, Selasa (24/6/2025).

Pameran tersebut secara resmi dibuka oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, dan akan berlangsung hingga puncak penutupan Grebeg Suro pada Kamis (26/6/2025) malam. Acara ini juga dimeriahkan dengan bursa benda pusaka dan lokakarya budaya yang terbuka untuk umum.

Titis menjelaskan, beragam benda pusaka yang dipamerkan didominasi oleh keris-keris khas Jawa, termasuk yang berasal dari Ponorogo. Menurutnya, keris Ponorogo memiliki keunikan tersendiri dibanding daerah lain.

"Keris-keris dari Ponorogo ini cirinya terlihat dari ketebalannya, bentuknya juga cenderung lebih gagah. Ini yang membedakan dengan daerah lain," jelasnya.

Ia menambahkan, penting bagi generasi muda untuk mengenal dan memahami nilai budaya di balik benda pusaka. Terlebih, keris sudah diakui dunia sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.

"Ini perlu kita edukasikan kepada generasi muda karena bagaimanapun ini adalah warisan budaya nenek moyang kita yang harus dilestarikan, harus dijaga," tegasnya.

Selain keris, senjata tradisional khas Ponorogo bernama mothik juga dipamerkan. Bentuknya sekilas menyerupai perpaduan antara golok, pedang, dan belati, namun memiliki kekhasan tersendiri yang dapat diamati secara langsung di lokasi pameran.

Titis juga menyinggung pentingnya mengubah paradigma masyarakat terhadap pusaka. Ia berharap masyarakat tidak hanya melihat keris dari sisi mistis, tapi juga dari aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah berkembang sejak zaman dahulu.

"Di zaman itu, nenek moyang kita sudah bisa membedakan baja, besi, titanium. Belum ada tambang, tapi mereka bisa mengambilnya dari alam. Ini luar biasa," ungkapnya.

Menurutnya, kemampuan metalurgi para leluhur adalah pengetahuan maju yang layak diwariskan. "Ini yang perlu ditularkan kepada generasi penerus supaya keris ini tidak punah," sambungnya.

Pagelaran ini juga menghadirkan berbagai kegiatan penunjang, seperti bursa atau pasar benda pusaka, serta lokakarya yang mengulas proses pembuatan hingga cara merawat pusaka sesuai nilai-nilai budaya lokal. Semua kegiatan ini ditujukan untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap kekayaan sejarah dan warisan leluhur Ponorogo.

"Dengan acara ini, kita ingin membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat terhadap pusaka. Bukan sebagai benda mistik, tapi sebagai karya seni, teknologi, dan budaya," pungkas Titis.



Simak Video "Video: Begini Kesulitan di Balik Atraksi Pembarong Reog Ponorogo"

(auh/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork