Pintu Air Kali Jagir Surabaya Ternyata Tak Pernah Jadi Lokasi Perang

Urban Legend

Pintu Air Kali Jagir Surabaya Ternyata Tak Pernah Jadi Lokasi Perang

Firtian Ramadhani - detikJatim
Kamis, 19 Sep 2024 15:09 WIB
Pintu Air Kali Jagir Surabaya
Pintu Air Kali Jagir Surabaya (Foto: Firtian Ramadhani/detikJatim)
Surabaya -

Kota Pahlawan menyimpan sejumlah bangunan bersejarah yang memiliki nilai historis tinggi. Salah satunya adalah Pintu Air Kali Jagir yang sudah ada sejak zaman Belanda dan masih eksis hingga saat ini.

Pintu Air Kali Jagir ini kerap disebut sebagai tempat perang antara pasukan Tar-Tar, Mongol, Tiongkok dengan pasukan Kerajaan Majapahit yang kala itu masih dipimpin oleh Raden Wijaya. Peperangan itu terjadi pada tahun 1923. Benarkah kabar tersebut?

Pemerhati Sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo menampik hal ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pintu air itu ada plakat milik Pemkot yang menyebutkan ada peperangan di persimpangan sungai. Itu salah, karena aku ada dokumen termasuk peta tahun 1717 yang menggambarkan sungai itu belum ada. Dokumennya menyebutkan proyek ini untuk menghalau banjir Surabaya dibuat sudetan menuju ke laut, itu tahun 1859," ujar Kuncar ketika dikonfirmasi detikJatim, Kamis (19/9/2024).

Kuncar menjelaskan dahulu sumber informasi sangat terbatas. Asumsi bahwa Pintu Air Kali Jagir yang pernah digunakan perang itu gugur.

ADVERTISEMENT

"Sejak dibuat banjir kanal itu, pintu air belum seperti sekarang. Statusnya bangunan cagar budaya, jadi tidak boleh diubah status menjadi apapun. Fungsinya juga sebagai pengendali debit air yang masuk ke kota dan masih berfungsi sampai sekarang," terangnya.

Kuncar menambahkan dua Pintu Air Kali Jagir itu memiliki pola kerja, yang mana jika ada limpahan air dari hulu, Pintu Jagir dibuka dan Pintu Ngagel ditutup. Begitupun sebaliknya, jika tidak ada limpahan, Pintu Jagir ditutup dan Pintu Ngagel dibuka.

Pintu Air Kali Jagir SurabayaPintu Air Kali Jagir Surabaya (Foto: Firtian Ramadhani/detikJatim)

"Ada dua pintu pengendali, satu Jagir satu Ngagel di depannya, di samping pecahan itu, pola itu sudah berlangsung hampir sekitar dua abad. Jadi bukan sungai lama, memang buatan, salah satu cirinya lurus sampai dengan mangrove, kalau itu bukan buatan, tidak mungkin bisa lurus memanjang jauh," pungkas dia.

Pintu Air Kali Jagir ini merupakan salah satu bangunan sejak zaman Belanda yang dibangun tahun 1916 hingga 1932 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pintu ini berlokasi di Jalan Jagir, Wonokromo dan berfungsi untuk menahan intrusi laut, serta menahan banjir kawasan Surabaya menuju ke Selat Madura agar tidak membanjiri pusat Kota di kala musim hujan tiba.

Pembangunan pintu air ini mengerahkan orang-orang pribumi untuk menggali tanah dengan total panjang sekitar 5,6 kilometer. Kemudian, antara tahun 1916 hingga 1932, pemerintah membangun Pintu Air Jagir untuk efisiensi pengendalian banjir dan aksesibilitas. Pintu akan dibuka jika debit dari hilir meningkat dan akan ditutup kembali untuk keperluan ketersediaan air dan industri.

Dahulu kala, wilayah ini dikenal sebagai Desa Pacekan pada abad ke-9. Desa yang berada tepat di sebelah wilayah Wonokromo ini merupakan pantai Surabaya yang ramai. Sampai kini, Pintu Air Kali Jagir masih berdiri kokoh sampai kini dan mampu menahan sampah-sampah yang hanyut.

Menurut data yang dihimpun dari lokasi, pintu air ini berada pada titik koordinat -7, 18'2" 8,112, 44'28" E. Tahun pembangunan resmi tertera pada plang yaitu pada tahun 1927. Di tahun 1978, Pintu Air Jagir ini sempat mengalami renovasi oleh Proyek Brantas.

Lebih lanjut, pintu ini memiliki panjang dengan rincian 29,90 meter dengan jumlah pilar 2 buah serta memiliki ketebalan 2,50 meter. Jumlah Pintu Air Kali Jagir ini berjumlah 3 buah dengan masing-masing memiliki panjang 8 meter, lebar 8.3 meter dan tinggi 5 meter.

Bangunan ini telah tertuang dalam SK Walikota Surabaya No 188.45,00/402.1.04/1988 NO Urut 54. Pintu Air Kali Jagir menampung Elevasi Air Banjir dengan minimal 2.80 dan maksimal 3.10 meter. Kemudian, Elevasi Air Normal minimal 3,00 meter dan maksimal 3,30 meter.




(hil/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads