Menepis Mistis Pintu Kali Jagir Menuju Kawasan Heritage Surabaya

Menepis Mistis Pintu Kali Jagir Menuju Kawasan Heritage Surabaya

Aujana Mahalia - detikJatim
Minggu, 29 Okt 2023 07:30 WIB
Pintu Air Jagir Surabaya.
Pintu Air Jagir yang punya potensi besar untuk mejadi kawasan heritage Surabaya. (Foto: Aujana Mahalia/detikJatim)
Surabaya -

Kota Surabaya dikenal memiliki banyak bangunan peninggalan zaman Belanda. Salah satunya Pintu Air Jagir yang terletak di Jalan Jagir, Wonokromo, Surabaya, yang konon menyimpan cerita mistis.

Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, di balik kemegahan bangunan Pintu Air Jagir, konon dijaga sosok makhluk besar yang dipercaya sebagai penunggu pintu air tersebut. Ini sudah menjadi rahasia umum masyarakat Kota Pahlawan.

Suyatno, seorang penjual pakan ikan yang sehari-harinya berjualan di sekitar lokasi Pintu Air Jagir mengaku pernah mendapatkan cerita langsung dari anaknya yang menemaninya berjualan. Ia mengungkapkan, anaknya kerap melihat sosok buaya putih yang dipercaya menghuni pintu air tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wis biasa cerita seperti itu, anakku iku loh ngerti kabeh, tau ndelok dewe onok buaya putih (Sudah biasa cerita seperti itu, anakku itu loh tahu semua, pernah melihat sendiri ada buaya putih)," ungkap Suyatno saat ditemui detikJatim, Rabu (18/10).

Suyatno percaya Pintu Air Jagir memang angker karena dijaga sosok berupa buaya putih.

ADVERTISEMENT

"Di sini emang terkenal angker toh, sering akeh sing tenggelam, biasane jadi tumbal (di sini memang terkenal angker toh, sering banyak yang tenggelam, biasanya jadi tumbal)," tegasnya.

Pintu Air Jagir SurabayaPintu Air Jagir Surabaya. Foto: Aujana Mahalia/detikJatim

Pemerhati Sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo menyebut, cerita horor bangunan Pintu Air Jagir yang dijaga sosok buaya putih itu mulanya merupakan kepercayaan warga setempat. Kepercayaan tersebut mulai muncul tahun 1980-an.

"Sebenarnya itu dulu pernah dipercaya karena mungkin memang di sana banyak orang tenggelam ya, dulu pernah ada cerita tentang Mbah Kalap juga. Jadi kalau tenggelam dianggapnya diambil sama hantu yang namanya Mbah Kalap ini, warga Wonokromo, tetapi ya itu saat taun 80-90 an aja," jelas Kuncar, Sabtu (28/10/2023).

Namun, mantan wartawan salah satu koran di Surabaya ini membantah mitos Pintu Air Jagir dijaga sosok yang kerap meminta tumbal. Menurutnya, kepercayaan yang beredar di masyarakat sekarang adalah hal yang ditabukan zaman dulu.

"Kan sungai air Jagir ini terpecah, ada pintu air Ngagel juga, di sana ada namanya Rolag Lanang dan Rolag Wedok. Nah dulu itu, tahun 80-an dianggap dilarang berenang di sana karena punya banyak jejak mistis," kata Kuncar.

"Tapi kemudian kan sudah hilang dengan sendirinya sekarang, semakin modern. Faktanya sekarang kalau sore banyak anak yang berenang di pinggiran sana, banyak yang mancing juga, kalau dulu kan ditabukan," sambungnya.

Pintu Air Jagir Surabaya.Pintu Air Jagir Surabaya. Foto: Aujana Mahalia/detikJatim

Hingga kini, Pintu Air Jagir masih berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik sebagai pengatur debit air untuk mengantisipasi banjir di wilayah Surabaya. Bangunan ini juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

Kuncar menyebut, kawasan Pintu Air Jagir yang sudah ada sejak 1923 ini masih sangat bisa untuk terus dikembangkan sebagai kawasan heritage yang memiliki pesona bagi para pencinta sejarah. Salah satunya bisa dengan membuat program edukasi tentang sejarah instalasi dan cara pengolahan air yang berkolaborasi dengan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.

"Jadi yang paling penting sekarang kan banyak orang yang belum tahu tentang cara pengolahan air, banyak orang yang tidak tahu air yang dari air sungai itu jadi air bersih di tiap kamar mandi. Ini caranya gimana dan sejak kapan gitu? Terus teknologinya seperti apa?" papar Kuncar.

"Di sana itu teknologi zaman kolonial juga masih dilakukan dan tidak ditinggalkan, jadi teknologi zaman belanda seperti penyaringan dengan batu itu masih ada. Meskipun ada teknologi baru, tetapi teknologi lama itu tetap dipertahankan dan bangunan-bangunan lamanya yang di dalam itu juga masih ada, karena pintu air itu kan juga terkoneksi dengan instalasi yang ada di baliknya tembok itu, jadi ada saluran-saluran gitu di dalamnya," sambungnya.

Kuncar menilai, hingga saat ini Pemkot Surabaya juga telah melakukan berbagai upaya untuk membuat kawasan Pintu Air Jagir terbebas dari stigma mistis masyarakat. Kawasan yang dulunya juga dikenal sebagai area prostitusi dan sering terjadi tindak kriminal ini kian ramai didatangi masyarakat yang sekadar mampir untuk menikmati suasana senja yang hangat.

"Mistis itu kan masalah persepsi ya, alias ndak bisa dipaksakan juga, tapi Pemkot Surabaya sendiri sebenarnya sudah melakukan banyak upaya seperti pembersihan kawasan. Nyatanya 2 tahun yang lalu kawasan di situ kan kumuh, sekarang bisa dilihat, sudah bersih. Keamanan juga terjamin, di sekitar pintu air itu dulu kumuh banget, ya itu yang menambah persepsi orang terhadap mistisme," ujar Kuncar.

"Jadi memang sempat jadi daerah gelap, kalau sekarang ya bisa dipastikan bersih. Itu kan cuma peninggalan persepsinya orang dulu yang memaknai pintu air ini karena pernah jadi red area gitu loh, tapi sekitar 5 sampai 10 tahun terakhir di situ sudah mulai ditata kok," tambahnya.

Menurut Kuncar, jika kawasan Pintu Air Jagir terus dikembangkan menjadi kawasan heritage, maka stigma mistis di tengah masyarakat itu akan terkikis hingga hilang dengan sendirinya.

"Faktanya kan kalau masyarakat dikasih informasi, kalau nantinya akan diadakan jalan-jalan di sekitar Jagir dan berbayar sekalipun, paling nggak sampai satu hari sudah banyak yang daftar. Artinya kan hal mistis itu memang sudah berangsur-angsur hilang karena pada kenyataannya memang tidak ditemukan di kawasan itu, yo kalau memang medeni, sopo sing gelem dolan mrono (ya kalau memang menakutkan siapa yang mau main ke sana)," pungkas Kuncar.




(irb/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads