7 Jejak Sejarah Islam di Kampung Peneleh Surabaya

7 Jejak Sejarah Islam di Kampung Peneleh Surabaya

Auliyau Rohman - detikJatim
Jumat, 15 Mar 2024 13:25 WIB
Masjid Jami Peneleh Surabaya
Masjid Jami Peneleh Surabaya/Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim
Surabaya -

Kampung Peneleh merupakan salah satu kampung tertua di Surabaya. Kampung ini secara populer dikaitkan dengan sejarah Sunan Ampel (abad ke-15), salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Kampung Peneleh adalah memori bangsa yang menyimpan jejak awal hingga jejak perjuangan lahirnya Negara Indonesia. Tidak hanya itu, di Kampung Peneleh juga terdapat berbagai jejak sejarah Islam yang bisa ditelusuri.

Tempat-tempat tersebut cocok untuk mengisi waktu ngabuburit saat bulan Ramadan seperti saat ini. Berikut jejak sejarah Islam di Kampung Peneleh, Surabaya, dilansir dari Buku 'Peneleh dalam Sketsa'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak Sejarah Islam di Kampung Peneleh:

1. Masjid Peneleh

Masjid Jami Peneleh SurabayaMasjid Jami Peneleh Surabaya/ Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim

Masjid Peneleh terletak di Gang 5 (RT 05 RW 03) yang dipercaya sebagai masjid tertua kedua di Surabaya setelah masjid yang ada di Kembang Kuning. Warga percaya bahwa Masjid Peneleh merupakan peninggalan Raden Rahmat atau Sunan Ampel sebelum akhirnya pindah ke daerah yang dikenal dengan Ampel Denta.

Interior masjid menyerupai bentuk perahu yang terbalik, dan ditopang oleh kayu-kayu jati tua. Di dalam masjid terdapat sumur yang dipercaya sebagai tempat untuk menyimpan senjata pada saat perang revolusi, tetapi sekarang sumur tersebut telah ditutup. Di depan masjid terdapat jam matahari yang digunakan untuk menentukan waktu salat.

ADVERTISEMENT

2. Pondok Pesantren

Tepat di depan Masjid Peneleh terdapat sebuah pondok pesantren bernama Pesantren Takhfidzul Quran. Pesantren tersebut didirikan oleh almarhum Kyai Haji M. Dahlan Basyuni, yang mendedikasikan hidupnya untuk mendidik para penghafal Al-Qur'an.

Kebanyakan santri di pondok tersebut berasal dari luar Kampung Peneleh. Setelah KH M. Dahlan wafat, posisi beliau kemudian digantikan oleh sang istri hingga saat ini. Semangat untuk terus melestarikan budaya Islam menjadi visi penting pondok ini. Semangat tersebut terus hidup di dalam Kampung Peneleh seiring dengan berkembangnya kampung dan kota.

3. Langgar Tua

Sebuah langgar tua berdiri di tengah kampung dan dipadati oleh perumahan di sekelilingnya. Menurut warga, langgar tersebut merupakan langgar pondok pesantren yang berada tepat di depannya.

Langgar ini sekarang dikelola dan dirawat oleh warga RT 01 RW 03 Kampung Peneleh. Atap Langgar Pondok ini berbentuk tumpang (limas) seperti tempat peribadatan Islam lama di Jawa, bukan kubah seperti musala-musala baru pada umumnya.

4. Rumah Kos HOS Tjokroaminoto

Museum HOS Tjokroaminoto, rumah masa muda Soekarno di Surabaya ramai dikunjungi di Hari Lahir Pancasila.Museum HOS Tjokroaminoto/ Foto: Esti Widiyana/detikJatim

Terletak di Gang 7 (RT 02 RW 04), rumah ini dulunya merupakan rumah dari salah satu pahlawan nasional yaitu Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto. Tjokroaminoto menjadikan rumah tersebut sebagai "dapur" nasionalisme Indonesia pada saat itu, melalui Sarekat Islam serta anak-anak kos yang dididiknya.

Lewat Sarekat Islam rumah tersebut sering dikunjungi oleh tokoh-tokoh terkenal seperti Agoes Salim, Hasjim Hasjim Asj'arie, Ahmad Dahlan, Mas Mansoer, dan Tan Malaka. Sementara lewat persewaan kos yang dirintis oleh istri Tjokroaminoto, rumah tersebut melahirkan tokoh-tokoh seperti Soekarno, Semaoen, Moesso, dan Kartosoewirjo.

Rumah Tjokro telah diangkat dalam berbagai novel dan film. Sekarang rumah tersebut menjadi museum yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya.

5. Toko Buku Peneleh

Peneleh, Surabaya seperti membawa pengunjung ke zaman sebelum kemerdekaan. Sebab, banyak bangunan lawas yang masih kokoh tak termakan usia.Toko Buku Peneleh/ Foto: Esti Widiyana/detikcom

Toko Buku Peneleh berada di dekat pintu masuk Gang 7 (RT 02 RW 04) dan berada tak jauh dari Rumah HOS Tjokroaminoto. Letaknya yang strategis membuat toko buku ini tak jarang dikunjungi wisatawan yang datang ke Rumah Tjokro.

Gedung Toko Buku Peneleh bergaya arsitektur kolonial dengan pilar-pilar yang mencolok sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Pemilik toko tersebut memajang foto kunjungan Bung Karno ke tempat usahanya pada tahun 1956 dalam bingkai yang cukup besar.

Selain dihiasi foto kunjungan Bung Karno, dindingnya juga dihiasi foto-foto ketua PP Muhammadiyah dari waktu ke waktu. Hal itu membuktikan bahwa Toko Buku Peneleh dulu merupakan salah satu alat untuk menyebarkan Islam melalui buku-buku yang dijual.

6. Samroh

Samroh merupakan kegiatan kerohanian bernuansa Islam dengan menggunakan alat-alat musik seperti bass, biola, tamborin dan keprak. Samroh biasa ditampilkan dalam acara-acara resmi seperti pernikahan (khususnya pada prosesi temu pengantin) dan berbagai acara perayaan hari besar Islam lainnya.

Beranggotakan 12 orang, grup Samroh Munajat Qolbi di Peneleh sukses memberikan hiburan bagi masyarakat kampung dengan cara yang menyenangkan dan juga menyentuh hati dengan lantunan syair Islamnya. Samroh juga dapat dikategorikan sebagai warisan kesenian Islam yang masih terus lestari di kampung dan kota.

7. Makam Mbah Panjang

Makam Mbah Panjang di Gang 1 (RT 01 RW 04) berada tepat di belakang tukang cukur, di samping warung kelontong. Makam ini mudah ditemukan karena berada di mulut gang dekat dengan Jalan Makam Peneleh.

Makam Mbah Panjang di Gang 1 ini dipercaya sebagai salah satu makan kuno. Warga Kampung Peneleh biasa menabur bunga pada momen-momen tertentu untuk memperingati leluhur kampungnya.




(sun/dte)


Hide Ads