Pagesangan diyakini lebih tua dari Surabaya. Dan hari jadi Pagesangan juga sudah ditetapkan. Hari jadi Pagesangan ditetapkan berdasarkan petunjuk dari 5 prasasti kuno.
Pegiat sejarah di Surabaya Tri Priyono Wijoyo mengatakan ada data soal Pagesangan dari 5 temuan prasasti yang ia miliki.
Prasasti pertama adalah Prasasti Kancana (dibaca Kencana) atau Bungur Lor, dengan tahun 782 saka atau dikonversikan 860 masehi. Prasasti ini adalah yang tertua dari 5 prasasti. Prassti Kancana menyebut toponim Gesang. Artinya, eksistensi Gesang sudah ada sejak abad 9 di era kerajaan Medang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang kedua adalah Prasasti Kakurugan. Lempeng prasasti ini ditemukan dan tertulis 945 saka atau 1023 masehi dari kerajaan Kahuripan dengan Airlangga sebagai rajanya juga menyebut Gesang.
![]() |
Selanjutnya adalah Prasasti Canggu di masa Majapahit. Dalam prasasti ini, menunjukkan angka di tahun 1358 masehi atau 1280 saka.
"Dalam Prasasti Canggu itu menyebutkan Sima atau desa-desa tepian sungai di era Kerajaan Majapahit, salah satunya menyebut Gesang, juga termasuk Surabaya. Jadi, Surabaya disebut dalam Prasasti Canggu seiring dengan Gesang tadi," jelas pria yang akrab disapa Tepe ini kepada detikJatim, Kamis (7/12/2023).
Keempat adalah prasasti Selamandi dari kerajaan Majapahit di tahun 1316 saka atau 1394 masehi. Lalu, yangkelima adalah prasasti Patapan II, 1340 saka atau 1394 di era Kerajaan Majapahit.
Tepe menyatakan tak pernah menganjurkan untuk mengharuskan satu di antaranya kepada warga. Namun, ia menawarkan kepada para tokoh masyarakat Pagesangan untuk memilih dari semua prasasti tersebut.
Akhirnya, tokoh masyarakat Pagesangan menentukan pilihan melalui polling. Lalu, dipilih lah prasasti Kencana atau Kancana karena dianggap yang paling tua. Kemudian, digunakan rujukan untuk hari jadi Pagesangan yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober.
"4 di antaranya penanggalannya lengkap, yang 1 (Selamandi) tidak bisa karena fragmen atau tidak lengkap," ungkapnya.
Tepe menuturkan, Prasasti Kancana bercerita tentang Sima atau Desa Bungur Lor. Menurutnya, prasasti ini juga disebut Prasasti Bungur Lor, lantaran penganugerahan Sima pada Desa Bungur Lor.
"Keterkaitan dengan Gesang karena saat penganugerahan Sima itu para tokoh perwakilan dari desa sekitar diundang atau yang disebut Ramawanua Tepi Siring sebagai saksi. Nah, disitu lah disebutkan I Gesang yang diwakili oleh Buyut Karwabanu Winekasisegaralam, lalu ada juga I Wagai (Wage), lalu I Kuriak (Kureksari), I Warungkut (Rungkut), I Wedi (Gedangan), I Pamasangan (Masangan), semuanya ini diduga toponim kuno nama-nama jalan di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan sekitarnya)," tuturnya.
"Jadi, fix tokoh masyarakat Pagesangan memilih Prasasti Kancana, karena yang paling tua," terangnya.
"Total, 5 prasasti itu tidak sezaman dan bervariasi masanya, berbeda abad. Gesang sudah muncul sejak abad 9 sampai 15, cuma wilayah Gesang dulu tidak sama dengan sekarang, karena kan berubah-ubah mungkin Gesang dulu wilayah luas, sampai ke timur sekitar Menanggal, bisa jadi sampai Bungur (Bungurasih) dan sekitarnya, cuma sekarang kan sudah di kotak-kotak," lanjut pegiat sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia itu.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Pagesangan Ahmad Dliya Ulhaq mengatakan pihaknya bersyukur sudah menemukan dan menentukan hari jadi Desa Pagesangan pada 31 Oktober.
"Ini semua sebenarnya berawal dari keprihatinan dan titik temu, kita adakan sarasehan budaya dan mengulas 5 prasasti, hari jadi disepakati 31 Oktober dalam Prasasti Kancana," kata Dliya.
Maka dari itu, ia memastikan warga dan tokoh masyarakat bakal merayakan hari jadi setiap tanggal 31 Oktober. Di antaranya dengan mengelar pentas seni ludruk.
"Kami (LPMK Pagesangan) kan punya Ludruk, selain untuk perayaan hari jadi, kita juga sering dijadikan rujukan dan bantu tampil mahasiswa, juga diangkat jadi materi pelajaran, semuanya swadaya," terang dia.
Setelah ditentukan hari jadi dan pertama kalinya di Kota Surabaya, Dliya dan masyarakat mengaku bersyukur. Bahkan, saking senangnya, hal itu dijadikan rujukan oleh warga Sukodono lantaran konsep di Gesang secara utuh dipakai di sana.
Rencananya, sambung Dliya, pihaknya akan melestarikan dan mengenalkan itu bersama kampus, salah satunya Unair. Ia mengaku warga senang dan bersyukur lantaran dibuatkan platform khusus untuk memperkenalkan.
"Selama ini kan pemberitaan kurang masif, apalagi sekitar 50 persen saja warga yang sudah tahu tentang hari jadi Pagesangan sesuai Prasasti Kancana," ujar warga Pagesangan itu.
Hal senada disampaikan Lurah Pagesangan Ida Nurchasanah. Menurutnya, Pemkot Surabaya mendukung penuh dan memfasilitasi upaya warga untuk mencari hari jadi desa tempatnya berdinas.
"Jadi, setiap 31 Oktober selalu diadakan bersih desa setiap tahun, kemarin juga ajukan sebagai kampung budaya dan minta dukungan ke Pemkot Surabaya," tuturnya.
Ia berharap, hal itu tak berhenti sampai pencarian hari jadi juga. Namun, juga melestarikan dan mengenalkan lebih masif lagi kepada khalayak.
"Dipertahankan budayanya dan harapannya agar anak-anak tahu kalau di wilayahnya ini ada hari jadi, biar mereka tahu, karena di sini ada sekitar 12 ribu kepala keluarga," tutupnya.
Simak Video "Video: Aksi Demo di Polrestabes Surabaya Ricuh, Massa Bentrok dengan Aparat"
[Gambas:Video 20detik]
(pfr/iwd)