Gunung Kawi Dipercaya Jadi Tempat Pertapaan Mpu Sindok, Benarkah?

Gunung Kawi Dipercaya Jadi Tempat Pertapaan Mpu Sindok, Benarkah?

Muhammad Aminudin - detikJatim
Jumat, 13 Okt 2023 19:25 WIB
Dua lokasi yang kerap dikaitkan dengan pesugihan di Gunung Kawi
Kawasan Keraton Gunung Kawi/Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim
Malang - Gunung Kawi disebut pernah menjadi tempat pertapaan Mpu Sindok dan Raja Kediri Prabu Kameswara I. Namun, sampai kini, jejak Mpu Sindok di Gunung Kawi belum pernah ditemukan.

Memang, terdapat dua makam di Keraton Gunung Kawi, yakni makam Eyang Tunggul Manik dan istrinya Eyang Tunggul Wati.

Salah satu penjaga Keraton Gunung Kawi mengatakan, keduanya berasal dari Kediri dan memiliki hubungan dengan Mpu Sindok dan Prabu Kameswara I. Pada nisan Eyang Tunggul Manik tertulis angka 1115 masehi, sebagai tahun di mana Eyang Tunggul Manik wafat.

Selain makam, Keraton Gunung Kawi juga memiliki tempat pertapaan atau meditasi. Lokasinya di sisi utara dari makam Eyang Tunggul Manik.

Namun, sejarawan asal Malang, Suwardono mengatakan belum pernah ditemukan peninggalan arkeologi yang menyampaikan Mpu Sindok di Gunung Kawi.

Keberadaan Keraton Gunung Kawi atau dikenal dengan Sanggar Pamujan mulai ada bersamaan dengan pesarean Gunung Kawi.

"Kalau melihat makamnya, sama dengan pesarean Eyang Jugo di Gunung Kawi itu di era tahun 1800-an. Dan itu jelas makam Islam. Bukan pada masa Mataram Hindu ataupun Kerajaan Kediri," ujar Suwardono kepada detikJatim, Jumat (13/10/2023).

"Dan sampai hari ini, belum pernah ditemukan prasasti atau peninggalan arkeologi yang mengaitkan Mpu Sindok dengan Gunung Kawi. Terutama di lereng sebelah timur," sambungnya.

Menurut Suwardono, Keraton Gunung Kawi dikaitkan dengan Kerajaan Kediri ataupun Mpu Sindok hanya lah cerita yang berkembang di masyarakat. Tanpa didukung oleh catatan sejarah berupa prasasti atau bentuk lainnya.

"Sebetulnya gak ada hubungannya dengan Mpu Sindok atau Kediri. Itu kan cerita masyarakat dari mulut ke mulut. Zaman Islam dengan zaman Kediri sudah jauh, Kediri dengan Sindok saja sudah jauh," tuturnya.

Berbeda ketika menelusuri lereng Gunung Kawi sebelah barat, jejak Mpu Sindok memang ditemukan yaitu Candi Songgoriti dan juga prasasti Sangguran.

Peninggalan arkeologi itu ada, ketika Mpu Sindok menjadi patih Kerajaan Medang yang dipimpin Raja Daksa.

"Kalau Gunung Kawi lambung barat memang ada, peninggalan arkeologi Mpu Sindok. Seperti Candi Songgoriti, dan prasasti Sangguran. Itu ketika Mpu Sindok menjadi patihnya Daksa," terangnya.

Suwardono menilai, orang-orang yang berdatangan ke Gunung Kawi hanya lah untuk bertafakur atau menepi (bertapa). Karena, mereka meyakini beberapa permohonan dan keinginan mereka dapat terkabul.

"Keraton banyak datang karena kebiasaan. Seperti Eyang Jugo dimakamkan dan banyak orang berdatangan akhirnya tafakur, nepi. Lama-lama banyak datang ketika orang orang itu merasa sukses dibangun tempat itu," bebernya.

"Gunung Kawi itu kuburan biasa pada umumnya, banyak pengusaha dan orang-orang China untuk menepi di sana supaya usahanya sukses. Merasa berhasil usahanya, entah dari situ atau karena giat berusaha akhirnya punya ujar dan membiayai pembangunan di situ," tambah Suwardono.

Kendati begitu, lanjut Suwardono, Gunung Kawi bukan berarti tidak dikenal pada masa Mataram Hindu ataupun masa Kerajaan Kediri atau Singhasari. Karena banyak ditemukan jejak peninggalan padepokan untuk pertapaan para pendeta di lembah Gunung Kawi terutama wilayah barat.

"Kalau sisa-sisa padepokan pendeta banyak ditemukan. Karena dulu dijadikan sebagai tempat pertapaan. Seperti gunung lain di masa Hindu-Budha," ungkapnya.


(hil/iwd)


Hide Ads