Selain menjadi tempat wisata dan tempat ritual untuk mencari pesugihan, Gunung Kawi juga identik dengan pohon Dewandaru. Konon, bagian dari pohon Dewandaru bisa menjadi jimat pembawa keberuntungan.
Hingga kini, dipercaya jika ranting, buah, dan daun pohon Dewandaru bisa menjadi jimat yang mendatangkan kekayaan bagi orang yang bisa mendapatkannya.
Namun, seperti namanya yaitu pohon kesabaran, dibutuhkan kesabaran hingga berbulan-bulan untuk menunggu beberapa bagian dari pohon itu jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Pesarean Gunung Kawi, pohon Dewandaru tumbuh berdiri persis di depan bangunan makam Eyang Jugo dan Eyang Imam Sujono. Pagar besi dipasang memutari letak di mana pohon Dewandaru berdiri.
Menurut Kadir, ketua RT yang tinggal di belakang kompleks pesarean Gunung Kawi mengatakan, pohon Dewandaru biasanya berbuah pada bulan Desember.
Banyak pengunjung atau peziarah ingin mendapatkan buahnya. Selain daun dari pohon Dewandaru yang dipercaya bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya.
"Buahnya biasanya tumbuh saat Desember, memang banyak yang percaya bisa membawa berkah. Ketika mendapatkan daun atau buahnya," ujar Kadir kepada detikJatim, Jumat (13/10/2023).
Setahu Kadir dari cerita turun-temurun, pohon Dewandaru yang tumbuh di pesarean Gunung Kawi berasal dari tongkat Kyai Zakaria I atau dikenal sebagai Eyang Jugo.
"Dulu katanya dari tongkat Eyang Jugo yang ditancapkan, kemudian tumbuh menjadi pohon Dewandaru," bebernya.
Pohon Dewandaru juga tumbuh di Keraton Gunung Kawi yang terletak di Dusun Gendoga, Desa Balesari, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.
Dewandaru di Keraton Gunung Kawi berada di sisi timur dari pelataran keraton. Batang pohon dibungkus kain dengan motif kotak-kotak hitam dan putih.
Pohon ini juga dikeramatkan oleh orang-orang. Konon katanya, jika bertapa di bawah pohon itu hingga kejatuhan buah, daun, atau benda lain kemudian dibawa pulang, maka akan mendapatkan keistimewaan tertentu termasuk bisa menjadi kaya.
Namun tak semudah itu, lamanya menunggu kejatuhan benda tersebut tak sebentar. Bahkan, ada yang bertapa hingga berbulan-bulan. Itu tergantung pada niat dan keikhlasan batin seseorang tersebut.
Dikutip dari berbagai sumber, buah Dewandaru memang dapat dikonsumsi secara mentah. Cita rasanya yang asam dan manis membuat buah tropis ini sering diolah menjadi selai dan jeli.
Dewandaru memiliki sedikitnya 46 nama di dunia. Tumbuhan ini sebetulnya berasal dari Amerika Selatan, mulai dari Suriname, Guyana Prancis, hingga bagian selatan Brasil, Uruguay, dan Paraguay. Tapi, sekarang sudah tersebar ke seluruh penjuru daerah tropis dan subtropis, seperti Asia Tenggara dan Pulau Karibia.
Tumbuhan yang masih satu keluarga dengan jambu ini berbentuk semak atau pohon dengan ketinggian sampai tujuh meter. Cabangnya menyebar, kadang melekuk, dan ramping.
Ketika masih muda, daun Dewandaru berwarna cokelat kemerah-merahan, sedangkan kalau sudah tua berubah menjadi hijau gelap.
Kala musim dingin atau kering, daun akan berubah warna lagi menjadi merah. Bunganya lumayan wangi, berjumlah 1 hingga 4 keping yang menyatu di ketiak daun.
(hil/dte)