Museum Ganesya hadir di tengah gemerlapnya kehidupan urban modern, museum yang dimiliki Hawai Water Park Group berdiri sebagai penjaga khazanah budaya yang tak ternilai harganya. Banyak koleksi museum bisa jadi alternatif untuk mengisi waktu senggang dan hari libur keluarga.
Ada artefak, permainan tradisional, arsip sejarah, tokoh Indonesia hingga berbagai benda kesenian dan budaya khas Jawa. Dengan koleksi artefaknya yang luar biasa, Museum Ganesya menawarkan perjalanan menyusuri masa lampau yang memikat bagi para pengunjungnya. Di sana kita akan banyak belajar tentang seni, budaya dan temuan kejayaan masa lalu.
Guide senior Museum Ganesya Amri Bayu mengatakan bahwa koleksi Museum Ganesya tersebar di dua lantai. Pada lantai pertama berisi tentang benda-benda arkeologi sejarah masa Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Majapahit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan di lantai dua ini, ada tema berbeda yaitu Museum Temporary. Dengan menghadirkan bermacam-macam tema setiap enam bulan sekali. Yang pernah di antaranya menyajikan koleksi benda-benda mistik, kemudian keris, celengan, dan saat ini adalah Wondo Wayang Arjuna," ujar Amri Bayu mendampingi detikJatim saat menyusuri koleksi Museum Ganesya, Jumat (8/9/2023).
Sementara di lantai berikutnya, Museum Ganesya mengumpulkan beragam koleksi tentang etnografi, seni pertunjukan berbasis cerita Raden Panji Asmarabangun, putra mahkota dari Kerajaan Jenggala. Amri Bayu menyebutkan bahwa Malang memiliki ikatan kuat akan sejarah Raden Panji.
Maka dari itu, Museum Ganesya mengumpulkan beragam artefak terkait Raden Panji. Seperti wayang Gedog, topeng, reog, wayang golek yang semua yang bergenre Raden Panji.
![]() |
"Semua koleksi itu berada di lantai tiga. Semua bergenre Raden Panji, di mana merupakan kesenian yang ada di dalam khasanah Indonesia tetapi tidak populer. Makanya kami ingin mempopulerkannya lagi," katanya.
Amri Bayu kemudian menjelaskan alasan mengapa dibangun Museum Ganesya ini, selain menambah pilihan destinasi wisata di Kota Malang. Koleksi Museum Ganesya merupakan pelengkap dari museum yang pernah ada di Malang Raya.
"Alasan bangun museum, karena Malang ini sebagai kota pariwisata harus ada khasanah tentang museum. Memang sudah banyak museum, tapi kami ingin melengkapi yang belum dimiliki di museum-museum lain. Jadi museum ini didirikan dalam rangka melengkapi dan mengembalikan kebudayaan yang ada di Malang," pungkasnya.
Koleksi Museum Ganesya Malang
Satu demi satu Amri Bayu menjelaskan koleksi museum yang berada di lantai pertama. Di antaranya adalah benda-benda berkaitan dengan keramik atau alat logistik masyarakat zaman dahulu. Terutama ketika era perdagangan masa Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Majapahit.
![]() |
1. Artefak
Ada sejumlah artefak berupa keramik, gentong, guci, tombak, tembikar, kendi, figurin, serta fragmen pecahan piring yang diyakini menjadi alat perdagangan nenek moyang di Nusantara
"Artefak-artefak ini ditemukan di beragam wilayah, ada dari Trowulan, atau berasal dari Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang ditemukan di utara Pantai Jawa, mulai Cirebon hingga Lamongan," kata Amri Bayu.
Tidak hanya itu, tersimpan pula peralatan keseharian masyarakat Jawa kuno. Ada pelita sebagai tempat lampu, garpana sebagai cermin, juga benda-benda dapur yang diyakini merupakan peninggalan masa Kerajaan Singhasari dan Majapahit.
2. Diorama
Berikutnya adalah diorama. Salah satu diorama yang menjadi andalan di museum ini adalah posisi patung Buddha di Candi Borobudur. Ada enam karakter berbeda yang menggambarkan Sidharta Gautama sesuai enam arah mata angin dan satu menjadi pusatnya.
Pertama Aksobyha dimana patung Buddha yang diletakkan di sisi timur, Ratnasambhawa di sisi selatan, Amittaba sisi barat dengan sikap bersemedi, Arnoggasiddhi berada di sisi utara dari Candi Borobudur, dan dua posisi berbeda yang terletak di tengah.
"Jadi dengan mengenali posisi patung Buddha di sini kita bisa memahami saat berkunjung ke Candi Borobudur, karena karakter patung Buddha di Candi Borobudur itu berbeda-beda sesuai penjuru mata angin dan satu pusat. Contohnya, Amoggasidhhi di mana patung Buddha dengan sikap mendamaikan diletakkan di sisi utara candi," kata Amri Bayu.
3. Manik-manik dan Perhiasan masyarakat pra sejarah
Bebatuan dirangkai menjadi sebuah kalung akan dikenakan kepada bangsawan zaman dahulu ketika sudah meninggal.
Amri menyebut bahwa koleksi manik-manik yang berada di Museum Ganesya kesemuanya asli. Termasuk manik-manik produk masyarakat Indo Pasifik dan asal kepulauan Solomon.
![]() |
"Adanya manik-manik ini menggambarkan bahwa nenek moyang kita sudah berinteraksi dengan dunia luar. Dan koleksi disini bukan hanya berasal dari Indonesia melainkan, dari Indo Pasifik, Asia Tenggara sampai kepulauan Solomon," ungkapnya.
Tidak hanya itu, terdapat beragam perhiasan dari emas perunggu, dan perak. Amri Bayu menyebutkan bahwa koleksi ini menceritakan identitas sosial masyarakat Jawa kuno yang memiliki aksesoris berbahan emas, perunggu, dan perak.
Tampak di antara koleksi perhiasan ini sejumlah cincin, anting-anting, kalung, gelang, keris, dan beragam benda-benda lainnya.
Tokoh nusantara berupaya wayang golek. Baca di halaman selanjutnya.
4. Wayang Golek Tokoh Nusantara
Museum Ganesya menghadirkan sejumlah tokoh nusantara yang dimanifestasikan dalam konsep wayang golek. Mulai dari Mahapatih Gajah Mada, Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, hingga Presiden KH Abdulrachaman Wahid.
Termasuk di antaranya ada Presiden Megawati Soekarnoputri, presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Presiden Joko Widodo.
Selain tokoh nusantara yang digambarkan dalam bentuk wayang golek, disertakan pula duplikat dari pusaka yang dimiliki oleh para tokoh tersebut.
5. Mata Uang Kuno
Ada beragam benda yang terbuat dari perunggu dihadirkan di museum ini. Beberapa di antaranya diyakini merupakan alat transaksi masyarakat Jawa kuno sebelum adanya peredaran uang logam.
Benda-benda itu diantaranya pancing, gelang, cincin dan sebagainya. Kemudian beragam amulet Jawa dan Bali yang dianggap sebagai koin keberuntungan berupa ornamen tanpa dilengkapi angka dan huruf.
"Ada juga mata uang Cina dari beragam dinasti yang pernah hadir di nusantara pada zamannya. Semua kita hadirkan disini sebagai bahan edukasi sejarah masa lalu," terang Amri Bayu.
![]() |
6. Terakota
Arsiktur dan perabotan rumah masyarakat Majapahit juga hadir di museum ini. Uniknya, artefak tersebut dihadirkan dalam diorama atau versi mininya.
Beberapa di antaranya adalah genting, figurin, selobongan tiang yang kesemuanya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Koleksi ini pun asli hasil temuan di wilayah Trowulan, Mojokerto.
Pada sisi seberang, beragam koleksi perabotan masyarakat Majapahit juga dihadirkan, mulai dari alat menyimpan air suci, sampai dengan kendi dengan ujung mirip payudara wanita.
7. Celengan di Era Majapahit hingga Kemerdekaan
Salah satu koleksi tematik di museum ini adalah celengan. Amri Bayu mengatakan bahwa budaya untuk menabung sudah ada sejak zaman pra sejarah, di mana manusia sudah mulai menyimpan bahan makanan.
Karena itulah Museum Ganesya menghadirkan sejumlah celengan yang ditemukan di sejumlah lokasi yang juga berasal dari berbagai era, terutama sejak era Kerajaan Majapahit, era kolonial, hingga era kemerdekaan.
"Dari temuan arkeologis, ketika masa klasik terakota untuk menyimpan dan menabung berwujud babi celeng dengan perut buncit, menandakan volume tampung uang sangat banyak. Celengan banyak ditemukan di era Majapahit," tuturnya.
![]() |
8. Wayang
Ada juga koleksi karakter asli Unyil dan tokoh dalam ceritanya. Seperti desain awal, lantai tiga Museum Ganesya banyak berisikan tema seni dan budaya Raden Panji. Karakter Punokawan dari Cirebon, Solo, Yogya, Sunda, Pekalongan, serta Jawa Timur. Berikutnya koleksi topeng Cirebon yang lengkap semua karakternya.
Disusul topeng Malang karya maestro Sukani asal Tumpang, serta karakter topeng berasal dari perajin di wilayah Kabupaten Malang. Setelah menyusuri beragam karakter topeng Malang, pengunjung akan sampai di seni pertunjukan wayang Gedog.
"Wayang Gedog merupakan wayang langka. Tidak ada di masyarakat. Artefaknya hanya ada di keraton Mataram Islam, seperti Kasunanan, Puro Mangkunegaran, Puro Pakualam dengan genre yang berbeda-beda. Kita memiliki genre Puro Mangkunegaran. Wayang ini beda dengan wayang Purwo yang familiar di masyarakat," terang Amri Bayu.
9. Topeng
Perjalanan berikutnya akan sampai di koleksi topeng Majapahit. Ada beragam duplikat wayang mulai dari Klitik, Pakuan, Krucil, Cepak asal Cirebon, wayang Tengul asal Bojonegoro, dan terakhir wayang Beber berasal dari Pacitan dan Gunung Kidul, Jawa Tengah.
"Genre-nya tetap sama penggambaran Raden Panji. Jadi di Jawa Timur sebenarnya punya namanya wayang Tengul asal Bojonegoro, karakternya lebih primitif. Dan terakhir wayang Beber asal Pacitan dan Gunung Kidul," kata Amri Bayu.
Sebelum berada di penghujung lantai tiga, pengunjung akan mendapatkan informasi sekaligus artefak perkumpulan wayang orang Cina peranakan yang dulunya pernah ada di Malang, dilanjutkan koleksi Wayang Potehi, dan wayang golek Wali Songo.
Simak Video "Video: Polisi Ringkus Penculik Anak di Malang, Pelaku Minta Tebusan Rp 150 Juta"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/fat)