Selama ini rupa Mahapatih Gajah Mada baik wajah maupun perawakannya kita kenal dari penafsiran Mohammad Yamin. Apakah penafsiran itu sudah tepat? Jangan-jangan yang tepat justru versi lainnya?
Empat orang mahasiswa doktoral seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan Universitas Ciputra Surabaya menawarkan visual alternatif rupa Sang Pemersatu Nusantara dari Kerajaan Majapahit yang berbeda dari penafsiran M Yamin.
Para mahasiswa doktoral itu adalah Hutomo Setia Budi, I Wayan Adnyana, I Wayan Swandi, dan I Nyoman Suardina. Mereka berupaya menggambar visual Gajah Mada dengan cara yang sama-sama tidak sembarangan.
Untuk menggambarkan sosok penting dalam Kerajaan Majapahit itu mereka melakukan riset mendalam sejumlah arca di Museum Nasional dan mewawancarai sejumlah sejarawan serta arkeolog.
Hasil riset dan penggambaran rupa Gajah Mada itu lantas ditulis dan digambarkan dalam jurnal berjudul "Character Design of Mahapatih Gajah Mada Based on Visual References from Bima and Brajanata/Kertala Statues".
Dalam jurnal yang diterbitkan berupa VCD Journal of Visual Communication Design (VCD) Volume 8 Nomor 1 Juli 2023 oleh Universitas Ciputra itu disebutkan arca yang menjadi referensi visual Gajah Mada adalah arca Bima dan Brajanata/Kertala.
Metode Riset
Metode riset untuk mendapatkan penggambaran Gajah Mada yang lebih akurat, pantas dan dapat diandalkan dilakukan melalui 2 tahap. Pertama dengar penambangan data tentang Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit melalui studi literatur.
Untuk memperkuat data literatur ini metode kualitatif digunakan dengan mewawancara narasumber pakar yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Gajah Mada dan Majapahit.
Tahap kedua setelah pengumpulan data literatur dan wawancara adalah memvisualisasi data itu menjadi desain karakter Gajah Mada. Narasumber pakar tetap dilibatkan untuk masukan setiap perkembangan karakter visual.
Ada 5 narasumber pakar yang dilibatkan dalam riset ini. Yakni Rizki (arkeolog dan anggota Balai Pelestarian Kebudayaan Mojokerto), Gunawan Sambodo (arkeolog), dan Sumarwoto (pegiat kebudayaan, Komunitas Pecinta Majapahit).
Selain itu mereka juga melibatkan Yohanes Somawiharja (pegiat kebudayaan, Rektor Universitas Ciputra Surabaya) serta Prof Agus Aris Munandar (arkeolog dan guru besar Fakultas Arkeologi UI).
Dalam riset sekaligus penggambaran visual sosok Gajah Mada ini, Prof Agus Aris Munandar menjadi narasumber pakar kunci. Wawancara mendalam dengan Prof Agus mengarahkan 4 mahasiswa doktoral itu mengambil arca Brajanata/Kertala dan Bima sebagai referensi visual Gajah Mada.
Arca Brajanata/Kertala sendiri adalah karakter yang muncul dalam cerita Panji. Sedangkan karakter Bima ada di dalam kisah Mahabarata.
Menurut Prof Agus, kisah Panji menceritakan peristiwa di Kerajaan Majapahit dengan karakter dominan Panji dan Brajanata. Sosok Panji atau Raden Panji kemungkinan adalah Hayam Wuruk.
Sedangkan Raden Brajanata adalah kakak Raden Panji yang bertugas menjadi penjaga dan pemandu Raden Panji seperti Gajah Mada mengawal Hayam Wuruk. Kisah Gajah Mada sendiri sangat mirip dengan kisah Brajanata/Kertala ini.
Dua versi rupa Gajah Mada. Baca di halaman selanjutnya.
(dpe/fat)