Konon, para jagoan di Kampung Kungfu Surabaya bisa loncat tinggi hingga ke atap rumah saat berlatih atau bertarung. Mereka lantas mempraktikan jurus-jurus sembari menjaga keseimbangan pijakan kaki dari genting ke genting layaknya film-film Jet Li.
Lokasi kampung itu berada di RT 2, RW 8, Kapasan Dalam I, Simokerto, Surabaya. Kampung Kungfu sekarang menjadi bagian dari Kampung Wisata Pecinan Surabaya yang telah menjadi bagian dari Jejaring Desa Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Michael Wijaya Wakil Ketua Kampung Wisata Pecinan Surabaya menyebutkan bahwa kampung kungfu itu telah ada sejak munculnya permukiman di sekitar Cagar Budaya kelenteng Boen Bio pada abad ke-18.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak kelenteng Boen Bio ada sekitar abad ke-18, kampung pecinan berdiri. Terus dikenal Kampung Kungfu itu. Jadi ceritanya dulu perantauan dari Cina itu datang ke sini, ke Surabaya. Itu ada yang datangnya di Kembang Jepun, ada yang di sekitar Kembang Jepun, tapi tinggalnya di sini, di Kapasan Dalam," kata Michael kepada detikJatim, Minggu (22/1/2023).
Mulanya, kata Michael, ada sejumlah perantau asal Cina yang menemui pemilik kelenteng Boen Bio. Mereka menyatakan hendak menumpang tinggal di sekitar kelenteng tersebut hingga akhirnya diberi tanah dan mendirikan rumah.
![]() |
"Karena sudah ada kelenteng, dan yang punya kelenteng ini orangnya baik, para perantau ini dikasih pinjam tanah. Tanahnya kan luas di belakang kelenteng itu. Terus yang sudah bermukim ndek sini, ngomong ndek konco-koncone. Akhire mulai akeh sing datang ndek sini. Ya begitu cerita terbentuknya kampung," kata Michael.
Ia lantas menceritakan tentang para jagoan di Kampung Kungfu. Bagaimana saat bertarung mereka mampu loncat tinggi hingga ke atap rumah kemudian bisa loncat dari genting ke genting sembari melancarkan jurus.
"Kalau cerita versi tetangga-tetangga saya, zaman dulu itu kalau kungfu itu memang kayak di tivi-tivi (televisi) gitu. Jadi bisa loncat tinggi sampai naik genting. Jadi kalau tarung itu di genting-genting gitu. Sekarang latihan kungfunya masih ada. Tapi nggak sehebat dulu," ujar Michael.
Kenapa tidak lagi sehebat dulu, karena latihan kungfu pada awal-awal kampung kungfu itu berdiri benar-benar fokus. Mulai dari latihan kuda-kuda, latihan pernafasan, bahkan latihan fisik dan jurus-jurus, semuanya dilakukan secara fokus.
"Kata kakek saya itu latihannya benar-benar harus fokus. Kayak latihan kuda-kuda, dulu itu bisa berjam-jam. Nah kalau sekarang, latihannya difokuskan gitu bisa semaput kabeh arek-arek iku. Latihan kuda-kuda ae 5 menit sudah ngeluh," ujar Michael.
Para jagoan kungfu Kapasan Dalam Surabaya di era penjajahan. Baca di halaman selanjutnya.
Jagoan Kampung Kungfu Membela Arek-arek Suroboyo di Masa Penjajahan
Michael sebagai warga di Kampung Pecinan memang banyak mendapat kisah tentang Kampung Kungfu. Salah satu yang sering ia dengarkan adalah cerita dari kakeknya yang merupakan warga Tionghoa asli kelahiran Cina yang merantau ke Surabaya.
"Kalau dari cerita kakek saya. Kakek saya itu asli perantauan dari Cina, memang par perantau Cina yang datang ke Kapasan Dalam pada abad ke-18 itu para jagoan kungfu dan ahli pengobatan atau sinshei," ujarnya.
Pada masa penjajahan Belanda, warga Tionghoa yang ada di kampung Kapasan Dalam termasuk yang berpihak kepada para pejuang. Mereka bahkan sempat melindungi para pejuang yang terluka di salah satu gedung seperti bangsal di sekitar kampung itu.
"Iya, kayak bangsal. Sekarang sudah nggak dibuka lagi. Namanya dulu Balai Keselamatan Tong Yang We, itu dipakai untuk mengobati pejuang di sana. Terus di bawahnya ada bunker-nya. Jadi setengahe disingitno (disembunyikan) di bawah situ Arek-arek Suroboyo yang ikut perang itu. Nah yang jago-jago kungfu jaga di luar," ujarnya.
Pada akhirnya tentara sekutu atau tentara Belanda, menurut cerita Michael, agak sedikit mikir untuk masuk melakukan pengecekan ke gedung itu. Maka para pejuang yang bersembunyi di bunker itu pun selamat.
"Jadi akhirnya tentara masuk sini agak mikir dua kali sih. Iya, soalnya yang jaga para jagoan kungfu semua, yang kungfunya nggak main-main yang bisa loncat sampai ke genting-genting tadi," katanya.
Hingga kini latihan kungfu masih digelar. Masih ada belasan anak muda yang berminat belajar kungfu kepada para guru yang ada di Kampung Kungfu. Pada hari-hari tertentu mereka berlatih di pelataran kelenteng Boen Bio. Uniknya, kursus kungfu itu dibuka untuk umum, tidak hanya bagi warga Tionghoa atau warga Kampung Pecinan saja.
"Masih ada yang berminat. Sekitar belasan orang. Di tempat kami ini uniknya kami nggak cuma ngajari warga kampung sini. Semua yang mau belajar kami kasih ilmu. Toleransinya juga tinggi. Kami tidak memandang, oh, kamu bukan orang Cina, nggak kita ajari. Atau bukan orang sini. Nggak lihat itu. Jadi dibuka untuk umum," ujarnya.
Hal itu, kata Michael terlihat dari sejumlah pemain barongsai di komunitas barongsai yang juga merupakan murid-murid yang belajar kungfu. Mereka justru rata-rata bukan warga Tionghoa.
"Iya, contohnya seperti yang ikut barongsai. Itu kalau sampeyan perhatikan, sebagian besar itu warga pribumi. Ya warga sekitar yang mau belajar kami ajari. Ada latihan barongsai, ada latihan kungfu. Kami buka untuk umum latihannya setiap Selasa sama Jumat," katanya.
Tidak hanya latihan kungfu, salah satu ikon yang ada di Kampung Kungfu di Kapasan Dalam, Simokerto, Surabaya adalah keberadaan kedai yang diberi nama Kedai Kungfu. Kedai tersebut menjadi bagian dari Wisata Kampung Pecinan (WKP) Surabaya.