Cara Unik Masyarakat Osing Banyuwangi Simpan Batik, Dimasukkan Dalam Toples

Cara Unik Masyarakat Osing Banyuwangi Simpan Batik, Dimasukkan Dalam Toples

Ardian Fanani - detikJatim
Jumat, 06 Jan 2023 08:01 WIB
masyarakat osing menyimpan batik dalam toples
Masyarakat Osing menyimpan batik dalam toples (Foto: Ardian Fanani)
Banyuwangi -

Kain batik menjadi lambang kemakmuran masyarakat Osing. Mereka gemar mengumpulkan berbagai ragam jenis batik untuk digunakan dalam upacara adat. Namun bagaimana mereka menyimpannya agar kain batik tetap utuh?

Ada cara unik masyarakat adat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Mereka menyimpan kain-kain batik berharga dalam toples kaca bening.

Selain berfungsi untuk merawat, menyimpan kain batik di dalam toples juga menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dedy Wahyu, salah satu pembatik mengatakan, menyimpan kain batik dalam toples adalah upaya dalam merawat tradisi.

masyarakat osing menyimpan batik dalam toplesBatik yang disimpan dalam toples bisa lebih awet (Foto: Ardian Fanani)

Setiap warga Desa Kemiren, kata dia, pasti memiliki kain batik yang disimpan di dalam toples kaca.

ADVERTISEMENT

"Coba saja masuk ke rumah-rumah warga, pasti semua memilikinya. Dan rata-rata disimpan di tempat yang terlihat," kata Dedy kepada detikJatim, Kamis (5/1/2023).

Jumlah batik dalam toples di rumah-rumah warga juga tidak hanya satu. Umumnya, satu keluarga memiliki beberapa simpanan batik dalam toples.

Usia masing-masing kain juga beragam. Mulai tahunan hingga belasan tahun. Biasanya, semakin banyak koleksi toples berisi batik, semakin berada keluarga tersebut.

"Jadi mengapa warga menyimpan kain batik di dalam toples kaca, bukan plastik? Karena ini juga soal rasa. Ada rasa prestisenya," sambung Dedy.

Toples yang dipakai untuk menyimpan batik juga tak sembarangan. Masyarakat yang berada biasanya menyimpan kain batik dalam toples buatan Eropa atau Jepang.

Banyak toples yang dimiliki oleh warga-warga sepuh adalah barang yang didapat secara turun temurun.

"Itu harga toplesnya bisa hampir setara dengan harga kainnya," kata Dedy.

Kain batik masyarakat adat Osing memiliki harga yang bervariasi. Mulai dari ratusan ribu hingga puluhan ribu rupiah per helai.

"Tapi sekarang juga banyak yang pakai toples kaca buatan lokal. Biasanya dari Surabaya. Karena toples buatan Eropa atau Jepang sudah jarang dan mahal," sambung dia.

Haidi Bing Slamet, salah satu warga Desa Kemiren mengatakan, memiliki sebuah kain batik yang berharga akan membanggakan jika menyimpannya dalam sebuah toples yang juga berharga.

"Orang tua menyiapkan kain batik itu untuk pernikahan anaknya kelak, atau untuk momen-momen tertentu seperti ritual adat dan hajatan," ujarnya.

Salah satu fungsi penyimpan batik di dalam toples adalah untuk mempertahankan mutu kain dan warna corak. Dengan menyimpan di dalam toples, kain batik terjaga kelembapannya.

Menurutnya, kain batik tulis tak boleh disimpan sembarangan. Tidak boleh terlalu kering atau panas.

Biasanya, warga menambahkan beberapa biji merica di dalam toples untuk menjaga kualitas. Hal ini yang membuat batik-batik di dalam toples memiliki aroma khas ketika dibuka.

"Tujuan kain batik disimpan di dalam toples memang untuk ketahanan. Ini juga bagian dari kearifan lokal masyarakat di Desa Kemiren yang terus dirawat hingga kini," tuturnya.




(abq/iwd)


Hide Ads