Ratusan Warga Ngawi Gelar Ritual Perang Nasi untuk Tolak Balak

Ratusan Warga Ngawi Gelar Ritual Perang Nasi untuk Tolak Balak

Sugeng Harianto - detikJatim
Minggu, 09 Okt 2022 16:49 WIB
Ratusan Warga Ngawi Gelar Ritual Perang Nasi Untuk Tolak Balak
Tradisi perang nasi untuk tolak balak (Foto: Sugeng Harianto/detikJatim)
Ngawi - Ratusan warga Desa Pelanglor Kecamatan Kedunggalar, Ngawi menggelar ritual perang nasi. Bertempat di punden yang dikeramatkan, ritual perang nasi merupakan tradisi temurun nenek moyang bertujuan tolak balak warga satu desa.

Nasi yang digunakan untuk perang saling lempar adalah hasil bawaan warga yang dibungkus lengkap dengan lauk pauk sayuran dan peyek serta kerupuk.

"Memang acara tradisi perang nasi ini sudah temurun sejak nenek moyang sebagai wujud rasa syukur membawa berkah seiring musim panen padi tiba dengan saling lempar nasi ini," Kades Pelanglor Kecamatan Kedunggalar Ngawi, Hariyana saat dikonfirmasi detikJatim, Minggu (9/10/2022).

Heriyana mengatakan, ritual perang nasi rutin digelar setiap tahun dan ditiadakan selama dua tahun terakhir karena pandemi COVID-19.

"Dua periode karena pandemi COVID-19 kemarin ritual perang nasi ditiadakan tapi hanya gelar doa saja di punden ini," kata Heriyana.

Aksi ritual perang nasi ini, lanjut Heriyana, juga bertujuan mensyukuri hasil panen padi dan palawija petani yang melimpah. Lokasi dipilih punden karena merupakan tempat yang dikeramatkan peninggalan leluhur pendiri desa.

"Lokasi punden ini dikeramatkan karena peninggalan leluhur nenek moyang jadi ada satu titik di taburi bunga oleh warga," tandasnya.

Salah satu warga desa mempercayai bahwa nasi merupakan tolak balak dan harus dilakukan setiap tahun. Warga mengaku saat dua tahun acara ditiadakan terjadi kesialan menimpa banyak warga.

"Harus setiap tahun tidak boleh berhenti acara ini. Kemarin tidak ada acara seperti ini banyak yang meninggal dunia warga dan perangkat termasuk pak kades meninggal tahun lalu," ucap salah satu warga nenek Suyati (70) kepada detikJatim.

Pantauan detikJatim, ratusan warga utamanya pria tampak aksi saling lempar nasi yang dibungkus daun pisang. Tak hanya nasi, warga juga melempar sayur lodeh yang dibungkus plastik dan juga mie.

Sebelum aksi lempar nasi, perangkat desa bersama warga berpakaian pesilat mengarak nasi tumpeng dan ayam panggang dan berbagai lauk yang di usung warga dengan alat tradisional. Setelah dilakukan doa, warga langsung saling lempar nasi.

Tak peduli kotor dengan nasi dan lauk di badan warga terus saling lempar yang dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Tampak pula warga yang tidak ingin kena lemparan nasi berhamburan lari menjauh dari lokasi. Usai acara, tampak sebagian warga memunguti nasi dan lauk untuk dibawa pulang.

"Saya bawa pulang nak, lumayan buat makan atau di jemur nasinya nanti," tutur salah satu yang datang ke lokasi, Samiyem (66).


(abq/fat)


Hide Ads