Ada banyak tokoh nasional yang pernah menjadi tahanan di Penjara Kalisosok Surabaya. Mulai dari Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, Wage Rudolf Soepratman, Kiai Haji Mas Mansur dan Ir Soekarno.
Menurut Sejarawan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Purnawan Basundoro, mereka ditahan karena dianggap melawan pemerintahan Belanda kala itu. Bahkan orang pers juga banyak yang masuk penjara.
"Pak Cokroaminoto (Sarekat Islam), WR Soepratman sempat di situ. Aktivis pers keturunan Tionghoa, Kwee Tiam Tjing disekap selama beberapa bulan di situ juga. Orang-orang pers banyak yang masuk penjara di situ karena mengkritik pemerintah kolonial," kata Purnawan dikutip detikcom, Jumat (19/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain tokoh-tokoh nasional tersebut, Purnawan memperkirakan, masih banyak tokoh nasional yang pernah mendekam di Penjara Kalisosok. "Pejuang masa revolusi saya kira juga banyak yang ditangkapi dimasukkan di situ. Karena satu-satunya penjara di Surabaya ya di situ, di Penjara Kalisosok. Sekarang Surabaya malah nggak punya penjara," ujarnya.
Pada zaman Belanda tepatnya tahun 1850, Kota Surabaya hanya memiliki satu penjara. Yaitu Penjara Kalisosok di Jalan Kasuari. Penjara dengan luas sekitar 3,5 hektare itu awalnya bernama Binnenboei. Penjara itu dikenal sangat ketat. Bahkan, tahanan-tahanan tertentu diberi bandul bola besi dan kakinya dirantai agar tidak lari.
"Di sana selain dikurung, pada zaman kolonel, tahanan dirantai kakinya dan dibandul besi para penjahat yang dianggap berbahaya," ujar Purnawan.
![]() |
Penjara Kalisosok beroperasi hingga zaman Jepang. Purnawan juga menjelaskan, penjara itu memiliki sel tahanan dengan rata-rata luasan 2,5x4 meter. Satu kamar disekat menggunakan triplek menjadi dua bagian.
Bagian belakang digunakan untuk tidur dan sudah dicor. Untuk sanitasi disediakan tong atau semacamnya.
"Ruang penjaranya amat kecil, karena ruang berukuran kira-kira 2,5x4 meter dibagi menjadi dua depan-belakang. Sehingga tak terbayangkan susahnya jika ruang tersebut diisi beberapa orang," jelasnya.
Menurut Purnawan, bangunan cagar budaya ini terkenal kokoh. "Juga dicor atapnya. Sehingga penjahat nggak bisa lari," pungkasnya.
(sun/iwd)