Sederet Jenderal yang Jadi Korban Kekejaman PKI

Sederet Jenderal yang Jadi Korban Kekejaman PKI

Tim detikJatim - detikJatim
Senin, 26 Sep 2022 17:39 WIB
Monumen G30S PKI: Serba-serbi Monumen Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti/Foto: Ruly Kurniawan
Surabaya -

Setiap akhir September, bangsa Indonesia teringat dengan Gerakan 30 September atau G30S/PKI. G30S terjadi pada tahun 1965.

Pada saat itu, ada sederet jenderal TNI AD yang diculik. Tepatnya pada pergantian hari dari 30 September ke 1 Oktober 1965.

Jasad mereka kemudian ditemukan di daerah Lubang Buaya, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Mereka kini dikenang sebagai pahlawan revolusi. Berikut ini daftar korban G30S/PKI. Mulai dari jenderal, personel TNI hingga masyarakat sipil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daftar Jenderal dan Kapten Korban G30S/PKI

1. Jenderal Anumerta Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir pada 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo. Di masa pendudukan Jepang, dia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan pendidikan tentara pada Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Ahmad Yani diangkat sebagai komandan di Purwokerto. Ahmad Yani juga turut terlibat dalam penumpasan pemberontakan PKI Musso di Madiun pada 1948.

ADVERTISEMENT

Pada 1962, Ahmad Yani diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh.

2. Letjen Anumerta Raden Suprapto

Suprapto lahir pada 20 Juni 1920 di Purwokerto. Ia mengikuti pendidikan militer di Akademi Militer Kerajaan di Bandung. Namun terputus lantaran Jepang mendarat di Indonesia.

Di masa Jepang, Suprapto mengikuti kursus pada pusat latihan pemuda dan bekerja pada Kantor Pendidikan Masyarakat. Pada masa awal kemerdekaan, ia aktif merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian bergabung dengan TKR di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman.

Karier di dinas kemiliteran antara lain sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang, Staf AD di Jakarta, Deputi Kepala Staf AD di Sumatra, Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat Jakarta.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono)

MT Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1924. Pada masa pendudukan Jepang, ia belajar di Ika Dai Gaku (Sekolah Kedokteran) di Jakarta.

Usai proklamasi, MT Haryono bergabung dengan TKR dengan pangkat mayor. Karena pandai bahasa Belanda, Inggris dan Jerman, MT Haryono kerap mengikuti perundingan antara RI dengan Belanda serta antara RI dan Inggris.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

4. Letjen Anumerta Siswondo Parman

Siswondo Parman lahir 4 Agustus 1918 di Wonosobo, Jawa Tengah. Di masa pendudukan Jepang, dia bekerja pada Jawatan Kenpeitai.

Pasca proklamasi, ia masuk TKR dan diangkat sebagai Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta. Pada Desember 1939, ia diangkat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.

Pada 1964, S Parman diserahi tugas Asisten 1 menteri/pangliman AD dengan pangkat major jenderal. Sebagai perwira AD, ia sangat tau seluk beluk usaha pemberontakan PKI untuk membentuk angkatan kelima.

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Baca daftar korban peristiwa G30S di halaman selanjutnya

5. Mayjen Anumerta Donald Isaac Panjaitan

Donald Isaac Panjaitan lahir 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang, ia menempuh pendidikan militer Gyugun dan kemudian ditempatkan di Pekanbaru sampai Proklamasi Kemerdekaan.

DI Panjaitan ikut serta membentuk TKR dan diangkat sebagai Komandan Batalyon. Pada 1948, ia menjabat Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi.

Sebelum akhir hayatnya, DI Panjaitan diangkat menjadi Asisten IV Menteri/Panglima AD dan dapat tugas belajar di AS. Pada 1 Oktober 1965 dini hari, ia diculik dan dibunuh. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dan kemudian dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.

6. Mayjen Anumerta Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang, dia belajar di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta dan kemudian jadi pegawai negeri di Kantor Kabupaten Purworejo.

Pasca Indonesia merdeka, dia bergabung dengan TKR bagian kepolisian lalu menjadi anggota Corps Polisi Militer (CPM). Dia kemudian berkarier di CPM di Yogyakarta hingga Surakarta.

7. Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal AH Nasution)

Pierre Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta. Ia lulus dari Akademi Militer Jurusan Teknik pada 1962.

Setelah lulus, Piere Tendean menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Ia turut bertugas menyusup ke Malaysia saat Indonesia berkonfrontasi dengan negara tetangga itu.

Pada April 1965, Pierre Tendean diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution. Pada 1 Oktober 1965, saat rumah AH Nasution dikepung, ia turut ditangkap dan dibunuh. Jenazahnya kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Selain 7 pahlawan revolusi korban G30S/PKI di atas, ada pahlawan lainnya. Mereka terdiri dari personel TNI hingga masyarakat sipil. Berikut daftarnya:

1. AIP II Anumerta Karel Satsuit Tubun

Saat bertugas sebagai pengawal Kediaman Resmi dr J Leimena, yang berdampingan dengan rumah Jenderal AH Nasution, KS Tubun ikut melawan gerombolan yang datang. KS Tubun melawan dan ditembak hingga gugur.

Jenazahnya juga dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata Jakarta dan mendapat gelar pahlawan revolusi gelar Anumerta. Serta pahlawan nasional.

2. Kolonel Anumerta Sugiyono

Saat kembali dari Pekalongan, Sugiyono ditangkap di Markas Korem 072 pada 1 Oktober 1965. Ia dibunuh di daerah Kentungan, Yogyakarta.

Jenazahnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Dia lantas mendapat gelar pahlawan revolusi dengan gelar anumerta. Kolonel Sugiyono juga masuk dalam daftar pahlawan nasional.

3. Kolonel Katamso Darmokusumo

Saat menjabat Komandan Resort Militer (Korem), Kolonel Katamso diculik dan dibunuh pada 1 Oktober 1965. Jenazahnya ditemukan 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Ia lantas mendapat gelar pahlawan revolusi dengan gelar anumerta. Kolonel Sugiyono juga masuk dalam daftar pahlawan nasional.

4. Ade Irma Suryani (Putri Jenderal AH Nasution)

Ade Irma meninggal dunia saat kediaman AH Nasution dikepung. Tepatnya pada 1 Oktober 1965. Pemerintah membangun monumen di tempat peristirahatan terakhirnya, di kawasan Kebayoran Baru. Persis di samping Kantor Wali Kota Jakarta Selatan.

Nah, itu tadi daftar korban peristiwa G30S. Jangan lupakan sejarah ya.

Halaman 2 dari 2
(hse/sun)


Hide Ads