Ki Bagong Sabdo Sinukarta, Ketua Forum Pamong Kebudayaan Jawa Timur, mengulas sejumlah kisah selama Pak Sakera di dalam penjara. Bagong menyebut, Pak Sakera tidak lama menjadi mandor buruh tebang tebu. Ia menggantikan Duriyat dan tidak beberapa lama muncul berbagai fitnah hingga ia dipenjara.
"Perlu ditegaskan lagi, Pak Sakera dipenjara bisa disebut atas kemauan sendiri. Dibujuk dengan banyak hal antara lain, untuk menyenangkan orang-orangnya Mandor Duriyat, khususnya Carik Tampung dan Lurah Rembang, agar tidak terjadi kekacauan. Lalu ia dijanjikan selama dipenjara tetap menerima gaji mandor, biaya hidup keluarganya tetap ditanggung," ungkap Bagong.
Bagong juga mengatakan, selama Pak Sakera dipenjara, Belanda merasa tenang. Pak Sakera juga lega karena dijanjikan keluarga akan dijaga dan ditanggung biaya hidupnya.
Namun kondisi itu tidak berlangsung lama. Belanda berkhianat. Ingkar janji. Keluarga Pak Sakera, istri dan anaknya diabaikan. Gaji yang dijanjikan tidak dibayarkan dan tidak diberikan ke keluarganya.
Selain itu, muncul seorang bernama Barioh alias Brodin. Barioh yang masih ada hubungan darah dengan Pak Sakera memanfaatkan situasi. Ia membawa-bawa nama Pak Sakera dan bertindak sesuka hati.
"Barioh bikin onar di kalangan masyarakat, tidak ada yang berani karena dia membawa nama Pak Sakera. Sewenang-wenang, gudohi (jahil sama) perempuan, judi, maling. Nggak ada yang berani," jelas Bagong.
Apa yang terjadi di luar membuat Pak Sakera yang sudah tenang dalam penjara menjadi murka. Dengan kesaktiannya, ia dengan mudah meloloskan diri dari bui.
Pak Sakera pulang dan mendapati kenyataan keluarganya hidup dalam keprihatinan. Kepala pabrik gula ingkar janji!
"Pak Sakera mendatangi pabrik. Kepala pabrik dibunuh, Carik Tampung dan Lurah Rembang juga dibunuh," terang Bagong.
Pak Sakera juga mencari Barioh. Pak Sakera membuat perhitungan. Hingga keduanya berduel. Barioh yang bukan lawan sepadan Pak Sakera, tumbang.
(sun/sun)