Nama asli Sawunggaling yakni Joko Berek. Tulus Warsito, salah seorang pengurus di Makam Sawunggaling mengatakan, Joko Berek merupakan putra dari Adipati Jayengrono (Jangrono) III dan Raden Ayu Dewi Sangkrah.
Kisah dimulai saat Adipati Surabaya ketiga itu sedang berburu di hutan wilayah Surabaya Barat. Saat itu Jayengrono III bertemu dengan Dewi Sangkrah untuk kali pertama.
"Saat berburu itu, Adipati Jayengrono III bertemu Dewi Sangkrah di Desa Lidah Donowati. Yang sekarang menjadi Lidah Wetan dan Kulon," kata Tulus, Selasa (13/9/2022).
Jayengrono III terpesona dengan kecantikan Dewi Sangkrah. Mereka lalu menikah. Namun sebagai Adipati Surabaya, Jayengrono III harus kembali ke kedaton. Saat itu ia mendengar Belanda ingin mengambil alih Kadipaten Surabaya.
"Sebelum pergi, Adipati Jayangrono meminta Dewi Sangkrah untuk tetap tinggal di Donowati. Ia juga bertitip pesan agar anaknya diberi nama Joko Berek. Jayangrono III juga memberikan selendang cindei puspita, sebagai tanda untuk mencarinya di Kedaton Surabaya," jelas tulus.
"Jadi sejak lahir, Joko Berek ini sudah ditinggal ayahnya. Ia dibesarkan oleh Mbah Buyut Suro dan Ibunya Dewi Sangkrah. Mbah Buyut Suro ini orang tua angkat Dewi Sangkrah sekaligus guru Sawunggaling," tambahnya.
Saat berumur sekitar 8 tahun, Sawunggaling menemukan seekor anak ayam di hutan. Ia menyelamatkan anak ayam itu dari burung Elang yang hendak memangsanya. Sawunggaling membawa anak ayam tersebut pulang untuk dirawat.
"Karena ayam tersebut jantan, ia memberikan nama Bagong," kata Tulus.
Simak Video "Kirab Sawunggaling Surabaya, 1.500 Anak Kompak Menari Remo"
(sun/sun)