Gunung Anyar Surabaya masih aktif menyemburkan lumpur walau jarang-jarang. Hingga saat ini masih ada tiga titik semburan.
Soal itu disampaikan langsung oleh Ketua RT 01 RW 02, Desa/Kecamatan Gunung Anyar, Achmad Fadholi. Menurutnya, warga pernah mencoba menutup semburan lumpur tersebut namun gagal.
"Masih aktif, ada lumpur dan gak banyak. Dulu pernah diuruk dan dulu tanahnya pasir. Dulu sering berdebu pas masih ada banyak sawah. Dulu lapangan berpasir, ada 3 titik," ujar Fadholi saat ditemui detikJatim, Senin (22/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia dan warga sekitar mempertahankan wujud asli Gunung Anyar. Dengan ditanami tanaman dan digunakan untuk aktivitas warga.
"Di 2017 pernah diuruk, pernah dikasih rumput, tapi gak berhasil," tuturnya.
Menurut Fadholi, semburan lumpur itu sudah terjadi sejak zaman Kerajaan Mataram. Semburannya tidak besar. Lumpur yang disemburkan kemudian mengering dan menjadi gundukan tanah.
Gundukan tanah tersebut menyerupai gunung baru. Sehingga disebut Gunung Anyar. Sebutan itu kemudian menjadi nama kawasan tersebut. Kini, nama itu menjadi nama kelurahan dan kecamatan.
"Namanya berasal dari gunung kecil yang dikarenakan semburan lumpur kecil. Sudah ada sejak zaman Mataram," kata Fadholi.
![]() |
Hingga saat ini, Kelurahan Gunung Anyar dihuni ribuan kepala keluarga (KK). Setiap RT terdiri dari ratusan KK.
"Satu RW ada 1.200-an (KK). Kalau RT ada 300-an," imbuhnya.
Ia menambahkan, setelah era kemerdekaan RI, Gunung Anyar diperkirakan memiliki ketinggian sekitar 10 meter. Seiring waktu berselang, semakin banyak penghuni di sekitar gunung tersebut.
Kemudian agar lebih mempermudah 'titenan' atau penamaan titik tertentu, dibuat nama-nama jalan Gunung Anyar secara spesifik. Itu sesuai letak geografisnya.
"Dulu hanya Gunung Anyar saja namanya. Itu sebelum 1980. Di 1990, biar lebih tertata, dibikinkan nama Gunung Anyar Lor, Kidul, dan sebagainya," tutupnya.
(sun/sun)