Detik-detik peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 semakin dekat. Salah satu memori yang melekat saat menyambut Hari Kemerdekaan RI adalah bernostalgia dengan bangunan peninggalan kolonial.
Hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki bangunan peninggalan kolonial. Termasuk Surabaya, Jawa Timur.
Di Surabaya, ada sejumlah bangunan yang ada sejak zaman penjajahan dan masih terawat hingga saat ini. Bangunan-bangunan bersejarah itu tersebar di seluruh penjuru Surabaya. Sebagian berada di kawasan Surabaya Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya Kawasan Kota Tua yang memiliki sederet bangunan tua di sepanjang Jalan Gula, Jalan Panggung, dan Jalan Karet. Ada juga bangunan bersejarah di jantung Kota Surabaya, yakni Hotel Majapahit.
Sebagian kawasan dan bangunan peninggalan era kolonial itu turut dilestarikan oleh pemerintah. Yakni dengan mendaftarkannya menjadi bangunan atau kawasan cagar budaya. Bahkan, ada bangunan yang sudah masuk kategori cagar budaya nasional.
Jika Anda penasaran mana saja bangunan atau kawasan di Surabaya yang sudah ada sejak zaman kolonial, simak uraian yang telah dirangkum detikJatim berikut ini.
Daftar Bangunan dan Kawasan Bersejarah di Surabaya yang sudah ada sejak Jaman Kolonial:
1. Hotel Majapahit
Hotel ini berlokasi di Jalan Tunjungan Surabaya dan dibangun pada tahun 1910. Hotel Majapahit menjadi salah satu tempat bersejarah bagi warga Surabaya. Sebab, hotel ini menjadi lokasi peristiwa perobekan bendera Belanda oleh arek-arek Suroboyo saat sebelum terjadi Pertempuran 10 November, pada 19 September 1945.
Saat peristiwa itu, Hotel Majapahit masih bernama Hotel Yamato. Sebelumnya, Hotel Majapahit juga mengalami beberapa kali perubahan nama. Mulai dari LMS (Lucas Martin Sarkies), kemudian Hotel Oranje, lalu pernah juga menjadi Hotel Hoteru.
Arsitektur bagian luar dan dalam hotel masih kental dengan gaya kolonial. Bahkan, sebagian perabotan di dalam kamar masih menggunakan peralatan dari jaman pertama kali hotel ini didirikan.
Hotel ini pun telah mendapat predikat cagar budaya nasional. Sejumlah tokoh nasional dan dunia pernah menginap di hotel ini, salah satunya komedian Charlie Chaplin.
Kini, keberadaan hotel tersebut semakin eksis dengan perkembangan jalan Tunjungan yang dijadikan wisata. Sejumlah warga tampak memadati area depan hotel tersebut untuk berfoto.
|
2. Masjid Kemayoran
Masjid Kemayoran beralamat di Jalan Indrapura 2, Surabaya. Nama resmi masjid ini adalah Roudhotul Musyawarah dan telah dibangun sejak tahun 1932.
Sejarah awal masjid ini berawal dari Masjid Surapringga yang berlokasi di Alun-alun Surabaya (sekarang Tugu Pahlawan). Namun, pemerintah Hindia Belanda menggusur masjid tersebut karena kawasan itu akan diperluas. Pembongkaran masjid diwarnai perlawanan hingga berujung gugurnya sang imam masjid, Kiai Badrun.
Setelah puluhan tahun berlalu, pihak Belanda menyesali peristiwa itu 70 tahun kemudian. Walhasil, pemerintah kolonial akhirnya membelikan sebidang tanah untuk pembangunan masjid Kemayoran.
Meski begitu, masyarakat sempat tak mau menggunakan masjid ini karena dianggap hanya 'hadiah' dari Pemerintah Belanda. Seiring berjalannya waktu, masjid Kemayoran akhirnya dimanfaatkan untuk umat Islam.
Baca daftar Bangunan Bersejarah Surabaya selengkapnya di halaman selanjutnya
3. Zangrandi
Kedai es krim Zangrandi termasuk sebagai bangunan legendaris dan masih eksis hingga kini. Lokasinya berada di Jalan Yos Sudarso 15, depan Balai Pemuda Surabaya.
Zangrandi telah berdiri sejak 1930 oleh Roberto Zangrandi, yakni orang Italia yang menetap di Surabaya. Kini, kepemilikannya sudah berada di tangan warga lokal.
Namun, cita rasa es krim Italia tetap dipertahankan sejak pertama kali berdiri. Varian es krim Zangrandi yang terkenal adalah rasa buah-buahan.
Selain itu, es krim Zangrandi dikenal tidak menggunakan pengawet. Interior maupun eksterior kedai es krim ini juga masih mempertahankan gaya kolonial.
![]() |
4. Kawasan Kota Tua
Tak hanya Jakarta, Surabaya juga memiliki kawasan kota tua yang berada di Surabaya Utara. Tepatnya di sepanjang Jalan Gula, Jalan Panggung, dan Jalan Karet. Ketiganya masuk kategori kawasan cagar budaya.
Lorong sempit di Jalan Gula terlihat masih orisinil dengan nuansa vintage. Tak heran kawasan ini menjadi 'surga' para fotografer untuk dijadikan objek foto.
Sedangkan kawasan Jalan Panggung kini bernuansa warna-warni dengan lampu-lampu yang berjajar. Membuat suasana jalanan tersebut terlihat ceria namun tetap klasik.
Sementara itu, kawasan Jalan Karet dipenuhi dengan bangunan-bangunan dengan arsitektur jaman kolonial. Dulunya, jalan ini juga dikenal sebagai kawasan pecinan Surabaya.
![]() |
5. Pabrik Sirup Siropen Telasih
Pabrik sirup tertua di Surabaya dan Indonesia ini berdiri sejak tahun 1923. Berusia hampir seabad, pabrik ini dulunya bernama Limoen J.C van Drongelen & Hellfach. Lokasinya berada di Jalan Mliwis 5, Surabaya.
Pabrik sirup ini beberapa kali berganti pengelola. Meski begitu, pabrik sirup ini tetap konsisten berproduksi hingga kini.
Dalam catatannya, pabrik sirup ini sempat direbut kembali oleh Belanda saat agresi. Namun pada akhirnya pabrik berhasil dinasionalisasi dan dijadikan cagar budaya.
Untuk pemasarannya, Sirup Siropen Telasih dijual di sejumlah hotel, kafe dan restoran, hingga sebagian supermarket di Surabaya. Jika dulunya pabrik ini memproduksi sirup dan limun, kini mereka hanya memproduksi sirup saja karena keterbatasan bahan baku.
Baca daftar Bangunan Bersejarah Surabaya selengkapnya di halaman selanjutnya
6. Museum House of Sampoerna (HoS)
Museum HoS berlokasi di Taman Sampoerna 6, Krembangan, Surabaya. Dilansir dari situs resminya, Museum HoS memiliki Auditorium pusat yang berfungsi sebagai Museum. Bangunan sebelah timur merupakan kafe dan toko oleh-oleh. Sedangkan bangunan sebelah barat menjadi ruang pameran.
Dulunya, bangunan HoS merupakan tempat panti asuhan anak laki-laki yang dikelola oleh Belanda sejak tahun 1862. Pada tahun 1932, bangunan ini dibeli oleh Liem Seeng Tee dari grup Sampoerna.
Di sini, Anda bisa melihat sejumlah koleksi seperti peralatan kuno merokok, alat pengering tembakau, cetakan lama mesin tembakau, dan lain-lain. Pada waktu tertentu, ada juga pameran seni yang dipamerkan di sini.
Saat berkunjung ke sini, Anda pun bisa berfoto di sekitar bangunan ini. Sebab, arsitektur Museum HoS masih mempertahankan gaya kolonial.
![]() |
7. Gedung Cerutu
Bangunan ini dinamakan Gedung Cerutu karena bentuk menaranya yang mirip batang cerutu. Lokasinya berada di Jalan Rajawali Nomor 7, Surabaya.
Gedung ini berdiri sejak 1916 dan dulunya pernah digunakan sebagai kantor perusahaan gula. Konon, pimpinan tentara Inggris, Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby tewas di sekitar gedung tersebut.
Kini, bangunan tersebut juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya Surabaya. Anda pun bisa sekalian berfoto di depan gedung tersebut jika mampir.
![]() |
8. Barbershop Shin Hua
Tak seperti lainnya, kali ini salah satu ulasan bangunan bersejarah di Surabaya adalah barbershop atau tempat pangkas rambut. Barbershop yang diberi nama Shin Hua itu berlokasi di Jalan Kembang Jepun Surabaya.
Berdiri sejak tahun 1911, Barbershop ini merupakan warisan Tan Shin Tjo, seorang pria asal Tiongkok yang mengadu nasib di Indonesia. Tan Shin Tjo memiliki 17 anak. Anak ke-8 bernama Ting Kok (68). Ting Kok lah yang meneruskan usaha barbershop tersebut.
Kesan vintage barbershop semakin terlihat kental dari ruangan berukuran 5x3 meter itu. Ada sejumlah kursi barber buatan China sebelum tahun 1911. Begitu juga alat pemotong rambut juga tertata rapi. Di masanya, Barbershop Shin Hua termasuk mewah pada zamannya.
Karena tak lagi beroperasi, Tan Ting Kok memilih menyimpan alat-alat barber shop hingga sekarang, untuk mengenang mendiang ayahnya.
Nah, itulah tadi ulasan mengenai 7 bangunan di Surabaya yang ada sejak sebelum kemerdekaan. Jangan lupa mampir untuk merasakan nostalgia jaman kolonial ya, rek!