Warga Jarak-Dolly Kirab Budaya dan Sedekah Bumi Sambut 1 Suro

Warga Jarak-Dolly Kirab Budaya dan Sedekah Bumi Sambut 1 Suro

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Rabu, 27 Jul 2022 13:09 WIB
Kirab budaya dan sedekah bumi di Surabaya
Foto: Kirab budaya dan sedekah bumi di Surabaya (Praditya Fauzi Rahman)
Surabaya -

Ratusan warga Jarak, Sawahan, Surabaya menggelar kitab budaya dan sedekah bumi menjelang 1 Suro. Sambil membawa berbagai makanan mereka berkeliling kampung.

Arak-arakan ini digelar pada Selasa (26/7) malam. Mereka berbaris dan berjalan berkeliling di sejumlah kawasan mulai dari Jarak, Putat hingga Girilaya.

Kirab yang diadakan ini tampak menarik perhatian warga dan pengguna jalan yang melintas. Sesekali, tampak warga mengabadikan momen itu melalui handphone mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu panitia penyelenggara dari Forum Perjuangan Lokamandiri (FPL), SA Saputro mengatakan, kegiatan tersebut bernama Mapak Suro. Ia mengaku kegiatan itu diinisiasi warga Putat Jaya dan sekitarnya.

"Mapak Suro, istilah itu menjemput malam 1 Suro yang jatuh pada tanggal 30 Juli 2022. Kegiatannya kita melakukan kirab, kita kembali ke ajaran leluhur dengan mendatangi sesepuh kami di Jarak, Dolly. Mereka babat alas, dulunya yang kita sebut Pepunden," kata Saputro kepada detikJatim di Putat Jaya, Rabu (27/7/2022).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Putat dan sekitarnya tidak meninggalkan ajaran leluhur. Artinya, warisan leluhur setiap menjelang 1 Suro selalu diperingati, salah satunya dengan arak-arakan berkeliling kampung, sembari membawa persembahan.

"Suro adalah hari yang sakral dan terbaik, bagaimana kita kembali ke manusia yang awal, dari yang dulunya rusak, bejat, dan nakal, jadi kembali ke asal mula manusia," ujarnya.

Prosesi yang dilakukan hampir sama dengan kegiatan serupa lainnya. Namun, Saputra menegaskan, warga Putat Jaya Timur IV memiliki ciri khas.

"Yang pasti, kami menuju kampung berbudaya ya, selama ini image masyarakat dianggap seram atau jelek, di setiap rumah ada kendi-kendi dan bambu (saat Suro dan hari biasa), itu ciri khas kami bahwa masih berbudaya," tuturnya.

Kirab budaya dan sedekah bumi di SurabayaKirab budaya dan sedekah bumi di Surabaya Foto: Kirab budaya dan sedekah bumi di Surabaya (Praditya Fauzi Rahman)

Saputra menegaskan warga Jarak, Gang Dolly tidak seperti pandangan masyarakat yang buruk selama ini. Sebab, ia merasa bahwa warga juga masih mempunyai moral dan akhlak.

"Kami masih terus melakukan menembah atau memberi sedekah bumi atau sesaji ke leluhur kami sebagai ucapan terima kasih bahwa kami masih diberikan kehidupan, ekonomi dan pekerjaan yang lebih baik," katanya.

Senada, panitia lainnya, Mardayani mengatakan, kegiatan itu merupakan salah satu bentuk ucapan syukur warga dengan cara memberikan sedekah bumi ke para leluhur, yakni Eyang Kapiludin. Bahkan, kegiatan serupa kembali dihidupkan sejak 5 tahun silam.

"Sudah 4 sampai 5 kali (dilakukan) dalam 5 tahun terakhir, cuma gak besar, saat pandemi COVID-19 ya tetap ada, tapi hanya sarat saja," ujar dia.

Mardayani yang berprofesi sebagai guru seni tari itu menyebut kegiatan tersebut diikuti sekitar 300 orang. 100 diantaranya dari warga, 200 lainnya dari masyarakat luar Putat.

"Setelah isya kemudian kami melakukan ritual menembah seperti sembahyang dengan kondisi hening seakan-akan kita puasa, lalu saat melakukan acara tidak pakai alas kaki yang sebagai pertanda kita masih menyatu dengan alam dan bumi," tutur dia.

Ia berharap tahun depan pagebluk dan halangan lainnya sudah tak ada lagi. Dengan begitu, pihaknya bisa menggelar kegiatan serupa dengan peserta dan kualitas lebih besar lagi.

"Kalau mendukung, tahun depan rencana kami tetap adakan lagi dengan lebih meriah," tandas Mardayani.




(abq/iwd)


Hide Ads