Melihat Monumen Jalesveva Jayamahe hingga Makna dan Filosofinya

Melihat Monumen Jalesveva Jayamahe hingga Makna dan Filosofinya

Deny Prasetyo Utomo - detikJatim
Kamis, 26 Mei 2022 16:03 WIB
Monumen Jalasveva Jayamahe
Monumen Jalesveva Jayamahe (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim)
Surabaya -

Monumen Jalesveva Jayamahe atau Monjaya merupakan salah satu bangunan ikonik di Kota Surabaya. Monumen yang berada di wilayah Koarmatim TNI AL ini juga merupakan tempat wisata edukasi maritim. Jalesveva Jayamahe sendiri berarti 'di laut kita berjaya'.

Monumen ini dirancang oleh seniman patung, I Nyoman Nuarta. Monumen ini terdiri dari dua bagian bangunan yakni patung Jalesveva Jayamahe dengan ketinggian 31 meter. Sedangkan bangunan yang menopangnya sekaligus menjadi museum mempunyai ketinggian 29 meter. Sehingga total ketinggian monumen dan patung yakni 60 meter.

Di bagian pelataran monumen sendiri terdapat gong besar dengan ukuran dan diameter 6 meter. Gong itu bernama Kia Tentrem yang dibuat dengan bahan kuningan yang dibuat oleh seniman bernama Sutarjo dari Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kadispotmar Koarmada II Kolonel Laut (P) Mohamad Bayu Pranoto mengatakan monumen Jalesveva Jayamahe dibangun pada 5 Desember 1990. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden Soeharto saat itu.

"Namun pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih enam tahun. Sehingga tepat pada tanggal 5 Desember 1996 monumen ini, diresmikan oleh bapak Presiden Soeharto," kata Bayu kepada detikjatim, Kamis (26/5/2022).

ADVERTISEMENT

Bayu Pranoto menjelaskan filosofi dan gagasan dalam pembangunan Monjaya itu, berawal dari gagasan dan pemikiran pimpinan TNI AL pada saat itu. Bahwa diperlukan satu figur, sosok tokoh Angkatan Laut yang memiliki optimisme yang tinggi dan misi kemaritiman yang jauh ke depan sehingga dapat menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI.

Sosok inilah yang kemudian terwujud dalam patung tampak seorang perwira berdiri tegap dengan menghadap ke laut. Sedangkan tangan kanan berada di pinggang dan tangan kiri memengang pedang yang ditumpukan ke bawah sebagai pijakan patung.

"Mungkin ini menjadi pertanyaan bagi masyarakat, dapat kita sampaikan bahwa, profil dari patung ini, sebetulnya mengambil satu sosok, atau profil, figur dari seorang perwira menengah Angakatan Laut berpangkat Kolonel. Tentunya yang memiliki keyakinan ketegapan, kemandirian akan optimisme untuk menjaga kedaulatan menjaga NKRI ini di samudera atau lautan," jelas Bayu.

"Makanya kalau kita lihat patung ini menggunakan seragam TNI Angkatan Laut berpangkat kolonel dengan membawa pedang, memiliki tatapan mata dan wajah yang tajam. Karena diharapkan dengan monumen ini, masyarakat sekitar, khususnya warga yang berkunjung bahwa TNI angkatan laut siap menjaga samudera, seluruh perairan Indonesia, menjaga kedaulatan NKRI dari Sabang sampai Merauke dari semua ancaman gangguan dan tantangan," tandas Bayu.




(abq/fat)


Hide Ads