Seperti halnya di pesantren pada umumnya, selama bulan suci Ramadan pembelajaran di Ponpes Tremas Pacitan libur sementara. Pun itu tak berarti terhentinya semua kegiatan santri. Mereka yang berstatus Santri Nahun tetap aktif di sejumlah aktivitas pondok.
Pihak ponpes menyelenggarakan kegiatan lain di luar kegiatan madrasyah (belajar mengajar). Satu di antaranya kajian kitab klasik maupun kontemporer. Pengasuhnya adalah para kiai dan ustaz senior.
Tentu saja di luar pelajaran khusus selama Ramadan itu, mereka juga rutin mengikuti salat wajib dan salah sunah berjemaah. Satu lagi tradisi yang melekat di kalangan santri Tremas adalah ziarah makam para sesepuh dan pendiri pondok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Ziarah makam) sebagai bentuk penghormatan kepada sesepuh dan pendiri pondok pesantren," kata seorang santri bernama Septian Alfath kepada detikJatim, Selasa (26/4/2022).
Septian menambahkan ziarah makam dilakukan 2 kali sehari. Yakni tiap pagi dan sore. Kompleks makam sendiri berada di Gunung Lembu, sekitar 400 meter barat daya Ponpes Tremas, Kecamatan Arjosari.
Di makam tersebut bersemayam para ulama dan masyayikh Tremas. Antara lain KH Dimyathi Abdullah yang dikenal dengan sebutan Simbah Guru, KH Abdurrazaq (mursyid Thariqah Syadziliyah) , KH Habib Dimyathi, KH Harits Dimyathi, dan KH Hasyim Ihsan.
"Beliau yang bersemayam di makam ini adalah para guru kami yang berjasa besar dalam syiar agama Islam," imbuh Septian.
Ternyata, makam para sesepuh Tremas tak hanya jadi jujugan para santri. Tidak sedikit masyarakat umum yang juga datang berziarah. Bahkan mereka berasal dari seantero wilayah di Tanah Air. Wajar jika tiap hari kompleks makam itu ramai pengunjung.
Konon tradisi ziarah kubur sendiri sudah berlangsung ratusan tahun. Tradisi unik tersebut kemudian menjadi rutinitas di pesantren yang didirikan KH Abdul Manan Dipomenggolo pada tahun 1830 M.
Ziarah makam juga merupakan amaliyah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Selain bertujuan mengingatkan manusia akan kematian, ziarah juga sebagai sarana mendoakan ahli kubur. Para santri pun yakin, meskipun sudah wafat namun sebenarnya arwah para ulama tersebut masih hidup di sisi Allah SWT.
"Dan tradisi ziarah ini sebagai bentuk ta'dzim (penghormatan) kepada para ulama. Salah satu wujud cinta kepada para ulama adalah dengan sering menziarahi makamnya," kata Septian Alfath.
(iwd/iwd)