Belanda 'Impor' Buruh Perkebunan Kopi Bondowoso dari Pulau Madura, Kenapa?

Belanda 'Impor' Buruh Perkebunan Kopi Bondowoso dari Pulau Madura, Kenapa?

Chuk Shatu Widharsa - detikJatim
Selasa, 12 Apr 2022 08:20 WIB
Sejarah Kopi Bondowoso begitu panjang dimulai dari tanam paksa hingga Kopi Arabika Bondowoso menuai reputasi.
Perkebunan kopi di Bondowoso dibangun pada abad ke-19 silam. Buruh kebun kopi di sana sebagian adalah warga dari Pulau Madura. (Foto: Chuk Shatu Widarsha/detikJatim)
Bondowoso -

Pemerintah kolonial Belanda mendirikan perkebunan kopi Bondowoso sekitar abad 19 silam. Buruh perkebunan kopi di Bondowoso itu sebagian besar merupakan warga dari Pulau Madura.

Para buruh perkebunan itu diimpor langsung dari Madura menggunakan kapal laut via Selat Madura. Mereka lantas berlabuh di Perairan Situbondo dan sekitarnya lalu menetap di lokasi perkebunan.

Pada mulanya mereka yang datang terdiri dari para pria. Meski sebagian ada pula yang membawa istrinya. Khususnya yang masih muda. Mereka yang menetap itu beranak pinak, turun temurun. Mata pencahariannya pun tetap, sebagai buruh kebun kopi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konon Belanda memang sengaja memilih suku Madura sebagai buruh perkebunan," jelas Tantri Raras Ayuningtyas, sejarawan yang juga pemerhati sejarah perkebunan di Bondowoso kepada detikJatim, Selasa (12/4/2022).

Sebab, imbuh Tantri, Belanda menilai suku asal pulau Madura itu dikenal sebagai pekerja ulet, cekatan, dan tidak terlalu banyak protes atau banyak cakap.

ADVERTISEMENT

"Itulah yang membuat pemerintah kolonial Belanda selalu menggunakan suku Madura sebagai buruh perkebunan kopi," kata alumni Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo, tersebut.

Dia menambahkan, hal itu tidak hanya terjadi di perkebunan Belanda yang ada di Bondowoso. Tapi juga perkebunan-perkebunan di wilayah Banyuwangi, Jember, dan sekitarnya.

Sejarah Kopi Bondowoso begitu panjang dimulai dari tanam paksa hingga Kopi Arabika Bondowoso menuai reputasi.Sejarah Kopi Bondowoso hingga menuai reputasi (Foto: Chuk Shatu Widarsha/detikJatim)

"Sampai sekarang hampir semua pekerja perkebunan di wilayah Tapal Kuda bisa dipastikan nenek moyangnya berasal dari Pulau Madura," tambahnya.

Salah seorang warga Desa Jampit, Bondowoso, Semokdin (77) mengatakan dia merupakan keturunan kedua di wilayah perkebunan kopi dataran tinggi Pegunungan Ijen itu.

"Bapak saya memang dari Madura yang dibawa Belanda ke sini untuk membabat hutan lantas membuka perkebunan kopi di daerah Ijen sini," kata kakek dan buyut sejumlah warga itu.

Ia mengaku dilahirkan di Pulau Madura, dibawa orang tuanya ke Jawa untuk bekerja sebagai buruh perkebunan Belanda. Semokdin mengaku telah beranak pinak di kawasan perkebunan kopi milik PTP XII itu.

"Cerita bapak saya dulu, orang dari Madura yang dibawa Belanda sebagai buruh perkebunan kopi saat itu jumlahnya ratusan," kata Semokdin.

Sementara Misto (78) warga Desa Kalianyar juga mengaku dilahirkan di kawasan itu. Orang tuanya berasal dari Pulau Madura, juga sebagai buruh yang membuka perkebunan.

"Sanak saudara dan kerabat saya masih banyak di Madura sana. Mereka sering datang kemari, untuk sekadar menyambung persaudaraan," kata Misto.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads