Melihat Petirtaan Sumberbeji di Jombang yang Airnya Dibawa ke IKN Nusantara

Melihat Petirtaan Sumberbeji di Jombang yang Airnya Dibawa ke IKN Nusantara

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 15 Mar 2022 18:44 WIB
situs sumberbeji
Situs Sumberbeji yang air petirtaannya dibawa ke IKN Nusnatara (Foto: Enggran Eko Budianto)
Jombang -

Situs Sumberbeji di Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang menjadi penemuan paling fenomenal di Kota Santri. Petirtaan suci seluas 20x17 meter persegi ini diperkirakan ada sejak era Kerajaan Kediri sampai Majapahit. Oleh sebab itu, sampel air dari petirtaan ini menjadi salah satu yang dikirim ke IKN Nusantara di Kaltim.

Petirtaan Sumberbeji sudah melalui 4 tahap ekskavasi oleh tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim. Tahap pertama dan kedua tahun 2019, tahap ketiga tahun 2020, tahap keempat tahun 2021.

Ketebalan rata-rata dinding kolam suci seluas 20x17 meter persegi ini mencapai 80 cm. Kedalaman kolam sekitar 2 meter dengan lantai berbahan bata merah kuno. Di tengah kolam terdapat struktur persegi sebagai batur. Saluran masuknya air dari sumbernya terletak di sebelah barat petirtaan sepanjang 14 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan saluran pembuangan air terletak di sisi timur laut Petirtaan Sumberbeji. Di dalam pemandian kuno ini, tepatnya di dinding sisi barat, juga ditemukan sebuah arca Garuda. Arca ini menempel pada dinding antara kanal masuk air dengan dinding selatan kolam.

Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, Petirtaan Sumberbeji diperkirakan dibangun dan difungsikan sejak era Kerajaan Kediri. Pemandian tempat raja dan keluarganya menyucikan diri tersebut digunakan sampai zaman Kerajaan Majapahit.

ADVERTISEMENT

Tafisiran tersebut berpedoman pada temuan fragmen keramik dari Dinasti Yuan dan Song di Tiongkok sekitar abad 10-12 masehi. Selain itu, temuan 14 jaladwara (pancuran air) di Petirtaan Sumberbeji yang bentuk dan ukurannya tak sama, menandakan pemandian kuno ini sudah beberapa kali direnovasi pada masa lalu.

"Interpretasi kami, Petirtaan Sumberbeji dibangun pada masa Kediri dan digunakan sampai Majapahit. Karena jaladwara (pancuran air) tidak ada yang sama, temuan porselin dari Dinasti Song sampai Yuan," jelasnya.

Wicaksono menjelaskan, pihaknya mempunyai hipotesis Petirtaan Sumberbeji menjadi bagian dari kota raja. "Komponen petirtaan tentunya tidak berdiri sendiri. Tentu ada masyarakat pendukungnya. Karena petirtaan ini tingkatannya kerajaan, tentunya menjadi satu kompleks dengan kota raja," terangnya.

Hipotesis tersebut, lanjut Wicaksono, juga didukung temuan struktur purbakala di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro dan di Dusun Kedaton, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek. Situs Sugihwaras berupa struktur dari bata merah yang memanjang.

Situs di Dusun Kedaton juga berupa struktur dari susunan bata merah. Bagian yang sudah nampak sepanjang 11 meter. Bangunan ini membentang dari selatan ke utara. Tingginya 1,3 meter atau terdiri dari 25 lapis bata merah. Setiap bata penyusunnya mempunyai dimensi 32 x 18 x 5 cm.

Jarak Situs Kedaton dengan Sugihwaras sekitar 100 meter. Baik Situs Kedaton maupun Sugihwaras diduga sisa-sisa keraton Majapahit dari abad 14 masehi. Kedua bangunan kuno ini berada sekitar 3,8 Km di sebelah utara petirtaan suci Majapahit di Sumberbeji.

"Hipotesis ini kami analogikan dengan sebaran situs di Trowulan (Kabupaten Mojokerto). Petirtaan Sumberbeji kami samakan dengan Candi atau Petirtaan Tikus. Kalau kami tarik jaraknya Candi Tikus ke permukiman di Segaran 3,6 Km. Sumberbeji ke utara ke arah Sugihwaras dan Bulurejo berjarak 3,8 Km. Tentunya hipotesa ini butuh kajian lebih lanjut untuk mencari benang merahnya," jelasnya.

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa membawa sampel air dari 7 tempat dan sampel tanah dari 2 tempat ke IKN Nusantara. Sampel air salah satunya diambil dari Petirtaan Sumberbeji. Tanah dan air dari Jatim dicampur dengan 33 provinsi lainnya untuk ditanam di titik nol geodesi IKN Nusantara pada Senin (14/3).




(iwd/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads