Nama Banyuwangi tercipta dari cerita legenda percintaan Sri Tanjung-Sidapaksa. Legenda itu terukir di relief 6 candi di Pulau Jawa.
"Ada 5 di Jawa Timur dan 1 di Jateng," ucap Budayawan Banyuwangi, Aekanu Hariyono.
Dia lantas merinci candi-candi yang terdapat relief Legenda Sri Tanjung-Sidapaksa itu. Yakni Candi Jabung di Probolinggo, Candi Surowono di Pare Kediri, Candi Penataran di Blitar, Candi Bajangratu di Mojokerto, Candi Tegowangi di Kediri, dan Candi Sukuh, Karanganyar, Jateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aekanu melakukan penelitian ilmiah selama kurun waktu 15 tahun untuk mengumpulkan berbagai versi cerita Sri Tanjung-Sidapaksa. Beragam referensi dihimpunnya.
"Lalu saya mendatangi sejumlah candi yang diduga berkaitan dengan cerita Sri Tanjung. Kemudian, mempelajari relief yang berkisah tentang Sri Tanjung pada dinding-dinding candinya," kata dia.
Meski legenda itu memiliki banyak versi, Aekanu mengatakan bahwa substansi ceritanya sama. Yakni cinta sejati seorang istri kepada suami. Perbedaannya hanya pada 'kemasan' cerita.
"Di Candi Sukuh bercerita tentang ruwatan Sudamala (Saat kutukan Dewi Durga dibebaskan oleh Sahadewa, ayah Sri Tanjung)," urai Pendiri Lembaga Kajian Pendidikan Adat, Budaya, dan Lingkungan Kiling Osing Banyuwangi itu.
Tidak hanya candi, Aekanu juga mendatangi dan berdiskusi dengan peneliti Jerman, Lydia Keiven. Peneliti itu meneliti candi-candi yang berkisah Sri Tanjung dan Sidapaksa yang melahirkan nama Banyuwangi.
Selain itu, legenda Sri Tanjung-Sidapaksa juga tercatat pada sumber lain. Yaitu dari naskah kuno Kidung Sri Tanjung yang berupa 'Tembang Cilik'.
"Isinya menceritakan bahwa Sri Tanjung adalah anak Sahadewa. Dia dibunuh oleh suaminya sendiri, Sidapaksa karena fitnah keji dari rajanya, Prabu Sulahkromo," lanjut Aekanu.
Aekanu melanjutkan, darah wangi Sri Tanjung saat pembunuhan itu membuktikan kesucian, kebenaran, ketulusan dan kejujurannya. Dari situlah nama Banyuwangi berasal.
(hse/fat)