Jerit Petani Tebu Saat Puluhan Ribu Ton Gula Numpuk Tak Laku di Gudang

Round Up

Jerit Petani Tebu Saat Puluhan Ribu Ton Gula Numpuk Tak Laku di Gudang

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Rabu, 13 Agu 2025 10:15 WIB
Stok gula menumpuk di PT Perkebunan Nusantara (PG) Candi Sidoarjo
Stok gula menumpuk di PT Perkebunan Nusantara (PG) Candi Sidoarjo (Foto: Suparno/detikJatim)
Surabaya -

Dari Jember hingga Sidoarjo, dari Bondowoso hingga Lumajang, gudang-gudang pabrik gula di Jawa Timur kini nyaris penuh. Ribuan hingga puluhan ribu ton gula hasil panen petani tebu tak kunjung terserap pasar.

Di tengah musim giling, para petani menghadapi kenyataan pahit. Gula mereka kalah bersaing dengan gula rafinasi murah yang membanjiri pasar konsumsi.

Di Pabrik Gula (PG) Semboro, Jember, sekitar 8.500 ton gula hasil tebu petani menumpuk akibat lelang mingguan sepi peminat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jumlahnya berapa ton saya masih belum tahu pasti, karena ada yang membidangi tersendiri. Kalau kisarannya memang di angka sekitar 8.500 ton itu," kata Bagian Umum PG Semboro, Hesta, Selasa (12/8/2025).

ADVERTISEMENT

Harga lelang minimal Rp 14.500 per kilogram tak mampu menarik pembeli.

"Kita tidak tahu penyebabnya apa, kan itu menjadi alasan masing-masing orang. Itu sudah menjadi faktor eksternal. Kita ini kan hanya sebagai produsen yang menawarkan produk," tambahnya.

Kondisi serupa terjadi di PG Pradjekan, Bondowoso, yang menyimpan sekitar 4.000 ton gula senilai Rp 60 miliar.

"Biasanya setiap lelang setidaknya bisa laku sekitar 1.000 ton. Tapi sekarang tak laku," ujar Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Bondowoso, Rolis Wikarsono. Ia menduga masuknya gula impor dan gula non-lelang menjadi penyebab.

Pabrik Gula Candi Baru Sidoarjo bahkan sudah menambah tempat penyimpanan sejak pekan lalu.

"Saat ini harga gula sangat rendah, bahkan lelang-lelang pun sudah di bawah harga yang ditetapkan pemerintah," kata HRD PG Candi, Yoga Aditomo.

Menurutnya, gula rafinasi kini dijual Rp 14.300-Rp 14.600 per kilogram, jauh lebih murah dari gula konsumsi PG Candi yang dibanderol Rp 15.300 per kilogram.

Di Lumajang, 8.000 ton gula petani di PG Jatiroto belum terjual meski sudah dilelang tujuh kali.

"Sampai saat ini ada 8.000 ton gula petani belum terserap, sudah 7 kali lelang belum laku," kata Asisten Manajer Keuangan PG Jatiroto, Kharisma Desy.

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Nasional APTRI, Dwi Irianto, menegaskan Jatim menyumbang hampir 40 persen kebutuhan gula nasional. Namun, gula petani kini tertahan di gudang akibat serbuan gula kristal rafinasi dengan harga Rp 11.000-Rp 12.000.

"Pedagang tidak mau beli, karena kondisi gula jenuh. Belum lagi harga gula rafinasi cukup rendah," ujarnya.

Sejumlah petani mulai frustrasi. "Gula kita tidak laku, sedangkan masyarakat setiap hari butuh gula. Dari mana mereka dapat gula? Itungan sederhananya kan seperti itu," kata petani tebu di Jember, H. Mudjianto.

Ketua HKTI Jatim, HM. Arum Sabil, menilai ketidakstabilan harga pasar membuat pedagang enggan membeli.

"Misal hari ini beli, tiba-tiba besok pagi harganya turun. Mereka memilih 'tiarap'. Ini indikasi ada peredaran gula yang tidak sesuai peruntukannya," katanya.

Baik petani maupun asosiasi mendesak pemerintah segera bertindak, termasuk merealisasikan rencana pembelian gula melalui Danantara senilai Rp 1,5 triliun yang masih terkendala administrasi.

"Apalagi ini kan sudah masuk Agustus. Sebentar lagi masuk panen raya. Ini petani sudah pada frustasi," tegas Arum.

Halaman 2 dari 2
(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads