Dilelang 7 Kali, Ribuan Ton Gula di PG Jatiroto Lumajang Tetap Tak Laku

Dilelang 7 Kali, Ribuan Ton Gula di PG Jatiroto Lumajang Tetap Tak Laku

Nur Hadi Wicaksono - detikJatim
Selasa, 12 Agu 2025 20:00 WIB
Pabrik Gula (PG) Jatiroto Lumajang
Pabrik Gula (PG) Jatiroto Lumajang (Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim)
Lumajang -

Sebanyak 8.000 ton gula petani di Lumajang belum terjual. Komoditas tersebut kini menumpuk di gudang milik Pabrik Gula (PG) Jatiroto, Lumajang.

Asisten Manajer Keuangan PG Jatiroto, Kharisma Desy mengatakan gula petani tersebut merupakan hasil produksi tebu yang proses penjualan ke masyarakat dilakukan dengan cara dilelang.

Menurut Desy, gula petani tersebut belum laku terjual karena stok gula di pasaran melimpah. Padahal, pihaknya telah melakukan lelang hingga 7 kali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sampai saat ini ada 8.000 ton gula petani belum terserap, sudah 7 kali lelang belum laku, saat ini masih menumpuk di pabrik gula," ujar Desy kepada detikJatim Selasa (12/8/2025).

ADVERTISEMENT

Karena hal ini, lanjut Desy, pihaknya kini kekurangan stok gudang untuk menyimpan gula. Sebab saat ini hampir seluruh gudang masih dipenuhi stok gula yang belum laku.

Terpisah, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Dwi Irianto menyampaikan, produksi gula di Jawa Timur menyumbang hampir 40 persen dari kebutuhan gula nasional.

Namun, gula hasil produksi petani saat ini banyak tertahan di gudang karena sulit dijual. Tak hanya di Lumajang, namun juga di Bondowoso, Jember, Sidoarjo dan Malang.

Kondisi ini diperparah dengan banyaknya gula rafinasi impor dan gula berbahan baku non-tebu yang memenuhi pasar konsumsi, sehingga persaingan semakin ketat.

"Kami menghadapi kesulitan besar, karena gula tak keluar (terjual) dari gudang. Karena banyaknya gula kristal rafinasi di pasaran dengan harga lebih murah yakni Rp 11 ribu sampai Rp 12 ribu," ujar Dwi.

Petani pun banyak mengeluhkan kondisi saat ini, karena biaya produksi terus meningkat. Mulai dari pupuk non-subsidi, sewa lahan, hingga ongkos tebang dan angkut yang kini mencapai Rp 17.500 per ton.

Sementara petani mengharapkan, harga gula dapat terjual minimal Rp 14.500 per kilogram. "Pedagang tidak mau beli, karena kondisi gula jenuh. Belum lagi harga gula rafinasi cukup rendah," terangnya.

Dwi menyebut, produksi gula Jawa Timur hampir menyentuh 1 juta ton lebih dan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan Jawa Timur sendiri. Sehingga sisanya, kini dibutuhkan untuk bisa terjual di luar.

"Kebutuhan Jawa Timur secara keseluruhan dalam satu tahun kurang lebih 400 ribu sampai 500 ribu ton. Jika produksi gula Jawa Timur 1 juta ton, maka sisanya yang kini menumpuk di gudang," sebutnya.




(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads