Di tengah padatnya permukiman di Kelurahan Kupang Krajan, Kecamatan Sawahan, Surabaya terdapat sebuah kampung yang tak pernah benar-benar tidur. Namanya Kampung Lontong.
Sejak dini hari, aktivitas harian warga mulai bergeliat untuk memproduksi ribuan lontong yang akan didistribusikan ke berbagai sudut kota.
Kampung ini tidak muncul begitu saja. Pada 1974 seorang warga bernama Rahmiyah mulai merintis usaha pembuatan lontong rumahan di kawasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia dikenal sebagai sosok ulet yang bukan hanya menjual hasil produksinya, tapi juga berbagi ilmu kepada para tetangganya. Dari tangan Rahmiyah, cikal bakal kampung ini mulai terbentuk.
"Dulu almarhumah Bu Rahmiyah itu yang pertama mengajarkan warga membuat lontong, dari teknik melipat daun sampai cara memasaknya. Beliau pelan-pelan membangun usaha ini bersama warga," cerita Joko Prasetyo, Pengawas Koperasi Sentra Lontong Mandiri, Rabu (2/7/2025).
Dalam beberapa tahun, produksi lontong yang semula hanya dikerjakan oleh satu-dua keluarga berkembang menjadi sumber penghidupan bagi puluhan kepala keluarga.
Hingga kini, tercatat sekitar 64 KK di RW 2, RW 6, dan RW 7 Jalan Banyu Urip Lor yang aktif memproduksi lontong setiap hari. Bahkan usaha tersebut sudah diwariskan hingga generasi ketiga.
Proses produksi lontong dimulai sejak pagi hingga dini hari. Warga menyiapkan daun pisang, menakar beras, menggulung, hingga menyusun lontong ke dalam wadah besar sebelum direbus dari pagi hingga siang.
![]() |
Lalu sore hingga malam harinya mereka merebus lontong dengan panci-panci besar dan dini harinya mulai diedarkan ke pasar.
Dalam sehari, satu keluarga pengrajin bisa memproduksi antara 1.000 hingga 2.500 lontong. Aktivitas ini sudah menjadi denyut nadi kampung yang tak pernah berhenti.
"Kadang orang luar heran, kok kampung ini nggak pernah sepi. Tapi memang begitulah ritmenya. Kami kerja hampir 24 jam supaya subuh sudah siap dikirim ke pasar-pasar," ujar Joko.
Lontong-lontong dari kampung ini menyuplai berbagai pasar tradisional di Surabaya, seperti Pasar Mangga Dua, Pasar Simo, Pasar Banyu Urip, dan lainnya. Termasuk para penjual makanan hingga usaha katering. Harga lontongnya pun berkisar Rp2.000 per biji.
Bukan hanya sekadar UMKM makanan, lontong di sini jadi simbol ketekunan warga menjaga tradisi yang diwariskan turun-temurun.
"Setiap harinya bisa produksi hingga 27 keranjang lontong. Satu keranjangnya isi 70 pcs," kata Ayu (29), salah satu penerus produksi lontong dari bapaknya.
![]() |
Kini, Kampung Lontong juga mulai dikenal luas di luar Surabaya. Banyak yang datang untuk belajar atau sekadar menyaksikan langsung proses produksinya.
Wisata Edukasi Kampung Lontong telah dikunjungi berbagai tokoh seperti Presiden ke 5 RI Megawati Soekarno Putri, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Walikota Surabaya Eri Cahyadi, sampai chef terkenal juri Master Chef Indonesia Arnold Poernomo.
Jika detikers tertarik berkunjung ke Kampung Lontong, ada beberapa pilihan paket wisata yang ditawarkan. Ada jelajah kampung lontong, berlatih pembuatan lontong, incip lontong dengan berbagai menu, hingga mendapatkan souvenir khas.
(dpe/hil)