Siang itu Sugiati tengah mengecek tanaman tanaman obat keluarga (Toga) di lahan Rukun Warga (RW) 13. Salah satu yang diamati perempuan 55 tahun itu adalah tanaman telang.
Menurutnya, tanaman yang mempunyai nama latin Clitoria Ternatea banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal dari bunganya. Manfaatnya, mulai menurunkan berat badan, diare hingga mencegah diabetes.
Karena manfaatnya ini, Sugiati bersama ibu-ibu di lingkungannya menamakan kelompoknya Asuhan Mandiri (Asman) Clitoria Ternatea. Sesuai namanya. Kelompok ini dibentuk sejak 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sugiati sebenarnya tak punya pengetahuan khusus soal obat-obatan herbal. Namun hobinya terhadap tanaman membuatnya pelan-pelan memahami nama hingga manfaat sebagai obat.
Hingga suatu saat, pihak pemerintah desa membuat lomba toga. Salah satu syaratnya, kelompoknya harus mempunyai produk ikon dari salah satu tanaman toga. Ia dan anggotanya kemudian memilih telang.
Dari bunga telang ini, kelompoknya telah banyak membuat minuman, serbuk herbal, jajanan hingga nasi telang. Produksinya ini pelan-pelan mulai berkembang setelah banyak mendapat pelatihan dari kampus-kampus.
Perlahan, Sugiati kemudian sedikit demi sedikit memoles produknya mulai dari kemasan hingga memberi label.
"Packaging-nya kita beli tapi kalau label kita cetak sendiri setelah dapat pelatihan dari kampus," tutur Sugiati kepada detikJatim.
Sedangkan untuk tempat produksinya, kelompok asuhan mandirinya Clitoria Ternatea difasilitasi tempat di balai desa. Di situ, biasanya Sugiati dan ibu-ibu lainnya berproduksi.
"Kebetulan ada satu ruangan kosong yang dipakai taman baca tapi tidak terpakai itu kita manfaatkan untuk produksi sudah dilengkapi alat-alat produksi," ujarnya.
Sugiati menjelaskan, untuk membuat produk herbal dari bunga telang sebenarnya cukup mudah. Yakni merebus air hingga mendidih, kemudian bunga telang yang telah dipetik dimasukkan.
"Baru kita campur dengan lemon. Aslinya warnanya biru. Setelah lemon masuk, warnanya jadi ungu seperti ini," jelas Sugiati.
Produk herbal dari bunga telang ini rupanya banyak diminati warga, terutama dari instansi yang sudah jadi konsumen tetapnya. Tak hanya di Sidoarjo tapi juga dari Surabaya.
"Dari Dinas Kesehatan Surabaya, Sidoarjo, dari puskesmas juga. Kadang dari sekolah kita yang memberikan sajian semua dari bahan telang yang telah jadi mitra kita," tutur Sugiati.
"Kalau omzet satu bulan, rata-rata Rp 500 sampai Rp 1 juta. Hasilnya ini dibagikan ke anggota, bagi hasil," imbuhnya.
Meski demikian, usaha sampingan ini bukan tanpa kendala. Salah satunya soal pemasaran produk. Terutama produk minuman yang tak bisa bertahan lama.
"Kendalanya nggak bisa tahan lama karena kita tidak pakai bahan pengawet. Maksimal 3 hari," papar Sugiati.
Sugiati bukannya tak mencari solusi dengan kendala ini. Salah satunya ia berencana hendak ke Rumah BUMN BRI yang biasanya melakukan pendampingan UMKM.
Secara terpisah Koordinator Rumah BUMN BRI Sidoarjo, Wahyu Andini mengatakan selalu membuka lebar pintu bagi setiap pelaku UMKM. Terutama mereka yang ingin mendapat pendampingan dan ingin berkembang.
Perempuan yang karib disapa Dini itu mengatakan produk yang dihasilkan Sugiati dan kelompoknya memang masih kekurangannya. Karena hal ini, produknya terutama minuman masih kesulitan berkembang.
"Syarat untuk join cukup punya usaha dan nasabah BRI. Syukur-syukur nanti bisa bentuk klaster usaha yang nanti juga bisa dibantu dari BRI modal sekitar Rp 25 juta yang diwujudkan dengan peralatan yang dibutuhkan," jelas Dini.
Sedangkan untuk produknya, Dini menilai produk telang yang dihasilkan sudah bagus. Namun ia menilai memang masih ada banyak kekurangan.
"Keterangan khasiat dan izin produksinya di labelnya ini tidak belum ada. Kalau untuk masalah pengawet di sini juga bisa bantu. Karena kebetulan kita juga ada kerjasama dengan Kimia Farma," tandas Dini.
(abq/fat)