Ruang tamu berukuran 3x4 milik Patriana warga Jalan Ikan Wijinongko, Kelurahan Sobo, Kecamatan Banyuwangi dipenuhi aneka parcel atau hantaran untuk lebaran. Tidak kurang dari 100 paket parcel dengan aneka bentuk berjajar di atas kursi dan meja hingga di sudut ruangan. Bahkan tak tersisa ruang untuk duduk di rumah ibu rumah tangga ini.
Patriani tampak sibuk menyusun aneka kue, minuman dan pernik-pernik yang akan ia jadikan dalam satu paket parcel. Hiasan pita dan ketupat lebaran mempercantik paket hantaran yang menjadi tradisi tahunan itu. Ia sudah ngebut mengerjakan pesanan sejak sebelum ramadan. Dalam sehari, dia bisa membuat 10 hingga 30 paket dengan bantuan 1 orang tetangganya.
"Ini sudah tahun ke-3 saya membuat parcel, dan sejak sebelum ramadan sudah mencicil biar tidak kewalahan," kata Ana kepada detikJatim, Rabu (5/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata parcel yang dijual harga Rp 110 ribu-Rp 200 ribu terkadang juga menerima pesanan sesuai budget yang dimiliki pelanggannya minimal harga Rp 110 ribu. Menurutnya, harga tersebut sudah cukup minim lantaran berbagai kebutuhan isian juga mengalami kenaikan harga.
![]() |
"Rata-rata banyak pesanan itu di harga Rp 110.000 per paket. Satu orang ada yang ambil sampai 20 paket, kalau institusi ya bisa sampai 100 paket," terangnya dengan senyum ceria.
Penghasilan dari kerajinan membuat parcel itu bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan selama ramadan. Bahkan bisa ia gunakan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri, ia bersyukur lantaran hingga tahun ini tidak pernah sepi pesanan. Sebagai ibu rumah tangga, pendapatannya bisa membantu menutupi biaya hidup untuk kebutuhan Idul Fitri yang membengkak.
"Alhamdulillah, tidak banyak saya ambil keuntungan per paketnya, nggak sampai Rp 20 ribu kadang sebagian itu nggak sampai Rp 10 ribu dan rata-rata diambil dari biaya jasanya yang pasti itu Rp 10 ribu. Bisa untuk membantu memenuhi kebutuhan Idul Fitri yang meningkat," ungkapnya.
Tahun lalu, dia mempekerjakan 4 orang tetangganya. Namun tahun ini ia hanya mempekerjakan 1 orang lantaran pesanan sengaja dibatasi agar bisa pulang kampung lebih awal sebelum Idul Fitri.
Hingga memasuki minggu pertama ramadan, ia sudah berhasil menjual 60 paket parcel. Diperkirakan penjualannya lebih rendah dibanding tahun lalu, karena sudah banyak jasa pemesanan parcel rumahan seperti dirinya.
"Sudah terjual 60 parcel, ini sudah bikin sekitar 200 dan bisa lebih ini. Tapi nggak sebanyak tahun lalu, karena memang saya batasi supaya bisa pulang ke Jakarta, dan banian juga yang bikin parcel," tambahnya.
Rata-rata setiap tahun ia menjual hingga 300 paket parcel dengan harga bervariasi. Bagi Ana, hal ini bisa membantunya mengisi waktu luang selama puasa sembari meraup cuan jelang Lebaran.
![]() |
Hal serupa juga dilakukan Nila, warga Kebalenan Kecamatan Banyuwangi. Dia baru mencoba peruntungan bisnis kerajinan parcel lebaran tahun 2025. Dari modal Rp 500 ribu, Nila membuat 3 paket parcel dengan variasi model dan harga.
Ia bersyukur, saat ini omzetnya berkembang hingga 100%, lantaran pesanan terus meningkat, pada dua pekan jelang Idul Fitri harus menyelesaikan 200 paket parcel lebaran di harga Rp 135 ribu per paket.
"Ada pesanan dari kenalan saya untuk karyawan dan rekan-rekannya sebanyak 200 parcel, itu saja sudah cukup lah," tandasnya.
Meski begitu, pihaknya belum berani menerima pesanan lebih banyak lagi lantaran khawatir mengecewakan pelanggan. Dia menarget menyelesaikan 200 paket parcel. Dari 200 paket parcel, rata-rata dia mengambil keuntungan Rp 15 ribu per paket.
"Saya iba rumah tangga, sambil masak, merawat anak yang masih SD itu juga jadi nggak bisa full, takut mengecewakan nanti," tegasnya.
Namun, bagi Nila, jumlah keuntungan dari pembuatan parcel rumahan tersebut sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri nanti. Meraup cuan lewat parcel lebaran, ingin dikembangkan dan geluti dengan menambah pelanggan tahun depan.
(erm/fat)