Antre Panjang, Pangkalan Elpiji 3 Kg di Surabaya Masih Batasi Penjualan

Antre Panjang, Pangkalan Elpiji 3 Kg di Surabaya Masih Batasi Penjualan

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 04 Feb 2025 15:47 WIB
Warga kesulitan menari gas melon 3 kg dan dapat di pangkalan.
Salah satu pangkalan elpiji 3 kg di Jalan Kampung Tengah I Tegalsari, Surabaya. (Foto: Dok. Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Presiden Prabowo Subianto meminta Kementerian ESDM kembali mengizinkan pengecer menjual elpiji 3 kg sembari menunggu penyesuaian aturan agar para pengecer menjadi sub pangkalan elpiji. Namun di Surabaya, pangkalan resmi masih membatasi penjualan elpiji sehingga antrean pembeli mengular.

Antrean panjang ini terlihat di salah satu pangkalan resmi elpiji 3 kg di kawasan Kampung Malang Tengah I, Tegalsari, Surabaya. Antrean ini terjadi selain karena pembelian tabung elpiji dibatasi para pembeli juga harus menjalani verifikasi KTP sebagai syarat pembelian.

"Antre tadi, tapi Alhamdulillah dapat semua. Mulai kemarin (terjadi antrean). Orang-orang mulai subuh sudah antre, kalau sore nggak ada (antrean)," kata pemilik pangkalan Agus Subiantoro (55) saat ditemui detikJatim, Selasa (4/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus mengatakan, hari ini dirinya sudah menjual kurang lebih 350 hingga 400 tabung gas melon. Dia juga tetap menerapkan pembatasan pembelian 2 tabung untuk setiap orang, karena stok miliknya mulai menipis.

Dia mengaku sebenarnya sejak Selasa pagi tadi dirinya sudah menambah batas penjualan tabung menjadi 4 tabung per orang. Tapi karena stok terus menipis dia kembali mengurangi batas pembelian maksimal 2 tabung.

ADVERTISEMENT

"Paling banyak tak kasih empat tabung biar semua dapat. Sekarang maksimal 2 tabung. Ada yang beli lebih dari itu, iya, tapi berhubung yang antre banyak ya harus dibagi supaya nggak chaos," jelasnya.

Agus mengatakan dalam sehari pangkalannya hanya mendapatkan kiriman tabung elpiji 3 kg dari agen sebanyak 350 buah. Sementara yang datang ke pangkalannya lebih banyak dari jumlah yang datang.

Dia berpendapat, kebijakan tidak boleh menjual elpiji secara eceran di warung-warung itu sangat berpengaruh bagi masyarakat. Dia mencontohkan bagaimana repotnya dirinya saat ada warga yang kehabisan elpiji saat malam hari.

"Iya pengaruh. Kalau nggak boleh ngecer, masa orang habis (kehabisan elpiji) malam-malam ndodok (mengetuk) di rumahku? Kan nggak mungkin," ujar Agus.

Dia pun berharap pemerintah bisa membenahi kebijakan terkait pembelian elpiji 3 kg ini agar semuanya bisa mendapat tabung gas secara merata.




(dpe/iwd)


Hide Ads