Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut pertanian di Indonesia harus bertransformasi lebih maju dan modern. Dia juga mengklaim pendapatan para petani muda bakal lebih tinggi dari gajinya sebagai menteri.
"Pertanian harus bertransformasi dari tradisional ke modern. Nanti kami akan dorong pertanian modern dan kita beli alat-alat pertanian," kata Amran dalam Rapat Koordinasi Percepatan Luas Tambah Tanam Padi Provinsi Jatim di Gedung Balai Prajurit Kodam V Brawijaya, Selasa (7/1/2025).
"Pertanian modern bisa bergerak sendiri, sekarang 2 jam 1 hektare selesai. Dulu bisa sampai 25 hari. Nah ini kita bertransformasi," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andi menilai hal itu tak hanya membuat hasil pertanian maksimal. Namun juga membuat durasi semakin efektif dan efisien serta menekan biaya produksi dan operasional.
"Tujuannya untuk menekan biaya, kalau manual (memakan biaya) Rp 19 juta per hektare. Kalau ini (modern menggunakan teknologi dan alat) mungkin Rp 10 juta per hektare karena pakai alat. Panen juga lebih cepat," ujarnya.
Andi menegaskan bahwa kebijakan berikutnya dia akan mendorong agar harga gabah naik. Menurutnya, semua kebijakan luar biasa untuk sektor pertanian sekarang dimaksimalkan.
Ia lantas mencontohkan hasil pertanian di kawasan Papua Selatan, tepatnya di Kampung Wanam, Distrik Ilwayab, Merauke. Menurutnya, ada 1 juta hektare yang akan digunakan secara maksimal.
"Kalau ini berhasil, Indonesia jadi lumbung pangan dan terbesar di dunia. Pendekatannya di sana kesejahteraan, yang demo bukan penduduk lokal dan buat brigade, ada potensi dan sumber daya alam melimpah serta teknologi yang sudah kita rancang," paparnya.
Selain itu, ia menyatakan bila kaum Millenial dan Gen Z saat ini juga mulai tergerak untuk bertani. Andi mengungkapkan pendapatan para petani muda dinilai lebih tinggi dari gajinya di Kementerian.
"Tidak mungkin milenial mau turun kalau merugikan dan tidak menggunakan teknologi? Sampai saat ini, 50 ribu orang yang mendaftar, sekarang 26 ribu (petani muda). Mereka berbondong-bondong dan penghasilannya lebih tinggi dari gaji menteri," ujarnya.
"Rp 3.750.000 per hektare per hari, per bulan Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan itu di timur. Kalau di Aceh per hari 2 hektare dengan biaya per hektare Rp 2,5 juta dan per bulan bersih dapat Rp 20 juta lebih. Gaji menteri Rp 19 juta," tuturnya.
Andi menuturkan pihaknya akan membuat klaster perihal itu serta menyesuaikan pendekatan sesuai daerah dan masyarakat di setiap daerah.
"Nah nanti kita buat klaster, bayangkan kalau 52% bergerak bagaimana Indonesia ke depan. Kami sekarang bangun di Kalimantan Tengah, sejak Pak Soeharto ada irigasi tapi tidak ada sawah, pendekatannya tidak holistik. Tapi sekarang sudah ada sawah per 20 Desember 2024 di Kecamatan Dadahup Kabupaten Kapuas. air melimpah, tanah subur," tutupnya.
(dpe/iwd)