Jenang suro merupakan kuliner yang banyak dicari saat bulan Muharram atau bulan Suro. Pembuat jenang suro mendapatkan berkah karena banyak pesanan. Rupiah pun mengalir.
Rofiah (59) seorang janda pembuat jenang suro kebanjiran pesanan sejak datangnya bulan Suro.
Setiap hari warga Kelurahan Krampyangan, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan, ini disibukkan dengan aktivitas membuat jenang suro memenuhi pesanan pelanggan. Rata-rata, Rofiah menerima 100 porsi pesanan per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai tanggal 1 Suro hingga sekarang terus ada pesanan," kata Rofiah di rumahnya, Minggu (14/7/2024).
Jenang suro atau bubur yang diisi dengan beberapa lauk ini sering dipesan oleh pelanggan untuk selamatan di masjid. Menurutnya orang yang memesan kadang dibagikan kepada sanak saudara serta tetangga dekat.
Ibu tiga anaka ini telah menekuni usaha musiman pembuat jenang suro selama 34 tahun. Usaha ini warisan dari orang tuanya.
Proses pembuatan jenang suro dimulai dengan memasak beras kemudian terus diaduk hingga menjadi bubur. Proses ini membutuhkan waktu 3 jam lebih.
Usai matang dan dingin, bubur ini dituangkan ke kotak plastik dan diberi isian lauk. Lauk isianya mulai perkedel kelapa, sambal goreng tempe dicampur ikan teri, tahu, kacang goreng, ayam suwir, dan telur dadar iris. Jenang suro juga dilengkapi dengan kerupuk, kuah kare ayam dalam kemasan plastik.
Rofiah memproduksi jenang suro hanya saat bulan Suro saja. Diperkirakan tanggal 10 Suro, pesanan akan bertambah banyak.
"Saya jual Rp 10.000 per porsinya. Alhamdulillah, berkah bulan Suro, sehari omset bisa Rp 1 juta dari 100 porsi pesanan," ungkapnya.
Bagi pembeli, jenang suro produksi Rofiah berbeda dengan yang lain. Selain ada singkongnya, buburnya lemas, ikannya banyak, kuahnya gurih, rasanya juga nikmat.
"Murah. Rasanya enak dan gurih," kata Nofrida, seorang pembeli.
(abq/fat)