Sejarah barbershop di dunia sudah cukup panjang. Tapi di Indonesia, pangkas rambut yang menyediakan tempat di dalam gedung dengan kursi yang nyaman dan kaca yang besar di era kolonial mungkin tidak banyak.
Barbershop di Surabaya ini diklaim telah berdiri sejak 1911, atau pada 2023 ini telah berusia 112 tahun. Wajar saja kalau baru-baru ini seorang influencer di medsos menobatkan barbershop ini sebagai barbershop tertua di Indonesia.
Saat tiba di barbershop yang berada di bangunan nomor 58, tepat di tikungan Jalan Kembang Jepun ke Jalan Husin itu, juru parkir langsung mengarahkan untuk naik ke lokasi barbershop yang ada di lantai 2.
"Langsung munggah ae, Mas. Sing viral iku toh? (Langsung naik saja, Mas. Yang viral itu kan?)" Ujarnya ketika detikJatim berkunjung ke barbershop itu pada Selasa (19/7/2023).
Dari halaman itu terlihat daun pintu yang lebar dan pondasi bangunan yang sangat jadul. Bangunan itu terkesan usang, beberapa bagian depan bangunan juga penuh debu, tapi masih terlihat kokoh.
Untuk naik ke lantai 2 bangunan itu, ada sebanyak 16 anak tangga permanen dilapisi tegel menuju pembatas ruangan bersekat pintu kaca yang dibingkai dengan kayu jati kokoh berwarna cokelat.
Saat pintu dibuka, langsung terlihat sebuah papan kayu dengan tulisan latin dan aksara Han, Tiongkok. Shin Hua. Inilah nama barbershop yang sudah beroperasi sejak 112 tahun silam itu. Kesan lawas terlihat dari marmer dan dinding yang usang.
"Selamat datang, ada yang bisa dibantu?" Sambut seorang pria yang memakai kaus putih dengan celana kolor warna kremsembari tersenyum kepada detikJatim.
Dengan ramah pria yang mengaku bernama Tejo itu merelakan waktunya untuk berbincang. Dia ceritakan bahwa dirinya adalah putra dari pendiri barbershop atau pangkas rambut Shin Hua.
Tejo mengatakan dirinya bersama kakaknya telah mewarisi bisnis cukur rambut itu dari ayahnya, Tan Shin Tjo. Ayahnya lah yang memulai usaha itu seabad silam.
"Awal mula ya bapak saya yang mendirikan di tahun 1911. Saya dan kakak saya adalah generasi kedua," kata pria yang memiliki nama Cina, Tan Tun Kuang itu.
Tejo pun mengajak jalan berkeliling untuk melihat suasana dan piranti yang dipakai untuk cukur rambut. Kursi, alat cukur, hingga cermin yang digunakan menurut Tejo sudah berusia setengah abad lebih.
"Sebagian baru, sebagian peninggalan ayah saya," kata pria berusia 67 tahun itu.
Di tengah perbincangan dengan Tejo itulah seorang pria lansia dengan pakaian yang sama-sama santai, memadukan kaus berkerah dengan celana kolor, datang dan menyapa.
"Saya Freddy Koestanto, bisa dipanggil Eddy saja," katanya memperkenalkan diri.
Sang pewaris dan arti nama Shin Hua, baca di halaman selanjutnya.
(dpe/fat)