Kabupaten Mojokerto Surplus Beras dan Jagung 54.000-156.000 Ton Per Tahun

Kabupaten Mojokerto Surplus Beras dan Jagung 54.000-156.000 Ton Per Tahun

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 13 Jul 2023 03:00 WIB
pertanian mojokerto
Beras yang beredar di Pasar Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto)
Mojokerto -

Pertanian di Kabupaten Mojokerto ternyata menghasilkan komoditas pangan yang melimpah. Salah satunya produksi beras dan jagung yang surplus 54.000 - 156.000 ton setiap tahun.

Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto merilis produksi beras tahun 2021 mencapai 174.373,86 ton dari 56.155 hektare lahan yang dipanen. Jika dirata-rata, produktivitasnya di angka 3.105 Kg beras per hektare per tahun. Hasil panen paling besar dari Kecamatan Pacet.

Hasil panen tersebut jauh melebihi kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Mojokerto 120.000 ton per tahun. Sebab konsumsi beras perkapita di Bumi Majapahit 72 Kg. Sehingga surplus beras tahun 2021 mencapai 54.374 ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produksi beras tahun 2022 turun 1.300,09 ton menjadi 173.073,77 ton. Sebab luas lahan panen tahun lalu juga berkurang 510 hektare menjadi 55.645 hektare.

Meski begitu, Kabupaten Mojokerto masih surplus beras 53.074 ton. Karena kebutuhah konsumsi tetap 120.000 ton untuk 1,1 juta jiwa penduduk tahun 2022. Selain itu, produktivitas rata-ratanya sedikit naik menjadi 3.110 Kg per hektare.

ADVERTISEMENT

"Luas lahan panen tahun 2022 turun dibandingkan 2022 karena harga jagung tahun 2021 bagus. Sehingga tahun 2022 sebagian petani beralih menanam jagung," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Nurul Istiqomah kepada detikJatim di kantornya, Jalan RA Basuni, Sooko, Rabu (12/7/2023).

Sedangkan pada semester pertama 2023, produktivitas beras di Kabupaten Mojokerto kembali naik menjadi 3.170 Kg per hektare. Sebab hasil 2 kali panen hingga Juni tahun ini mencapai 106.929,45 ton dari lahan 33.729 hektare.

Jika dibandingkan kebutuhan konsumsi warga Kabupaten Mojokerto 6 bulan terakhir 60.000 ton, maka surplus beras saat ini sudah mencapai 46.929 ton. "Padi kan tiga kali panen setahun. Kami masih ada satu kali panen September nanti yang ditanam April-Juni seluas 14.900 hektare," terang Nurul.

Surplus hasil panen di Kabupaten Mojokerto, lanjut Nurul, juga terjadi pada jagung. Tahun 2021, panen jagung 118.302 ton pipil kering dari lahan 27.023 hektare. Sedangkan kebutuhan konsumsi jagung hanya 1.235,6 ton per tahun. Sehingga surplus produksi jagung 117.066 ton.

Produksi jagung di Bumi Majapahit tahun 2022 naik 39.053 ton pipil kering menjadi 157.355 ton. Sebab luas lahan yang dipanen tahun lalu juga bertambah 2.467 hektare menjadi 29.490 hektare. Tak ayal surplus jagung menembus 156.119 ton sebab kebutuhan konsumi warga Kabupaten Mojokerto hanya 1.235,6 ton per tahun.

"Kalau tahun ini sampai Juni, produksi jagung 39.187 ton pipil kering dari lahan 8.331 hektare. Kebutuhan konsumsi 617,8 ton sehingga surplus 38.569 ton. Produktivitasnya rata-rata 7,7 ton per hektare," jelasnya.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Achmad Faisol menuturkan, tingginya produktivitas beras di jagung seiring tumbuhnya kesadaran para petani menggunakan teknologi pertanian.

Antara lain terkait penggunaan bibit unggul sesuai karakter wilayah, pemupukan seimbang, deteksi dini serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta penggunaan mesin panen untuk menekan kehilangan hasil.

Ditambah lagi dengan penyuluhan manajemen tanam yang terus dilakukan para penyuluh pertanian lapangan (PPL) kepada para petani. Salah satunya terkait jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk mencegah serangan OPT dan pola tanam.

"Pola tanam terkait pergantian komoditas, misalnya padi, padi, jagung atau padi, jagung, jagung. Apalagi wilayah endemik serangan OPT, biasanya kami arahkan ke komoditas lain untuk memutus siklus OPT. Pola tanam juga menyesuaikan kecukupan air," ujarnya.

Hanya saja, produksi kedelai di Kabupaten Mojokerto sampai saat ini masih defisit. Hasil panen yang jauh dari kebutuhan konsumsi masyarakat membuat warga Bumi Majapahit mengandalkan pasokan kedelai dari daerah lain maupun impor.

Tahun 2021, panen kedelai hanya 641,93 ton biji kering dari lahan 906 hektare. Sedangkan kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Mojokerto mencapai 29.493,3 ton per tahun. Sehingga terjadi defisit 28.851 ton.

Bukannya naik, produksi kedelai di Kabupaten Mojokerto tahun 2022 justru turun menjadi 598,81 ton. Padahal, luas lahan panen bertambah menjadi 991 hektare. Tak pelak defisit kedelai tahun lalu meningkat menjadi 28.894 ton.

Semester pertama tahun 2023, luas lahan panen tinggal hanya 2 hektare. Hasil panennya pun hanya 0,42 ton. Sehingga defisit kedelai saat ini mencapai 14.746 ton. Karena kebutuhan konsumsi warga Kabupaten Mojokerto 6 bulan terakhir 14.746,65 ton.

"Hanya kedelai yang defisit karena kendalanya potensi kami kecil untuk tanaman kedelai, luas lahan yang ditanami kedelai itu kecil. Kedelai kita berbicara konsumsi untuk tahu, tempe dan biji kedelai," tandas Faisol.




(abq/iwd)


Hide Ads