Omzet pedagang ketupat tahun ini menurun dibanding saat pandemi. Meski demikian, pedagang ketupat di Surabaya tetap bersyukur
Dari pantauan detikJatim, ada puluhan pedagang janur dan ketupat di Pasar Wonokromo Surabaya. Mereka menjajakan daun muda dari pohon palma itu di lapak mini berukuran sekitar 1x2 meter.
Jari-jari mereka begitu lihai merajut janur untuk menjadi sebuah ketupat. Ketika genap 10, ketupat langsung diikat dan dijajakan di lapak masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu pedagang yang ditemui detikJatim adalah Salimah. Ia mengaku, omzet tahun ini menurun 3 kali lipat dibanding saat ramai pandemi COVID-19 lalu.
"Per hari Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu per hari, pas pandemi lebih banyak dapatnya," kata Salimah saat ditemui detikJatim, Kamis (27/4/2023).
Selama pagebluk, ia mengaku bisa meraup omzet hingga jutaan rupiah. Sebab, kata Salimah, banyak masyarakat di Surabaya yang tak mudik dan memilih berlebaran di rumah masing-masing.
"Pas pandemi, sehari sampai Rp 1,5 juta, karena saat itu kan nggak ada yang mudik, jadi banyak yang kupatan. Biasanya buat jualan atau masak lontong sayur," papar wanita asal Sampang, Madura itu.
Kendati demikian, Salimah tetap bersyukur. Dia menganggap apa yang didapatnya adalah berkah.
Menurutnya, tren penjualan ketupat terus bertambah sejak 10 hari terakhir jelang Lebaran Ketupat. Mayoritas pembeli tak hanya berasal dari Surabaya. Salimah mengaku, ada juga pedagang eceran dari Gresik, Sidoarjo, hingga Mojokerto yang membeli ketupat darinya.
"Pelanggan saya kebanyakan dari Surabaya," imbuh wanita berusia 37 tahun tersebut.
Hal senada disampaikan pedagang ketupat lainnya, Markhasan. Ia mengaku, Idul Fitri tahun ini masih menjadi berkah baginya dan pedagang ketupat lainnya. Kendati, tak seramai saat pagebluk di tahun 2020 sampai 2022 silam.
"Ya alhamdulillah, sudah ramai (pembeli ketupat dan janur). Ada yang beli jadi (ketupat), ada yang beli daunnya (janur) saja," ujar warga Siwalankerto Surabaya itu, lalu merajut janur yang digenggamnya.
"Pas Pandemi COVID-19, jadi berkah buat pedagang ketupat, ya karena orang-orang banyak yang nggak mudik. Malah kita jadi supplier juga saat itu, banyak pedagang yang juga beli ke kita," lanjutnya.
Pria yang akrab disapa Pak Brengos itu membanderol harga seikat janur berisi 50 helai seharga Rp 25 ribu. Sedangkan untuk ketupat dan lepet berisi 10 biji, ia jajakan dengan harga Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu.
"Sekitar setahun sudah saya membuat ketupat dan jualan di sini, untuk sehari-harinya ya kerja lain," tutur pria yang bekerja sebagai pedagang sayur-mayur keliling itu.
Meski begitu, keduanya mengaku bersyukur. Sebab, tak begitu kesulitan untuk mencari bahan baku sebelum hingga usai lebaran Idul Fitri 1444 H.
"Kebetulan ini pas musimnya, jadi lebih gampang dapatnya (janur)," tutup dia.
(hil/dte)