Peternak Koi Blitar Menjerit Harga Anjlok Imbas Serbuan Ikan Impor Jepang

Peternak Koi Blitar Menjerit Harga Anjlok Imbas Serbuan Ikan Impor Jepang

Erliana Riady - detikJatim
Senin, 13 Feb 2023 14:23 WIB
Peternak koi Blitar mengeluhkan pendapatannya yang menurun imbas banyaknya impor koi dari Jepang
Peternak koi di Blitar mengeluhkan pendapatannya yang turun imbas banyaknya ikan koi impor dari Jepang (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar -

Peternak ikan koi dari Blitar menjerit akibat anjloknya penjualan. Dua faktor menjadi penyebabnya. Selain semakin banyak pemain baru, rupanya pasar ikan koi dalam negeri dibanjiri ikan impor dari Jepang.

Kabupaten Blitar dikenal sebagai sentra breeder koi kualitas andalan di Indonesia. Kualitas air dan kandungan mineral tanah di sekitar Gunung Kelud dinilai menjadi faktor penunjang tumbuh kembang ikan cantik ini.

Tak heran, ada sekitar 3.000 peternak yang tersebar di enam kecamatan. Sebagai sentra produsen koi, usaha ini mampu meraup omzet Rp 25 miliar per tahun per kecamatan. Enam kecamatan sentra koi itu adalah Kecamatan Nglegok, Sanankulon, Talun, Selopuro , Gandusari dan Garum.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sejak enam bulan lalu, para peternak mengeluhkan turunnya omzet penjualan mereka. Wacara resesi global disebut-sebut menjadi faktor utama pelanggan tidak membeli kembali ikan koi dari para peternak Blitar.

"Turun drastis sampai 40 persen. Efek ekonomi global," kata salah satu peternak dari Astro Koi Farm Talun, Hendi, Senin (13/2/2023).

ADVERTISEMENT

Keluhan serupa juga disampaikan Arik Hadi Susanto, pemilik @mboksinggahkoi, Sanankulon. Arik bahkan membanting harga ikan koinya dengan sistem paket. Harga normal per paket isi 5 yang semula Rp 700 ribu, turun menjadi Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribuan.

"Ikan jumbo harga normal di atas Rp 2 juta sampai Rp 5 jutaan, saat ini turun tinggal Rp 1 juta sampai Rp 3 jutaan. Omzet turun sampai 50 persen. Normalnya sekitar Rp 30 juta per bulan, sekarang tinggal Rp 10 sampai Rp 15 juta per bulan," ungkapnya.

Kondisi seperti ini telah termonitor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Pemkab Blitar sejak pandemi COVID-19. Kabid Kesehatan Ikan, Ali Fauri mengatakan, sejak masa pandemi, penjualan ikan koi Blitar justru mengalami booming. Penjualan meningkat drastis, namun dibarengi semakin banyaknya pemain atau pelaku usaha dari bisnis ini.

"Semakin banyak pelaku usaha baru, otomatis meningkatkan volume produksi koi Blitar. Jadi booming itu bukan asli pembeli. Tapi mereka beli untuk usaha lagi. Karena saat usaha lain gulung tikar, namun koi tetap menjanjikan," ungkap Ali.

Turunnya nilai penjualan ikan koi Blitar, imbuhnya, selain faktor domestik juga dipengaruhi faktor dari luar. Ali menceritakan, sebelum booming, koi impor dari Jepang yang masuk Indonesia betul-betul terseleksi baik dari grade-nya maupun ukurannya. Namun, ketika booming, koi dengan kualitas reject ternyata masih laku keras di Indonesia.

"Kondisi ini dilihat importir. Mereka lalu membanjiri koi impor dengan kualitas reject ke sini. Jadinya over stok dan sesuai hukum pasar, otomatis harga koi jadi anjlok," ulas Ali.

Soal beralihnya minat pembeli ke ikan Channa, menurut Ali tidak ada pengaruhnya pada bisnis Koi. Karena, perkembangan usaha ikan Channa tidak akan pernah besar, senasib dengan ikan Lohan.

Ali menambahkan, solusi menstabilkan kembali harga koi di pasaran adalah dengan membatasi jumlah masuknya koi impor dari Jepang.

"Kami sudah bersurat beberapa kali ke otoritas yang berwenang untuk membatasi impor koi dari Jepang. Entah dari grade ataupun ukurannya. Namun sampai saat ini, belum ada respons sama sekali. Semoga saja kondisi sekarang bisa mendapat perhatian otoritas yang berwenang agar peternak Blitar tetap stabil usahanya," pungkasnya.




(hil/dte)


Hide Ads