Pandemi COVID-19 tidak selamanya melumpuhkan dan merugikan ekonomi semua orang. Momen Pandemi COVID-19 bagi sebagian orang justru menjadi sebuah berkah. Bahkan menjadi cikal bakal rezeki yang mampu terus bertahan hingga pandemi berakhir.
Seorang perempuan pekerja kantoran Annisa Durotus Safa (35) salah satunya. Warga yang tinggal di kawasan Puri Surya Jaya Sidoarjo ini tak menyangka pilihannya menjual tanaman hias membuatnya mampu survive hingga kini.
"Saya kerja kantoran, tiba-tiba ada pilihan saya harus di rumah. Dan saat itu Pandemi tahun 2019. Saya melihat tanaman di rumah itu tidak terawat, saya coba untuk merawat dan iseng jualan. Waktu itu saja jual 100 pot tanaman. Ternyata, hanya dalam waktu 1 jam jualan di medsos habis," kata ibu 2 anak yang akrab dipanggil Nisa kepada detikJatim, Selasa (7/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nisa akhirnya kulakan lagi dan ludes dalam sekejap. Berkali-kali jualannya habis dirinya pun akhirnya melakukan live sale jual tanaman di lahan milik petani tahun 2020.
![]() |
"Saya mendapat tawaran live sale di petani Leduk Prigen. Dari live sale itu saya bisa menghabiskan 150-300 tanaman. Bahkan saya pernah live sale 18 jam non stop. Mulai harga tanaman Rp 100 ribu hingga 15 juta, laku semua," kenangnya semringah.
Saat itu dirinya melihat momen semua orang tidak bisa kemana-mana dan dibatasi. Bagi yang memiliki hobi travelling atau suka belanja pun juga tidak bisa lagi melakukan kesenangannya. Mereka hanya berdiam diri di rumah dan tentu saja membuat jenuh.
"Saat itu untuk menghilangkan kebosanan, tiba-tiba semua memiliki hobi baru. Memelihara ikan, naik sepeda dan membeli tanaman. Akhirnya, semua hobi travelling atau hobi belanja berubah membeli tanaman, ikan, dan sepeda. Dan itu adalah momen menurut saya," jelasnya semringah.
Hasil dari live sale saat pandemi saat itu, jelas pemilik wit.tanduran, dirinya bisa mendapat laba yang cukup fantastis.
"Saat itu laba yang saya terima gila-gilaan, bisa sampai 250 persen. Itu sudah dikurangi biaya ongkir, perlengkapan membungkus tanaman, dan lain-lain," tandasnya.
Setelah pandemi bisnis tanaman tetap jalan. Baca di halaman selanjutnya.
Meski pandemi COVID-19 telah sangat melandai dan orang sudah bisa beraktivitas dengan lebih bebas Annisa Durotus Safa tetap bertahan menjual tanaman. Ia tetap bersaing dengan beberapa penjual tanaman lainnya.
Sementara Agnia Santya Krismawati (39) warga Sidoarjo, pemilik tanaman hias Abigailflower mengaku baginya pandemi COVID-19 benar-benar peristiwa yang bakal tak terlupakan. Baik bagi dirinya maupun bagi keluarga kecilnya.
Pengalaman tidak mengenakkan itu karena uang penjualan rumah satu-satunya dipakai modal usaha dan distributor yang dikirim barang terdampak pandemi, menjadi titik balik dirinya dan keluarganya untuk survive.
"Saya tidak pernah menyangka saat itu uang kami tidak terbayarkan, padahal itu satu-satunya jadi pijakan hidup kami. Waktu itu kami berfikir apa salah kami? Karena waktu itu anak kami 2, butuh susu dan kebutuhan anak-anak," jelas wanita yang akrab dipanggil Nia itu.
Nia menyebut dirinya tiba-tiba seperti mendapat mukjizat yang membuat keluarganya perlahan bisa bertahan. Saat itu seluruh umat manusia tidak boleh keluar rumah.
Semua pekerjaan dihandle work from home (WFH). Iseng-iseng ibu dua anak itu merawat tanaman dan bikin status di medsos.
![]() |
"Ternyata Tuhan memberikan jalan dari tanaman ini. Saat saya membuat status di medsos, banyak orang penasaran dan ingin membeli. Akhirnya saya live di rumah menjual 25 pot tanaman habis semua, padahal viewer hanya 10, tapi beli semua dan habis," jelasnya.
Lalu jual 50 hingga 100 pot, tambah Nia, juga habis. Bahkan tanaman monstera yang sedang mahal-mahalnya banyak yang beli dan mencari. Dirinya pun harus berpikir keras mencari petani-petani yang memiliki koleksi tanaman-tanaman yang sedang mahal-mahalnya.
"Akhirnya saya diajak kerja sama dengan para petani di Ledug Prigen dan Malang untuk live di tempatnya. Saat itu yang paling mahal memang monstera, tapi saya menjualnya tidak dengan harga tinggi. Jadi banyak orang berminat. Dari situlah awal kami bisa bertahan sampai saat ini. Bahkan kami bisa menggaji seseorang untuk membantu kami," tambahnya panjang lebar.
Kini di tengah banyaknya persaingan, dirinya ikut beragam pameran dan mengisi talk show. Selain itu, dia tetap memberikan nilai lebih dan memiliki hubungan baik dengan pelanggannya.
Dia mengaku pembeli tidak hanya membeli tanamannya saja, melainkan menjadi teman. Tak jarang customer atau pelanggannya memiliki hubungan baik. Baginya, memiliki hubungan baik akan menambah teman.
"Saya tidak ingin mencari laba sebesar-besarnya, karena saya ingin menjaga kualitas. Saya dan konsumen bisa sharing soal tanaman. Bagaimana merawat kaktus, sukulen, monstera dan lain-lain. Ini membuat mereka antusias. Bahkan kami juga memiliki orang-orang yang selalu beli setiap saya live. Yang semula bukan siapa-siapa, akhirnya mengenal baik dan menambah saudara," tambah wanita lulusan Unesa tersebut.