Cinta Kunto Wijoyo (44) terbagi dua. Antara Musik dan kereta api.
Pria asal Penarip II Nomor 35, Kelurahan/Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto ini merupakan drumer kawakan. Di satu sisi hatinya yang lain, Kunto jatuh cinta dengan sepur. Cinta keduanya itu pada akhirnya membuatnya menekuni bisnis miniatur kereta api.
Berawal dari hobi yang jadi ladang bisnis, sebulan Kunto meraup omzet Rp 12 juta. Kunto memproduksi kereta api model (kamod) yang mirip dengan aslinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecintaan Kunto terhadap KA sudah sedari kecil. Betapa tidak, ayahnya yang pensiun tahun 1990 merupakan Kepala Stasiun Mojokerto. Sehingga, setiap hari ia bermain di kereta. Bahkan, ia sering naik kereta untuk mengikuti perjalanan dinas ayahnya.
Ketika usianya 26 tahun, Kunto mulai terpincut dengan miniatur KA. Namun, pada tahun 2005 itu ia sebatas melihat gambar di internet dan majalah sebab belum mampu membeli KA model. Sampai tiga tahun kemudian, bapak 2 anak ini tak jua mempunyai kamod sendiri. Padahal, kala itu ia sangat ingin menyalurkan kecintaannya terhadap KA ke hobi kamod.
Di lain sisi, ia juga terus melakoni hobinya bermain drum. Hobi di dunia musik ini ia tekuni sampai kini dia berprofesi sebagai drumer. Baru pada 2015, Kunto belajar membuat kamod sendiri memanfaatkan jasa cutting laser akrilik. Tak disangka produk pertamanya langsung diminati kalangan penghobi.
![]() |
"Saya mencoba membuat sendiri KA Pusri, lalu saya ikut pameran di Malang. Fajar Nugros penasaran, langsung pesan ke saya 8 gerbong sekitar tahun 2015. Karena produk saya masih sederhana, saya disuruh riset lagi. Satu model itu saya posting di medsos ternyata banyak yang minat," kata Kunto kepada wartawan di rumahnya, Minggu (29/1/2023).
Dari situlah warga Penarip Gang 2 nomor 35, Kelurahan/Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto ini mulai menekuni bisnis produksi KA model. Sudah ribuan miniatur gerbong KA ia produksi dalam 7 tahun terakhir. Mulai jenis KA penumpang, KA barang dan KA sarana khusus dari zaman Kolonial Belanda, awal Indonesia merdeka, sampai model terbaru yang diproduksi PT INKA.
Suami Evita Nurdiyanti ini juga kerap mengerjakan pesanan kamod untuk angkutan barang. Misalnya KA batubara dan KA pulp yang beroperasi di Sumatera, KA BBM, KA Semen, KA angkutan kayu, serta KA rescue lengkap dengan crane. Miniatur kereta buatan tangan (handmade) itu mirip dengan aslinya. Bahkan detail dengan barang-barang yang diangkut.
"Saya jual detail, jual kemiripan dengan KA aslinya. Mulai dari ukuran, bentuk sampai livery-nya. Jadi, bukan KA mainan, tapi miniatur KA," terangnya.
Berapa harga miniatur kereta api karya Kunto? Baca halaman selanjutnya.
Impor Roda Miniatur Kereta Api dari AS dan China
Selama ini, Kunto memproduksi miniatur gerbong KA tanpa lokomotif. Jumlah gerbong setiap rangkaian tergantung keinginan pemesan. Bisa 6 gerbong terdiri dari 4 kereta penumpang, 1 kereta restorasi dan 1 kereta kargo. Bisa juga dibuat lengkap seperti aslinya, seperti KA Bima yang terdiri dari 8 kereta penumpang, 1 restorasi, 1 genset dan 1 kargo.
"Soal ukuran kami mengacu ke Jepang, karena lebar relnya sama dengan rel KA di Indonesia. Yakni pakai skala 1:80, artinya ukuran asli KA dibagi 80. Karena miniatur, wujud KA model harus sama dengan aslinya," jelasnya.
Setiap kamod handmade buatan Kunto terdiri dari atap, bodi, sasis, bogie, serta kopel atau perangkai antar gerbong. Bahan yang ia gunakan antara lain akrilik, pipa PVC dan mika. Rodanya menggunakan tipe 33 dan 36 yang diimpor dari Amerika Serikat dan China.
Begitu juga dengan kopel dan bogie. Harga satu set bogie Rp 150-350 ribu lengkap dengan 4 roda. Sedangkan sepasang kopel Rp 50-75 ribu. Detail cat bodi dan livery juga ia perhatikan betul agar mirip dengan KA aslinya.
"Paling sulit membuat atap KA yang melengkung, kalau menghaluskannya tidak telaten, begitu dipasangkan dengan bodi, tidak bisa presisi. Biasanya satu bulan saya membuat 20-25 gerbong," ujarnya.
Penggerak miniatur KA tentu saja mengandalkan motor di dalam lokomotif. Hanya saja suplai listrik berasal dari alat pengontrol yang disambungkan ke rel. Selanjutnya listrik dialirkan dari rel ke semua roda KA untuk didistribusikan ke motor, lampu depan, dan speaker.
"Biasanya produk saya ada kode nomor urut di belakang kode dan tahun asli KA. Nomor urut saya catat sehingga tahu penjualan saya ke siapa saja," cetus Kunto.
Kamod buatan Kunto dibanderol beragam tergantung kerumitan model KA serta kualitas onderdil yang digunakan. Saat ini ia menjual setiap gerbong Rp 400-700 ribu. Pemasaran secara online yang ia lakukan membuat pembeli datang dari berbagai daerah di Jawa, Medan, Sulawesi, Kalimantan dan Bali. Konsumennya mulai penghobi pemula sampai yang pro, serta instansi terkait perkeretaapian.
"Omzet kereta penumpang rata-rata Rp 12 juta per bulan. Bisa ambil untung sekitar 40 persen dari itu. Kalau ekspor belum karena model KA Indonesia tidak umum di luar negeri," tandasnya.
Kunto juga melayani jasa reparasi kamod dan pembuatan layout atau lanskap jalur KA. Kunto mematok harga Rp 7-15 juta per meter persegi untuk lanskape. Tarif tersebut tergantung bahan yang diinginkan pemesan.
Simak Video "Video: 12 KA dari Stasiun Senen Berhenti di Jatinegara Imbas Kericuhan"
[Gambas:Video 20detik]
(fat/dte)