Minyakita di Pasar Surabaya langka. Para penjual bahan pokok dan sembako tak lagi bisa menjual minyak goreng subsidi selama satu bulan.
Selain langka, harganya juga naik, bahkan melebihi harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000. Para penjual juga tidak bisa kulakan. Sebab, ada persyaratan saat beli Minyakita selalu tidak kebagian stok minyak.
Salah satu penjual sembako di Toko Mitra Barokah Pasar Pucang, Surabaya, Fatimah. Dia mengaku sudah tidak menjual migor merek Minyakita satu bulan. Dia selalu tidak mendapat bagian saat kulakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nggak jual, langka. Ada tapi sudah pesanan orang. Saya nggak jual sama sekali, sudah hampir satu bulan," kata Fatimah kepada detikJatim, Jumat (3/2/2023).
Selain tidak mendapat bagian saat kulakan, harga Minyakita juga naik. Bahkan melebihi HET dari tulisan yang ada di kemasan.
"Harga dari tempat Rp 13.750 jualnya Rp 15.000. Harga segitu sudah langka. Ada tapi punya orang semua," ujarnya.
Fatimah mengaku kenaikan harga sembako tak hanya minyak saja. Tetapi juga harga beras yang naik Rp 1.000/litersejak 2 bulan lalu.
Sama halnya dengan Nurma, pedagang sembako dan bahan pokok di Pasar Pucang. Ia menyebut Minyakita langka dan belinya harus berebut dengan warga dan pedagang lain.
"Nggak jual, nggak kulak, rebut-rebutan. Sudah lama nggak jual. Rebutan, antre pakek KTP. Sekarang nggak nututi. Mahal di Pabean itu. Nggak bisa jualnya. Orang-orang borong berkardus-kardus, saya nggak kebagian, ya nggak kulak," jelasnya.
Ia juga menyebut harga kulak Minyakita saat ini naik signifikan. Bahkan jauh dari HET yang ada di kemasan.
"Kemarin Rp12.500 (Kulak sebelum langka) dijual Rp14.000, sekarang kulak Rp 17.800, wes ga tahu jualnya berapa itu. Aku nggak berani jual," pungkasnya.
(esw/iwd)