Penderitaan Nelayan di Banyuwangi Kia Panjang Usai Harga BBM Naik

Penderitaan Nelayan di Banyuwangi Kia Panjang Usai Harga BBM Naik

Ardian Fanani - detikJatim
Jumat, 09 Sep 2022 16:18 WIB
Perahu nelayan di Banyuwangi ditambatkan dan berhenti melaut imbas BBM naik
Perahu nelayan di Banyuwangi ditambatkan dan berhenti melaut imbas BBM naik (Foto: Ardian Fanani/detikJatim)
Banyuwangi -

Nelayan di Banyuwangi merasakan dampak dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Di tengah sulitnya mendapatkan ikan tangkapan, mereka kini didapatkan kenaikan harga BBM. Hal ini jelas membuat ongkos operasional naik berlipat-lipat.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Banyuwangi, Hasan Basri mengatakan dalam beberapa dekade terakhir sumber daya ikan di Muncar menipis karena ekosistem yang rusak.

Nelayan yang biasanya dalam jarak 1 mil sudah mendapatkan ikan. Tapi kini nelayan harus menempuh jarak 5 mil baru bisa mendapatkan ikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini sekali berangkat perahu 5 ribu GT ke bawah itu butuh 45 liter. Dulu 1 mil sudah dapat ikan saat ini lebih sulit dan harus menempuh jarak yang lebih jauh. Itu sudah terasa sejak 2010," kata Hasan, Jumat (9/9/2022).

Meski sudah menempuh jarak yang jauh, nelayan juga terkadang jumlah tangkapannya tak sepadan. Bahkan hampir tak dapat ikan ssama sekali.

ADVERTISEMENT

"Kadang pulang dapat ikan dijual cuma laku paling Rp 500 ribu. Itu belum dipotong solar dan biaya untuk makan dan lain-lain. Hasilnya sangat nipis," ujarnya.

Oleh sebab itu di tengah kondisi kenestapaan yang dialami nelayan, kebijakan pemerintah menaikkan BBM bagi Hasan hanya akan semakin menambah deretan penderitaan nelayan.

"Naik seribu rupiah saja sudah terasa bagi nelayan. Lha ini hampir dua ribu kenaikannya ini menyengsarakan," tegas Hasan.

Pihaknya sangat berharap agar Pemerintah mencabut kebijakan tersebut. Agar kesejahteraan bagi masyarakat kecil seperti nelayan itu benar-benar terwujud.

"Kami minta pemerintah untuk meninjau kembali kebijakan tersebut. Karena kebijakan itu sekali lagi sangat tidak menyejahterakan masyarakat kecil," tandasnya.

Salah seorang nelayan Mansur, saat ini mengaku enggan melaut karena tidak mampu membeli solar. Melaut di tengah mahalnya BBM seperti pepatah besar pasak daripada tiang.

"Lebih besar operasionalnya daripada penghasilannya. Makanya saya tidak melaut," ujar Mansur

Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM pada 3 September 2022. Pertalite yang sebelumnya Rp 7.650 per liter naik menjadi Rp 10 ribu per liter. Kemudian, Solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Pertamax nonsubsidi kini harganya menjadi Rp 14.500 hingga Rp 15.200 per liter.




(abq/fat)


Hide Ads