Rubath Kopi Jombang yang Ekspor 12 Ton Excelsa Ternyata Dikelola Pelajar SMK

Rubath Kopi Jombang yang Ekspor 12 Ton Excelsa Ternyata Dikelola Pelajar SMK

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 29 Mei 2022 12:30 WIB
kopi excelsa wonosalam jombang
Rubath Kopi Jombang dikelola pelajar SMK (Foto: Enggran Eko Budianto)
Jombang - Dari desa untuk dunia, inilah jargon yang digaungkan pengelola Rubath Kopi Jombang. Terbukti mereka mampu mengekspor 12 ton biji kopi mentah (green coffee beans) dari Wonosalam, Jombang ke Malaysia. Yang mengejutkan, ternyata kelompok petani kopi ini beranggotakan pelajar SMK.

Rubath Kopi Jombang di Dusun Sumber, Desa/Kecamatan Wonosalam dikelola 7 pemuda setempat. Yaitu Risfandi (27) sebagai sekretaris, Wiknyo Susandi (27) sebagai direktur, Cahya Meiyaksa (31) bagian purchasing atau pembelian dan Siti Hasanah (38) menjadi bendahara.

Yang mengejutkan, ternyata 3 pengelola Rubath Kopi Jombang masih duduk di bangku SMK. Yakni Ragil Hasan Mubarok (18) bagian riset dan inovasi, Muhammad Wahyu Efendi (19) bagian produksi dan Ananta Dewangga Bagaskara (19) bagian pemasaran. Sedangkan Muhamad Edi Kuncoro (43) sebagai pembina.

"Kami pilih pemuda karena jangkauan mereka luas, lebih mudah menyerap ilmu dan bisa diajak kerja lembur. Sebagian mempunyai kebun kopi milik orang tua mereka," kata Edi kepada detikJatim, Minggu (29/5/2022).

Saat dirinya memulai berbisnis kopi di Wonosalam tahun 2017, nyaris tak ada pemuda yang terjun menjadi petani kopi. Sebagian besar pemuda Desa Wonosalam memilih merantau untuk bekerja di pabrik dan lainnya. Padahal menurutnya, potensi kopi Wonosalam sangatlah besar.

Wilayah di lereng Pegunungan Anjasmoro ini mampu menghasilkan 750-1.000 ton biji kopi jenis robusta, arabika dan excelsa per tahun. Di lain sisi, para petani golongan tua cenderung menutup diri dari perkembangan zaman. Karena mereka merasa nyaman dengan hasil yang sudah ada.

"Orang-orang tua itu merasa dengan pengolahan ala kadarnya, kopi mereka sudah laku, ngapain harus diproses rumit. Ditambah lagi mereka tidak punya pasarnya," terangnya.

Oleh sebab itu, Edi menggalang 7 pemuda warga Dusun Sumber untuk menekuni bisnis kopi. Rubath Kopi Jombang pun berdiri awal 2020 lalu. Kelompok petani kopi ini bekerja sama dengan Wojo Kopi sebagai penyuplai biji kopi.

Wojo Kopi sendiri dikelola teman satu kampung Edi, Yayak. Perusahaan lokal ini menaungi sekitar 30 petani kopi Wonosalam yang menggarap lahan 46,5 hektare. Dari jumlah itu, sekitar 3 hektare ditanami kopi jenis excelsa. Sisanya untuk kopi robusta dan arabika.

Perlahan tapi pasti, Wojo Kopi dan Rubath Kopi Jombang mampu mendongkrak harga kopi Wonosalam. Tahun 2017 silam, harga biji kopi mentah di wilayah ini Rp 21.500 per Kg untuk jenis robusta dan arabika, serta Rp 30.000 per Kg jenis excelsa.

"Kalau robusta saat ini kami ambil dari petani di angka Rp 31-33 ribu per Kg, excelsa kami ambil Rp 50 ribu per Kg, arabika kami ambil Rp 70 ribu per Kg," ungkapnya.

Usut punya usut, pengelola Rubath Kopi Jombang ternyata awalnya kelompok mengaji yang dibina Wiknyo Susandi. Mereka rutin mengaji setiap Sabtu dan Minggu di tempat Wiknyo sembari bertukar ilmu yang lain. Awal 2020 pun kelompok mengaji ini diajak Edi untuk menggeluti bisnis produksi bubuk kopi asli Wonosalam.

"Rubath Kopi Jombang berdiri 21 Januari 2020. Kami berbagi peran untuk menjalankan usaha ini. Setiap minggu kami lakukan evaluasi sejak omzet kami masih ratusan ribu," jelas Wiknyo yang kini dipercaya menjadi Direktur Rubath Kopi Jombang.

Rubath Kopi Jombang saat ini memproduksi 4 varian kopi yang dibagi menjadi 2 kelas. Bubuk kopi kelas reguler kemasan 150 gram dipatok Rp 21.000 jenis robusta, Rp 26.500 jenis excelsa, Rp 31.000 jenis arabika, serta Rp 27.500 jenis spesial.

Sedangkan kopi bubuk kelas premium kemasan 150 gram dijual Rp 30.000 jenis robusta, Rp 35.000 jenis excelsa dan Rp 50.000 jenis arabika. "Saat ini di omzet kami di kisaran Rp 10-15 juta per bulan. Rata-rata penjualan bubuk kopi di angka 100 Kg dengan beragam kemasan untuk pasar lokal dalam negeri," ungkap Wiknyo.

Reseach and Development (R & D) Rubath Kopi Jombang, Ragil Hasan Mubarok mengaku belajar bisnis kopi sejak kelas 3 SMP. Saat itu, dirinya ikut mengaji di tempat Wiknyo. Semula, ia tidak mengerti sama sekali tentang kopi. Sehingga ia sebatas membantu berkebun dan pengolahan pasca panen. Lambat laun, ilmu tentang kopi banyak ia dapatkan dari Edi dan Yayak.

"Kemudian ada keinginan sendiri. Ada lahan orang tua 2 hektare. Kebetulan jurusan sekolah saya pertanian, jadi sekalian terjun di bisnis ini," ujarnya.

Bergabung dengan Rubath Kopi Jombang membuatnya mendapatkan banyak ilmu dan teman baru. Selain itu, Ragil juga mempunyai penghasilan sendiri untuk membiayai sekolahnya. Rata-rata ia mendapatkan Rp 900 ribu per bulan.

"Alhamdulilah bisa membantu orang tua untuk bayar sekolah. Saya juga ingin kuliah dengan biaya sendiri," tandas anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan Supeno dan Tiami ini.

Keuletan pengelola Rubath Kopi Jombang kian berbuah manis. Mereka mendapat pesanan 12 ton biji kopi mentah jenis excelsa dari sebuah pabrik di Malaysia dengan omzet Rp 360 juta. Ekspor perdana 12 ton kopi excelsa melalui sebuah perusahaan eksportir pada Selasa (10/5).


(iwd/iwd)


Hide Ads