Keuletan kelompok petani Rubath Kopi Jombang patut diacungi jempol. Betapa tidak, mereka sukses mengekspor 12 ton kopi mentah (green coffee beans) jenis excelsa ke Malaysia. Omzet ekspor perdana ini mencapai Rp 360 juta.
Rubath Kopi Jombang berdiri di Dusun Sumber, Desa/Kecamatan Wonosalam awal 2020. Kelompok petani kopi ini beranggotakan 7 pemuda yang tiga di antaranya masih duduk di bangku SMK. Selama ini mereka memproduksi kopi bubuk jenis robusta, arabika, dan excelsa dari perkebunan di lereng Pegunungan Anjasmoro.
Keuletan dan idealisme menghasilkan kopi berkualitas yang mereka lakukan kian berbuah manis. Pembina Rubath Kopi Jombang, Muhamad Edi Kuncoro (43) mengatakan, pertengahan April 2022, pihaknya menerima pesanan 12 ton kopi excelsa dari Malaysia melalui sebuah perusahaan eksportir Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu, perusahaan eksportir ini menghubungi teman-teman kedai kopi di Malang, mereka pesan kopi excelsa dalam jumlah besar. Karena di Malang tidak ada yang siap pesan, akhirnya direkomendasikan ke saya," kata Edi kepada detikJatim, Minggu (29/5/2022).
Edi menjelaskan pesanan kopi excelsa dari pabrik kopi di Malaysia sejatinya mencapai 18 ton. Namun, Rubath Kopi Jombang baru mampu memenuhi 12 ton sesuai kapasitas yang ada. Karena kebun kopi excelsa saat ini masih terbatas.
Menurutnya, selama ini Rubath Kopi Jombang mendapatkan pasokan biji kopi dari Wojo Kopi yang dikelola temannya, Yayak, warga Desa Wonosalam. Dari 46,5 hektare kebun kopi milik 30 petani di bawah naungan Wojo Kopi, hanya sekitar 3 hektare yang ditanami varietas excelsa.
Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke Negeri Jiran, pihaknya juga mengambil dari 15 petani lainnya yang tergabung dalam Asosiasi Kopi Jombang. Asosiasi ini mempunyai sekitar 10 hektare kebun kopi execelsa.
"Ekspor 12 ton kopi excelsa ke Malaysia itu omzetnya kurang lebih Rp 360 juta," ungkapnya.
Ekspor perdana ke Malaysia yang dikirim Selasa (10/5), kata Edi, pada tahap penjajakan. Ia berharap permintaan kopi excelsa dari Negeri Jiran berkelanjutan. Selain itu, ke depan ia berupaya agar Rubath Kopi Jombang mampu mengekspor dalam bentuk bubuk kopi, bukan lagi biji kopi mentah.
"Kami terus belajar dan berusaha agar ke depan bisa mengekspor produk jadi berupa bubuk kopi," cetusnya.
Direktur Rubath Kopi Jombang, Wiknyo Susandi (27) menuturkan, sejak awal berdiri, pihaknya memproduksi bubuk kopi hasil panen para petani di Wonosalam yang dibina Wojo Kopi. Untuk memenuhi pasar dalam negeri, ia menyediakan 4 jenis bubuk kopi. Yaitu arabika, robusta, excelsa dan spesial yang merupakan campuran robusta, arabika dan excelsa.
"Kami juga pernah ke ekspor ke Jerman dan Brunei Darussalam, tapi kapasitas kecil berupa green beans. Harapan kami bisa ekspor dalam produk olahan sudah jadi (bubuk kopi)," jelasnya.
Bisnis Wojo Kopi dan Rubath Kopi Jombang ini dari hulu sampai hilir, atau dari penanaman kopi, panen, hingga pengolahan pasca panen. Berbekal ilmu yang selama ini mereka pelajari, kelompok petani kopi muda ini mampu meningkatkan nilai jual kopi lokal.
Harga biji kopi mentah yang tahun 2017 silam Rp 21.500 per Kg jenis robusta dan arabika, serta Rp 30.000 per Kg jenis excelsa, kini harganya berlipat ganda. Bubuk kopi kelas reguler kemasan 150 gram dipatok Rp 21.000 jenis robusta, Rp 26.500 jenis excelsa, Rp 31.000 jenis arabika, serta Rp 27.500 jenis spesial.
Sedangkan kopi bubuk kelas premium kemasan 150 gram dijual Rp 30.000 jenis robusta, Rp 35.000 jenis excelsa dan Rp 50.000 jenis arabika. "Saat ini di omzet kami di kisaran Rp 10-15 juta per bulan. Rata-rata penjualan bubuk kopi di angka 100 Kg dengan beragam kemasan untuk pasar lokal dalam negeri," tandas Wiknyo.
(iwd/iwd)