Transformasi Bekicot, Dulu Dinistakan Kini Datangkan Cuan

Transformasi Bekicot, Dulu Dinistakan Kini Datangkan Cuan

Erliana Riady - detikJatim
Senin, 23 Mei 2022 07:38 WIB
Transformasi Bekicot, Dulu Dinistakan Sekarang Datangkan Cuan
Daging bekicot bertranformasi (Foto: Erliana Riady/detikJatim)
Blitar - Bekicot saat ini sedang naik derajat. Daging bekicot yang dulu dinistakan, saat ini mampu datangkan cuan ketika bertransformasi menjadi beragam hasil olahan pangan.

Daging bekicot dikenal awam dengan istilah 02. Desa Siraman Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar merupakan sentra destinasi wisata kuliner 02 ini. Tak hanya diolah menjadi krengsengan pedas, namun 02 juga laris manis dijual dalam bentuk keripik.

Menurut seorang pedagang krengsengan 02, Sutami, warga di kampungnya mulai melirik daging bekicot sekitar 20 tahun silam. Saat itu sang ayah, Arjo Paiman, dipandang sebelah mata karena menjadi orang pertama yang mengolah 02 menjadi krengsengan.

"Dulu bapak saya itu diolok-olok para tetangga. Wong bekicot kok dimasak, opo yo payu. Dulu bekicot itu ndak ada harganya. Tapi bapak saya tetap memasaknya, sambil jadi buruh tani karena gak punya sawah sendiri," tutur Sutami kepada detikJatim, Senin (23/5/2022).

Karena lokasi rumah Arjo Paiman di pinggir jalan raya, krengsengan bekicot itu dia jual di lapak sederhana di depan rumahnya. Ternyata, para pengendara yang melintas banyak yang tertarik membeli, hingga menjadi pelanggan tetap krengsengan 02 bikinan Arjo Paiman.

Transformasi Bekicot, Dulu Dinistakan Sekarang Datangkan CuanTransformasi Bekicot/ Foto: Erliana Riady

Lapak sederhana ini tiap malam dipenuhi pelanggan. Hingga berangsur-angsur banyak tetangga sekitar yang ikut mencari bekicot untuk dijual kepada Arjo Paiman. Lama kelamaan, ada beberapa tetangga yang ikut memasak daging 02 itu menjadi krengsengan. Sejak saat itulah, bekicot mulai punya harga.

"Dulu per kilo itu awalnya hanya Rp 1.200-1.500. Lalu naik jadi Rp 5.000 masih di dalam cangkang. Karena makin banyak yang beli, sampai mendatangkan dari luar Blitar. Seperti Jember, Lumajang, Situbondo, Kediri sama Jombang," ungkap wanita 63 tahun ini.

Sutami sendiri meneruskan usaha yang dirintis sang bapak sejak enam tahun silam. Tak hanya krengsengan, namun Sutami juga mengolah 02 menjadi keripik. Animo pembeli, terutama dari luar kota ternyata luar biasa. Dalam sehari, Sutami bisa mengolah 30-50 kg daging bekicot untuk krengsengan dan keripik.

"Lebaran kemarin itu panennya. Sehari saya bisa jual 150 kg. Baik krengsengan maupun keripik. Saking gak sempatnya ngolah bekicot, saya beli dagingnya langsung dari pabrik di Kediri. Kalau daging tanpa cangkang, sekarang harga pabriknya Rp 45 ribu per kilogram. Maleh luaarang, padahal biyen dibuang-buang," ujarnya terkekeh.

Meja kursi yang ditata di depan rumah sederhana Sutami menjadi saksi. Berapa banyak pembeli yang datang silih berganti sejak rumah itu buka pukul 07.00 sampai 02.00 WIB. Satu porsi krengsengan 02 dijual seharga Rp 10 ribu. Sedangkan satu plastik kecil keripik 02 juga dijual seharga Rp 10 ribu.

"Iya naik juga harga keripiknya. Soalnya proses bikinnya agak rumit dan lama untuk jadi kriuk renyah seperti ini. Ada yang setengah kiloan, saya jual Rp 80 ribu. Yang kiloan seperti ini banyak dibeli orang Bali, Jakarta, Kalimantan sama Medan buat dijual lagi," pungkasnya.




(fat/fat)


Hide Ads