Kebijakan pemerintah pusat untuk menyetop distribusi sapi karena adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) berimbas di terhadap pengusaha sapi di Banyuwangi. Selain mereka tak bisa mengirimkan sapi ke beberapa daerah, mereka juga tidak bisa mendapatkan kiriman sapi dari Bali.
Pengusaha sapi di Banyuwangi, Agus Supriyadi mengaku rugi puluhan juta rupiah saat distribusi sapi Jawa dan Bali ini macet. Sebanyak 800 ekor sapi miliknya yang sedianya akan dikirim ke Jakarta, tertahan di Pulau Bali.
Menurut Agus, sapi-sapi miliknya yang tertahan ini karena adanya keputusan pemerintah pusat yang tidak memperbolehkan pemerintah setempat mengeluarkan sertifikasi sehat sapi yang akan dikirim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masih ada di Bali. Tidak bisa menyeberang karena tidak ada sertifikasi sehat dari yang berwenang," ujarnya kepada detikJatim, Sabtu (14/5/2022).
Akibatnya, kandang sapi yang merupakan tempat sementara penampungan sapi yang akan dikirim ke Jakarta pun kosong. Dia mengaku sengaja membeli sapi dari Bali, karena minat pembeli dari Jakarta dan kota besar di Indonesia lebih memilih sapi Bali yang banyak dagingnya.
Menurut Agus sudah 6 hari ini tidak ada sapi yang dirawat dan digemukkan di kandangnya. Akibatnya, ia harus mengurangi jumlah karyawan di kandangnya.
"Biasanya per hari ada 25 orang yang bekerja di sini. Akhirnya mereka saat ini terpaksa kami rumahkan. Mereka sekarang ke laut (mencari ikan)," tutur Agus.
Agus meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk mengkaji kembali Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) No. 405 tentang Gugus Tugas Penanganan PMK. Sebab hal ini berimbas dengan bisnis sapi dan nasib karyawan.
"Mohon dengan hormat Pak Jokowi, untuk kembali membuka kran pengiriman sapi dari Bali ke Jawa selain itu juga di beberapa kota di Indonesia," harapnya.
"Tentu sangat berimbas karena bisnis sapi mandek. Karyawan juga harus kami rumahkan karena tidak ada pemasukan. Sementara pengeluaran per hari bisa mencapai Rp 6 juta per hari untuk pakan sapi yang ada di Bali. Entah sampai kapan ini," pungkas Agus.
Hal yang sama diungkapkan oleh Bagus Heru Susanto. Pengusaha sapi di Banyuwangi ini memprediksi harga sapi menjelang Idul Adha bakal Naik. Ini menyusul tidak diperbolehkannya distribusi sapi di beberapa kota di Jawa dan Indonesia.
"Ya tentunya bakal naik. Karena distribusi macet saat ini. Saat ini saya hanya punya stok 50 ekor. Ini saja belum bisa sampai di Idul Adha nanti," kata Bagus.
Bagus mengaku selalu memprioritaskan sapi yang sehat untuk dikirim ke beberapa kota di Indonesia. Namun hal ini serasa percuma karena Karantina Pertanian tidak diizinkan mengeluarkan sertifikasi hewan.
Dia juga berharap agar penyakit PMK tidak mewabah hebat di Indonesia. Karena jika hal ini terus berlanjut, pihaknya bakal menanggung rugi.
"Saya sudah beli sapi di Bali untuk Lebaran Haji. Dan saat ini juga masih tertahan di Bali. Jika terus seperti ini kami bakal rugi. Karena per hari ini saya sudah mengeluarkan biaya sampai Rp 50 juta untuk pakan saja selama seminggu," tandas Bagus.
(abq/sun)