Asosiasi Petani Tebu Desak Pemerintah Beli Gula Petani Rp 12.500 Per Kg

Asosiasi Petani Tebu Desak Pemerintah Beli Gula Petani Rp 12.500 Per Kg

Faiq Azmi - detikJatim
Sabtu, 23 Apr 2022 02:46 WIB
Harga gula di pasar tembus Rp 15.000/kg
Ilustrasi (Foto: Aulia Damayanti/detikcom)
Surabaya - Jelang musim giling tebu, para petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta pemerintah membeli gula dari petani dengan harga Rp 12.500 per Kg.

Ketua Dewan Pembina APTRI, Arum Sabil mengatakan, dalam kurun waktu 6 tahun, harga gula petani nyaris di bawah biaya produksi. Menurutnya, permasalahan biaya pupuk dan tenaga kerja yang semakin mahal menjadi penyebab utama.

Arum meminta, pemerintah membeli gula petani dengan harga Rp 12.500/kg atau membeli tebu petani 80.000/kwintal atau dengan HET minimal Rp 15.000.

"Kita mengusulkan Rp 12.500 per Kg dan jika tebunya mau dibeli oleh pemerintah, belilah dengan harga Rp 80.000 per Kwintal dan Rp 800.000 per ton," kata Arum dalam sambutannya bertemu dengan pejabat PTPN BUMN PT Sinergi Gula Nusantara atau SugarCo di Surabaya, Jumat (22/4/2022) malam.

Arum menjelaskan, kebijakan harga pokok penjualan (HPP) petani yang baru, ditetapkan sebesar Rp 11.500. Hal tersebut dianggap kurang menguntungkan bagi petani tebu.

"Pemerintah memberikan izin impor 1 juta ton pada tahun ini, tapi harga di tingkat petani ditekan pada harga Rp 11.500. Maka, terjadi ketimpangan harga bagi petani tebu," tegasnya.

Dia menambahkan berita-berita tentang kelangkaan pupuk sudah banyak terdengar. Kekhawatiran akan kelangkaan dan kenaikan harga semakin membesar dengan terjadinya invasi Rusia terhadap Ukraina.

Menurut Arum, Rusia merupakan sumber amonium nitrat yang menjadi komponen utama pupuk. Supply barang tersebut, menurut Arum akan terhambat, baik karena embargo ataupun boikot dari negara-negara tujuan ekspor.

"Informasi dari lapangan diketahui, harga pupuk ZA bersubsidi Rp 1.800/kg, tetapi ketersediaan barang kemungkinan tidak ada. Karena, per 1 Juni subsidi pupuk ZA akan dicabut," terangnya.

Selain itu, harga pupuk ZA non subsidi saat ini berkisar Rp 5.800-Rp6.200/kg. Namun, ketersediaan barang agak susah. Hal tersebut dikarenakan adanya batas jatah oleh Petrokimia yang dikhawatirkan harga akan berubah-ubah.

"Harga pupuk majemuk NPK non subsidi Rp 9.000/kgo, tetapi barang juga susah diperoleh. Sedangkan untuk pupuk urea non subsidi Rp 10.000/kg dan barang juga terbatas jumlahnya," tegasnya.

Arum menjelaskan, ketika petani kesulitan pupuk, akan menggunakan produk subtitusinya. Di antaranya, pupuk cair (ex MSG) Rp 800.000 per tangki kapasitas 5.000 liter. Kotoran ayam Rp 5.000- Rp 7.000 per sak dengan kapasitas 40 kg, blotong olahan, dan garam laut grosok yang banyak digunakan di area Tuban dan Bojonegoro utara.

Sedangkan, untuk sarana produksi penting lainnya, Arum menyampaikan kalau harga bibit asal Kediri varetas BL non sertifikat Rp 60.000/ku di atas truk.

"Harga varietas BL asal Pati non sertifikat Rp 50.000 per ku di atas truk. Harga bibit Ex Puslit PTPN 11 varetas NXI-4T bersertifikat Rp 100.000 per ku di atas tanah. Harga bibit ex P3Gi bersertifikat Rp 350 per mata tunas," ujarnya.

Sementara, untuk penyediaan kredit melalui KUR, Arum menyebut mulai tersendat akibat ambang batas Rp 500 juta per orang sudah hampir terlampaui. "Meskipun diberitakan sudah ada rencana untuk melonggarkan pembatasan tersebut, BRI belum mau melaksanakan karena baru sebatas wacana," tandasnya.

Direktur Produksi dan Pengembangan Perkebunan Nusantara Mahmudi bersama CEO SugarCo, Aris Toharisman sebagai para pemangku kepentingan mendukung apa yang menjadi keinginan para petani tebu.

Hal senada juga diutarakan Direktur PTPN XI, R Tulus Panduwidjaja dalam sambutannya mengutarakan, sejak tahun 2021 akhir pihaknya punya rencana untuk mengunggulkan para petani tebu.

"Saya ucapkan terima kasih karena pada tahun 2021, PTPN XI memiliki jumlah tebu tembus di angka sekitar 4,2 juta, padahal beberapa tahun terakhir PTPN XI mengalami keterpurukan. Normalnya untuk PTPN XI berjumlah 5 juta ke atas. Sedangkan pada tahun 2019, hanya mencapai 3,6 juta dan pada tahun 2020 sebanyak 3,7 juta. Kita harapkan di tahun ini bisa tembus ke 4,8 juta," imbuhnya.

Dia juga meminta bantuan dari para petani tebu untuk menghidupkan pabrik gulanya masing-masing. Dan jangan sampai ditutup dengan alasan tidak efisien atau kekurangan bahan baku.

"Saya juga sudah mengintruksi kepada GM untuk mengamankan tebu lokal terlebih dahulu baru ambil dari luar agar tidak kacau. Ini nantinya juga diintruksikan dan sudah ada kesepakatan dengan selain PTPN grup. Karena, harga gula internasional sekarang cukup tinggi. Semoga giling tahun ini bisa berjalan lancar dan sukses," pungkasnya.




(fat/fat)


Hide Ads