Pelaku UMKM Trenggalek Menjerit Gegara Harga Migor-Bahan Baku Naik

Pelaku UMKM Trenggalek Menjerit Gegara Harga Migor-Bahan Baku Naik

Adhar Muttaqin - detikJatim
Senin, 21 Mar 2022 20:20 WIB
pengusaha keripik tempe
Pengusaha keripik tempe Trenggalek (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Trenggalek -

Lonjakan harga minyak goreng dan kedelai berdampak terhadap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Seperti para pengusaha keripik tempe di Trenggalek yang memutar otak demi keberlangsungan usaha.

Salah satunya pengusaha keripik tempe sagu asal Desa Kedungsigit, Kecamatan Karangan, Suprapti Ningsih. Dia mengaku, usahanya dihantam oleh 3 kenaikan harga bahan baku sekaligus selama sebulan terakhir.

"Tidak hanya minyak goreng yang naik, kedelai juga naik dari Rp 9.500/kg menjadi Rp 12 ribu/kg. Tepung tapioka juga naik dari Rp 7.600/kg menjadi Rp 9.500/kg, karena ini keripik tempe sagu harus ada tambahan tepung tapioka," kata Suprapti kepada detikJatim, Senin (21/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya itu, Suprapti mengaku harus pontang-panting mencari pasokan saat terjadi kelangkaan minyak goreng. Sebab, kiriman dari distributor juga tersendat.

"Katanya dikirim besok tapi enggak dikirim, kalau pun dikirim jumlahnya sedikit. Saya coba beli online, ternyata banyak yang PHP," ujar Suprapti.

ADVERTISEMENT

Belum tuntas persoalan kelangkaan minyak, pemerintah tiba-tiba mencabut subsidi untuk minyak goreng kemasan. Akibatnya, terjadi lonjakan harga yang cukup tinggi.

"Untuk minyak goreng medium awalnya hanya Rp 13 ribu/liter, saat ini di pasaran tembus Rp 21 ribu. Tapi karena saya butuhnya banyak dan dapat dari distributor, harganya lebih murah sedikit," imbuh dia.

Menurut dia, lonjakan juga terasa pada komoditas kedelai dan tepung tapioka. Kenaikan sebanyak Rp 2.500/kg tersebut mengganggu produksi keripik tempe. Sebab, dirinya membutuhkan 28 kg kedelai dan 30 kg tapioka dalam sehari.

Pengrajin Keripik Tempe di Tengah Gempuran Kenaikan Harga Kedelai dan Minyak GorengPengrajin Keripik Tempe di Tengah Gempuran Kenaikan Harga/ Foto: Adhar Muttaqin

"Tapioka itu sudah mahal, barangnya juga langka. Kalau kedelai stoknya lumayan banyak," jelas dia.

Gempuran lonjakan harga sempat membuatnya nyaris putus asa, sebab omzet yang didapat turun drastis.

"Tapi setelah saya pikir, masih ada karyawan yang harus saya tanggung, sehingga harus semangat dan melanjutkan usaha ini," imbuh Suprapti.

Dia menambahkan, stok simpanan minyak goreng yang dimiliki maksimal 100 karton. Padahal, dia biasanya menyimpan stok hingga 300 karton.

"Sebetulnya kebutuhan kami banyak, tapi kami enggak berani simpan stok banyak, karena harganya mahal," jelas Suprapti.

Untuk meminimalisir kerugian akibat lonjakan bahan baku, dirinya memilih mengurangi berat netto keripik kemasan. Tidak menaikkan harga.

"Karena kami produsen, jualnya jumlah besar. Dalam satu bal atau kantong besar itu beratnya sekitar 2 kg, kami kurangi. Karena kalau dinaikkan harganya, pembelinya yang nggak mau," kata Suprapti.

Pihaknya berharap, pemerintah segera mengambil kebijakan khusus terkait lonjakan harga sejumlah komoditas, sehingga tidak mengganggu usaha para pelaku UMKM. Terlebih, jumlah permintaan masyarakat mulai naik menjelang bulan Ramadhan.

"Memang sudah ada peningkatan permintaan jelang ramadhan, bisa sampai 100 bal per hari. Tapi kami tidak mampu memenuhi, karena persoalan kenaikan bahan baku," ujar Suprapti.




(hse/fat)


Hide Ads