Kelangkaan minyak goreng membuat pengusaha keripik tempe di Ngawi kelabakan. Para pembuat keripik tempe ini mengaku tidak bisa memproduksi produknya secara maksimal
"Sangat terpengaruh bagi kita pelaku usaha keripik tempe atas kelangkaan minyak goreng. Produksi tidak bisa maksimal," ujar pembuat keripik tempe, Koiri (45) kepada detikJatim Kamis (24/2/2022).
Warga Dusun Sadang Desa Karangtengah, Ngawi ini menceritakan, produksi keripik tempe jika normal bisa menghabiskan 150 liter minyak goreng. Namun, saat kelangkaan minyak goreng, pihaknya hanya bisa menghabiskan 100 liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, biasanya Khoiri mengaku tak pernah libur dalam memproduksi keripik tempe. Namun kali ini, dalam seminggu ia hanya bisa tiga hari produksi keripik tempe.
![]() |
"Biasanya setiap hari goreng keripik tempe habiskan 150 liter minyak goreng, kini tinggal 100-an liter saja. Saat ini dalam seminggu paling cuma tiga hari produksi goreng keripik tempe," terangnya.
Koiri menjelaskan, akibat kelangkaan minyak goreng juga mengakibatkan pengurangan karyawan produksi yang terpaksa harus diliburkan. Jika normal, produksi keripik tempe bisa melibatkan 36 orang. Namun kini terpaksa dikurangi tinggal 18 karyawan saja.
"Karyawan juga terpaksa diliburkan karena produksi belum stabil. Biasanya 36 orang ini hanya 18 orang mulai produksi tempe hingga penggorengan dan pengepakan," papar Koiri.
Koiri menambahkan, hal ini juga berdampak pada penghasilannya yang juga ikut turun.
"Penghasilan jelas berkurang karena bahan baku kedelai naik. Pembuatan keripik tidak mengurangi ukuran tempe. Beda kalau dijual, tempe konsumsi bisa menyiasati mengurangi ukuran," ungkap Koiri.
Namun, untuk mensiasati agar pendapatannya tak turun drastis, Koiri menambahkan, pihaknya hanya menaikkan harga seribu rupiah setiap pak.
"Sebelumnya harga Rp 37 ribu kini Rp 38 ribu per boks isi 10 pak," tandas Koiri.
(hil/hil)