Miris! Erupsi Semeru Mendadak Jadi 'Wisata Musibah' Para Influencer

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikJatim
Jumat, 28 Nov 2025 14:30 WIB
Warga yang datang untuk foto-foto di Jembatan Gladak Perak beberapa waktu lalu. (Foto: Istimewa)
Lumajang -

Aktivitas Gunung Semeru hingga saat ini masih Level IV (Awas), masih teramati 11 kali letusan dengan asap putih kelabu mencapai ketinggian 1.000 meter pada periode 26-27 November. Namun, justru ketika aktivitas Semeru sedang tinggi-tingginya beberapa waktu lalu, cukup banyak masyarakat yang berdatangan untuk berwisata.

Berdasarkan laporan khusus Badan Geologi Kementerian ESDM, pada periode 26-27 November 2025 hingga pukul 12.00 WIB aktivitas erupsi Semeru terus berkelanjutan. Gunung tampak jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati dan terlihat 11 kali letusan dengan ketinggian mencapai 1.000 meter tersebut.

Badan Geologi menegaskan kejadian letusan yang terjadi belakangan masih sejalan dengan pola aktivitas pasca-awan panas yang terjadi pada 19 November 2025, yang menunjukkan karakter erupsi eksplosif dengan skala kecil-menengah dari Kawah Jonggring Saloka. Hingga periode pengamatan yang sama pukul 12.00 WIB terjadi 251 kali Gempa Letusan, 11 kali Gempa Guguran, 20 kali Gempa Embusan, dan 7 kali Gempa Tektonik Jauh.

Di tengah situasi seperti inilah, ketika warga di beberapa desa di Lumajang diminta untuk mengungsi demi keselamatan mereka, justru muncul warga dari berbagai daerah lain selain Lumajang yang sengaja ngonten dan menjadikan situasi erupsi Semeru ini sebagai 'wisata dadakan'. Lokasi bencana yang seharusnya menjadi area terbatas malah dijadikan spot foto dan tontonan.

Ini sebagaimana terlihat dari kiriman sejumlah warganet yang menunjukkan tentang fenomena 'wisata bencana' ini. Sebuah video kiriman akun Instagram @kediriraya_info misalnya, merekam fenomena ini dengan cukup jelas. Terdengar suara seorang pria yang merekam meluapkan kekesalan karena menilai aksi sejumlah orang yang berswafoto di lokasi bencana dianggap sebagai tindakan yang tidak etis.

"Deloken iku foto-foto selfie sik-an iko, joget-joget nari-nari, pantes ta ono ngene bencana iki , ndak genah iki. (Lihat itu foto-foto selfie itu, joget-joget, nari-nari, pantas kah ada bencana seperti ini? Nggak tepat ini)," ujar pria dalam video tersebut dilihat detikJatim, Jumat (28/11/2025).

Tidak hanya membuat geger media sosial, orang-orang itu juga membuat kesal pihak kepolisian. Salah satunya seperti yang terjadi di Jembatan Gladak Perak beberapa waktu lalu. Mereka juga membuat polisi bertindak tegas dengan mengusir dan melarang warga menjadikan area terdampak APG sebagai wisata dadakan.

Kapolres Lumajang AKBP Alex Sandy Siregar memerintahkan jajarannya untuk mengusir dan melarang warga berdatangan ke lokasi bencana erupsi Gunung Semeru yang dijadikan wisata dadakan. Saat itu pihaknya mengimbau dan melarang keras warga datang ke lokasi bencana hanya untuk berwisata. Ia menegaskan bahwa lokasi terdampak erupsi adalah area musibah, bukan tempat wisata.

"Kami perintahkan anggota yang ada di sejumlah titik lokasi bencana terdampak paparan vulkanik Awan Panas Guguran (APG) Gunungapi Semeru untuk mengusir dan melarang warga yang datang ke lokasi hanya untuk berfoto ria. Ini bukan tempat wisata, ini musibah," kata Alex kepada wartawan, Kamis (20/11).

Menanggapi fenomena ini, pengamat sosial Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si., menilai bahwa tindakan tersebut tidak memiliki empati sama sekali. Mereka hanya peduli tentang engagement untuk akun media sosial pribadi.

"Influencer instant cenderung tidak memiliki kepekaan sosial. Yang dikejar bagaimana mendapatkan viewer sebanyak mungkin. Ini soal empati. Mestinya bencana tidak dijadikan moment untuk membuat konten," ujar Prof. Bagong, kepada detikJatim, Kamis (27/11).

Prof Bagong menambahkan tindakan itu juga bisa menjadi salah satu jalan pintas untuk menjadi selebriti dadakan. Selain itu, fenomena ini juga termasuk disaster tourism atau pariwisata bencana dalam konteks negatif. Wisata dadakan ini akan berdampak pada sensitivitas publik dan psikologis para penyintas bencana.

"Bisa melukai hati masyarakat yang menjadi korban," tegas Prof. Bagong

Pemerintah atau pihak-pihak terkait lainnya perlu memberikan perhatian serius terhadap fenomena wisata dadakan di area yang terdampak erupsi Semeru. Langkah sederhana dapat dilakukan dengan memberlakukan larangan kunjungan sementara ke area terdampak

"Mudah saja. Menjaga lokasi dan meminta para influencer untuk tidak membuat konten yang salah," pungkasnya



Simak Video "Video: Kondisi Terkini Aliran Sungai Curah Kobokan Usai Gunung Semeru Erupsi"

(dpe/abq)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork