Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, kembali meletus pada Rabu siang 19 November 2025. Guguran awan panas dilaporkan mencapai area sekitar Jembatan Gladak Perak, salah satu jalur vital menuju lereng Semeru.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mengonfirmasi penutupan Jembatan Gladak Perak demi menjaga keselamatan warga dan pengunjung. Peningkatan aktivitas ini terjadi setelah status Semeru dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga), kemudian naik lagi menjadi Level IV (Awas).
Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status tanggap darurat bencana erupsi Gunung Semeru selama tujuh hari, yakni mulai 19-26 November 2025. Penetapan ini dilakukan sebagai langkah cepat dan terpadu dalam menghadapi dampak erupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah bersama pihak terkait meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan aktivitas vulkanik Semeru dan potensi ancaman lanjutan. Dalam catatan redaksi, gunung tertinggi di Pulau Jawa ini telah beberapa kali mengalami erupsi besar. Berikut rangkumannya.
Erupsi Semeru dalam Catatan Sejarah
Menurut keterangan tertulis BNPB pada 5 Desember 2021, sejarah erupsi Semeru telah terekam sejak tahun 1818. Namun, catatan letusan pada periode 1818 hingga 1913 tidak banyak terdokumentasi.
Aktivitas vulkanik kembali terekam dengan durasi panjang pada 1941-1942. Setelah itu, serangkaian letusan berulang terjadi pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, dan 1960.
PVMBG juga mencatat peningkatan aktivitas vulkanik pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007, dan 2008. Gunung Semeru termasuk dalam kategori gunung api aktif yang terus menunjukkan aktivitas berkelanjutan.
Warga mengabadikan luncuran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (19/11/2025). Berdasarkan data PVMBG, Gunung Semeru mengalami erupsi dengan kolom abu setinggi 2.000 meter di atas puncak atau mencapai total ketinggian sekitar 5.676 mdpl dengan amplitudo gempa letusan mencapai 40 mm. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya Foto: ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya |
Erupsi 1941-1942
Berdasarkan catatan PVMBG, leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu, material letusan mencapai lereng sisi timur pada ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter dan menimbun Pos Pengairan Bantengan.
Erupsi 1977
Pada erupsi tahun 1977, guguran lava memicu awan panas dengan jangkauan hingga 10 kilometer di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik.
Awan panas juga bergerak ke wilayah Besuk Kobokan. Sejumlah sawah, jembatan, dan rumah warga dilaporkan rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat hingga periode 1978-1989.
Erupsi 2008
Erupsi tercatat beberapa kali terjadi pada rentang 15-22 Mei 2008. Pada 22 Mei 2008, teramati empat kali guguran awan panas yang mengarah ke Besuk Kobokan dengan jarak luncur mencapai 2.500 meter.
Aktivitas Beruntun 2014-2017
Dalam periode 2014-2017, Gunung Semeru mengalami fase erupsi beruntun dengan intensitas tinggi. Menurut Volcano Discovery, letusan berkala dengan skala VEI 2-3 terjadi hampir setiap bulan.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa sebesar peristiwa besar sebelumnya, rentetan aktivitas ini menegaskan Gunung Semeru merupakan gunung api tipe aktif berkelanjutan, di mana erupsi berskala kecil menjadi bagian dari siklus alamnya.
Guguran Lava dan Awan Panas 2021
Letusan pada 4 Desember 2021, menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah modern Semeru. Runtuhnya kubah lava akibat curah hujan ekstrem memicu delapan kali guguran awan panas dengan jarak luncur mencapai empat kilometer.
Guguran lava itu meluncur ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Sejumlah warga terluka, sementara para penambang pasir sempat terjebak.
Erupsi Semeru, 4 Desember 2021. (Dok Humas BNPB) Foto: Erupsi Semeru, 4 Desember 2021. (Dok Humas BNPB) |
Erupsi yang disertai ledakan berulang pada 4-5 Desember 2021 itu menewaskan 57-69 orang, melukai ratusan lainnya, dan merusak permukiman di sepanjang lembah Besuk Kobokan. Skala letusan diperkirakan mencapai VEI 3-4, menjadikannya salah satu yang terkuat dalam satu dekade terakhir.
Suasana terkini di Dusun Curah Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Rabu (8/12/2021) pagi. Foto: Deny Prastyo Utomo |
Awan Panas 19 Kilometer, Desember 2022
Hanya setahun setelah erupsi besar 2021, Gunung Semeru kembali meletus pada Desember 2022. Kali ini, runtuhnya kubah lava di tengah musim hujan monsun memicu aliran piroklastik yang meluncur sejauh 19 kilometer dari kawah.
gunung semeru erupsi lagi pukul 02.46 WIB, Minggu (4/12/2022) dini hari Foto: Tangkapan Layar (Video amatir warga) |
PVMBG menaikkan status Semeru ke Level Awas, disertai evakuasi besar-besaran. Ribuan warga harus mengungsi demi keselamatan, sementara lahan pertanian di sekitar Lumajang mengalami kerusakan berat akibat material vulkanik.
Awan Panas dan Erupsi Beruntun 2024
Memasuki tahun 2024, Gunung Semeru masih menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi. Pada Maret 2024, PVMBG mencatat erupsi yang disertai awan panas dengan durasi sekitar 27 menit berdasarkan rekaman seismik.
Aktivitas meningkat kembali pada 25 Desember 2024, Semeru erupsi beberapa kali dalam rentang 10 jam. Guguran awan panas teramati meluncur sejauh 3 kilometer ke arah Besuk Kobokan, disertai kolom abu setinggi 1.500 meter.
BPBDLumajang melaporkan bahwa material panas tersebut masih berada dalam radius aman, namun masyarakat di sekitar aliran sungai diminta tetap waspada terhadap ancaman susulan berupa awan panas atau lahar hujan.
Awan Panas 2025
Aktivitas vulkanik Semeru kembali meningkat sepanjang 2025. Pada 9 Juli, awan panas guguran meluncur sekitar empat kilometer ke sektor tenggara, memperlihatkan intensitas tekanan magma yang terus berkembang.
Puncak aktivitas terjadi pada 19 November 2025. Guguran awan panas yang meluncur hingga 13 kilometer ke arah Besuk Kobokan dan Sungai Lengkong. Dampaknya meluas hingga area Jembatan Gladak Perak, memaksa penutupan jalur vital tersebut dan meningkatkan status gunung dari Siaga menjadi Awas.
(ihc/irb)















































