Gigihnya Arie Kurnia Menjaga Asa Pendidikan, Tiap Hari Tempuh Jalur Air

Suparno - detikJatim
Selasa, 25 Nov 2025 17:30 WIB
Arie Kurnia saat mengajar di SDN 2 Sawohan (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Di tengah keterbatasan sarana dan minimnya jumlah siswa, Arie Kurnia tetap teguh menjalankan amanah sebagai Plt Kepala SD Negeri 2 Sawohan, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Setiap hari ia harus berangkat lebih awal demi memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan, meski kondisi sekolahnya jauh dari kata layak.

Dalam satu lokasi, berdiri dua lembaga pendidikan, yakni SD Negeri 2 Sawohan dan SMPN Satu Atap Buduran. Jumlah siswanya pun sangat terbatas. Untuk SMP, total hanya 19 siswa, kelas VII sebanyak 6 siswa, Kelas VIII 8 siswa, dan Kelas IX 5 siswa. SMP tersebut hanya memiliki tiga ruang kelas.

Sementara di SD Negeri 2 Sawohan, total siswa dari kelas I hingga VI hanya berjumlah 28 anak. Rinciannya, Kelas I hingga IV masing-masing 5 siswa, Kelas V berjumlah 3 siswa, dan Kelas VI kembali 5 siswa.

Lebih miris lagi, kegiatan belajar mengajar hanya ditopang tiga ruang kelas. Akibatnya beberapa kelas terpaksa digabung dalam satu ruangan dan disekat papan triplek yang kondisinya mulai lapuk. Kelas I dan II berada di satu ruang, begitu pula Kelas III dan IV, serta Kelas V dan VI.

"Jumlah siswa cukup sedikit dan ruang sekolah terbatas, jadi proses belajar harus digabung dalam satu ruangan," ungkap Arie Kurnia kepada detikJatim di SD Negeri 2 Sawohan di Dusun Kepentingan, Selasa (25/11/2015).

Arie menyebut, sekolah yang berada di kawasan terpencil itu juga minim sarana dan prasarana pendukung. Akses Wi-Fi tidak tersedia, bahkan sinyal ponsel pun sulit didapat. Mobilitas guru pun bergantung pada transportasi air.

Setiap pagi, Arie dan para guru harus berkumpul di dermaga Desa Bluru Kidul sebelum pukul 07.00 WIB. Dari sana mereka naik perahu menuju sekolah. Perjalanan air itu memakan waktu satu jam dan menjadi satu-satunya akses menuju lokasi sekolah.

"Memang perlu perjuangan. Berangkat lebih awal, kumpul di dermaga, kemudian naik perahu selama satu jam. Tapi kami harus siap bekerja sesuai tupoksi, ikhlas melayani anak-anak yang jauh dari pusat kota dan informasi," ujarnya.

Meski berada di wilayah pesisir dengan tembok sekolah yang mulai keropos akibat udara asin, Arie memastikan kegiatan belajar tetap aman. Ia berharap ada perhatian untuk renovasi gedung agar siswa tidak terancam keselamatan.

"Yang penting anak-anak tidak terkena imbasnya kalau tembok runtuh. Itu bahaya, jadi perlu direhab," tambahnya.

Arie juga menitipkan pesan khusus untuk anak didiknya agar tetap bersemangat mengejar mimpi.

"Belajar lah rajin. Jangan kalah dengan anak-anak di daratan. Meskipun jauh dan sulit dijangkau, tetap semangat meraih cita-cita setinggi mungkin. Semoga nanti muncul anak-anak hebat dan sukses," katanya.

Semangat itulah yang menjadi alasan Arie untuk terus mengajar, tanpa batas waktu.

"Motivasi kami adalah terus melayani anak bangsa. Selama dibutuhkan, kami akan terus mengajar," pungkasnya.



Simak Video "Tambah Tahu: Hari Guru Nasional 25 November Beda dengan Hari Guru Dunia"

(auh/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork